Filosofi Pendidikan Muhammadiyah
Oleh: A Malik Fajar
KHA Dahlan mendirikan lembaga pendidikan dalam arti perguruan, mengandung dua sisi mata tajam, yaitu pertama, unsur pendidikan dan ke dua, pergerakