Terapi Cinta dan Kemudikan Hati

cinta

Ilustrasi stock

Terapi Cinta dan Kemudikan Hati

Oleh: Alif Sarifudin

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata terapi/te·ra·pi/ /térapi/ n Dok diartikan usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; pengobatan penyakit; perawatan penyakit: mula-mula tim dokter mempelajari gejala-gejala penyakitnya kemudian menentukan — nya yang tepat;

Dari makna di atas, terapi cinta dapat dimaknai sebagai usaha untuk memulihkan penyakit atau virus cinta yang ada dalam hati. Cinta atau hubb dalam bahasa Arab agar tidak salah arah ketika menapaki perjalanan hati, perlu diterapi agar kita sebagai orang beriman pandai mengemudikannya dan bisa selamat sampai kepada tujuan akhir.

Para Ulama’ menyebutkan cinta memiliki sepuluh tingkatan :

  1. Al-‘alaqah ( gantungan ). Dinamakan demikian karena tergantungnya hati pada Sang Kekasih.
  2. Al-Iradah ( keinginan ), yaitu condongnya hati kepada Sang kekasih dan usahanya untuk mencari-Nya.
  3. As-Shahabah, (ketercurahan), yaitu tercurahnya hati pada Sang kekasih, sehingga pemiliknya tidak dapat menguasainya, sebagaimana tercurahnya air di pucuk gunung.
  4. Al-Gharam ( cinta yang menyala-nyala ), yaitu cinta yang selalu ada dalam hati dan tidak dapat meninggalkannya. Dia selalu menetap sebagaimana seorang kekasih yang selalu menetap pada kekasihnya.
  5. Al-Wadad ( kelembutan ), yaitu kesucian, ketulusan dan isi dari cinta.
  6. Asy-Syghaaf ( cinta yang mendalam ) yaitu sampainya cintakedalam lubuk hati.
  7. Al-‘Isyq ( kerinduan ), cinta yang berlebihan dan pemiliknya dikhawatirkan karenannya.
  8. At-Tayammum yaitu memperbudak dam merendahkan diri. Dikatakan Tayammahu al-hubb artinya cinta telah merendahkan dan memperbudak.
  9. At-Ta’abud yaitu tingkatan di atas tayamum. Sebab seorang hamba tidak mempunyai apa-apa selain dirinya.
  10. Al-Khullah yaitu ini hanya dimiliki dua khalil ( kekasih ) yaitu Nabi Ibrahim dan Muhammad SAW. Al-Khullah artinya cinta yang memenuhi jiwa dan hati orang yang mencintai, sehingga tidak ada tempat lagi di hatinya selain untuk di cintainya.

Kekuatan cinta dalam perjalanannya, akan menumbuhkan motivasi yang berkaitan erat dengan aspek spiritualitas pada diri manusia dan kepribadian yang unggul. Seperti halnya motivasi untuk tetap konsisten dalam melaksanakan ajaran agama; motivasi untuk bertakwa kepada Allah; mencintai kebaikan, kebenaran dan keadilan, serta membenci kejahatan, kebatilan dan kezaliman.

Dalam kaitanya dengan terapi cinta, kemudikan hati merupakan healing yang paling mujarab. Ilustrasi sederhana mengenai hal ini dapat disimak melalui hadis qudsi berikut;

“Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya Allah berfirman ; Barang siapa menyakiti kekasih-Ku maka Aku mengizinkan untuk diperangi. Dan hambaku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih dicintai bagi-Ku, dari apa yang telah Kuwajibkan kepadannya. Dan hamba-Ku yang selalu mendekatkna diri kepada-Ku dengan amalan ibadah sunnah, hinnga Aku mencintainya. Maka ketika Aku mencintaiinya niscaya Aku menjadi pendengarannya ketika ia mendengar dengannya Aku menjadi penglihatannya ketika ia melihat dengannya, Aku menjadi tangannya ketika ia memukul dengannya ; Aku menjadi kakinya, ketika ia berjalan dengannya. Dan apabila ia meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Dan bila ia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya” (H.R. Bukhari).

Hadis ini tertuju pada orang-orang yang mencintai-Nya dan orang yang mengenalnya. Dengan kata lain Allah akan menjaga, melindungi, dan mendampingi kekasihnya setiap saat. Secara preventif terhadap penyakit tentu saja cinta akan menjadi bentuk pencegahan yang luar biasa. Sebab bisa langsung dari yang menciptakan penyakit. Demikian juga dengan penyembuhan, akan mampu menjadi penyembuh yang tak pernah tertandingi. Hanya saja biasanya orang yang telah sampai pada taraf ini, kesembuhan dari penyakit, bisa menjadi hal yang bukan lagi sebagai tujiuan. Ekstrimnya rasa sakit, bisa jadi justru dinikmati, sebab keinginan untuk selalu dekat kepada Tuhannya, bahkan justru ingin segera berada di pangkuan Tuhanya. Kisah nabi Ayyub yang ridha dengan sakit yang diterima.

Keindahan atau bagian dari virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban. Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika Laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema seperti ini atau sedang mengalaminya?

Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit disembuhkan. Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Qur’an tentang dua tipe manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan (anak laki-laki yang rupawan).

Allah mengkisahkan bagaimana penyakit ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para malaikat ke negeri Luth Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: “Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina“.

Mereka berkata: “Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?” Luth berkata: “Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”. (Allah berfirman): “Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. [Al-Hijr: 68-72]

Penyakit al-isyq atau rindu terjadi dengan dua sebab, Pertama: Karena mengganggap indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun solusi yang diberikan belum mengena. Intinya ketika kita sedang dilanda rindu kembalilah kepada Allah sebagai khalik yang wajib dirindukan.

Obat kerinduan yang utama adalah ketika kita bisa berjuang untuk bertemu dengan kekasih yang dirindukan. Allah adalah sumber kerinduan bagi orang yang beriman. Bagi orang yang berpuasa misalnya, akan mendapat kebahagiaan yang hakiki yaitu ketika bertemu dengan Allah. Untuk mengemudikan hati karena virus cinta sebagai terapi cinta yang menjelma dalam manusia maka belajarlah kepada para nabi dalam menghadapi ujian untuk diterapkan dalam perjalanan cinta sebagai umat manusia.

Hidup adalah ibadah kepada Allah, tugas  kita adalah mengemudi hati menuju Ridha-Nya. Saat kita akan menaiki bukit cinta dan melewati lumpur-lumpur duka,  marilah kita menyusuri awan penuh senyum dam berlomballah untuk saling susul di jalan dan padang yang  dilimpahi cinta; dalam sempit maupun lapangnya, dalam senyum dan juga lukanya.

Walau kita tak menjadi kaya berlimpah seperti yang Allah anugerahkan kepada nabi Sulaiman; ada kekayaan yang diajarkan nabi Sulaiman yakni syukur dan tawadu’ dalam menyayangi semut dan burung Hud-hud. Walau kita tak sehebat dan seperkasa nabi Musa. Hari ini kita bisa belajar berani  dan teguh hati dalam memimpin cinta sesama.

Walau kita usianya tak sepanjang nabi Nuh yang mulia, tapi disisa-sisa usia, kita bisa belajar untuk tegar dan gigih dalam dakwah dan cinta untuk mengukir tekad  berberbagi kebenaran sesuai waktu.

Walau paras kita tak setampan nabi Yusuf rupawan, ada pelajaran untuk kuat dalam menahan nafsu, semua goda dan derita, yang bisa tajamkan nurani dan bahagia.

Walau kita tak berteman yang selalu menyertai dalam perjalanan, bisa memenuhi hati dengan kasih mesra seperti nabi ‘Isa,  hari ini kita bisa terus berjuang sesuai dengan kemampuan untuk menundukkan musuh dalam cinta.

Walau kita tak perlu ditelan ikan di tiga kegelapan yaitu di bawah lautan, di perut ikan, dan di malam hari teruslah belajar dengan menghiasi jiwa dan kepasrahan seperti semangatnya nabi Yunus  walau rintih tetap bisa menguatkan doa yang para Malaikat ikut mendengarkan penuh keheranan.

Walau kita kadang merasa susah, menderita karena kehilangan yang dicinta, dan didera sakit, miskin, dan musibah; ada mutiara kesejukan hati dengan terus belajar sabar dan zikir seperti kuatnya nabi Ayyub yang selalu tabah dalam menghadapi ujian.

Walau ujian cinta kita tidak seberat ujian nabi Ibrahim-Hajar-Sarah; perjuangan terus digerakkan dan tak boleh berhenti seperti membentuk keluarga sakinah-mawaddah-rahmah, dan keturunan shalih-shalihah.

Walau ibadah kita tak sehebat nabi Zakaria dan sesuci Siti Maryam; harapan kepada Allah tuk terus melengkapi kenikmatan seperti baktinya anak nabi Yahya nabi Isa.

Walau kita belum pernah mencicipi surga seperti Nabi Adam dan istrinya, Hawa, bersungguh-sungguhlah tuk menjadikan rumah kita seperti surga sebelum surga.

Walau hidup tak sewarna-warni nabi Ya’qub,  tugas kita adalah menjadikan dan terus mengadu kepada Allah agar bisa menampilkan kesabaran cantik yang memberi cahaya.

Walau kita hari ini, tidak harus lari dan bersembunyi seperti Ashabul Kahfi, belajar darinya tuk memupuk keberanian dalam melawan kezaliman dan siap menghadapi segala tantangan.

Walau kerajaan kita tak seluas Dzul Qarnain, hari ini kita bisa mencurahkan dan memberi cintih agar memiliki akhlak dalam pemimpin; menyeru iman, membebas ummat, dan menebar kebaikan

Walau persoalan hidup kita tak sepelik Ibunda nabi Musa, menguatkan diri dalam mengikuti kebersihan dan kejernihan akal karena dekat dengan Allah.

Walau ilmu dan kebijaksanaan kita tak seutuh Luqman Al Hakim; hari ini tugas kita adalah menjamkan ilmu dan rasa untuk terus dapat mengambil ‘ibrah di setiap kejadian.

Intinya dalam meraih hati yang bersih perlu dikemudikan dengan baik sebagi perjuangan cinta yang penuh dengan romantika kehidupan. Bagi orang yang beriman perjuangan ini perlu keyakinan dan tekad yang kuat. Mudah-mudahan Allah selalu membimbing langkah perjalanan cinta kita sampai menuju terminal akhir yakni cinta kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW yang benar, diridhai, dan diberkahi. Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarib.

Exit mobile version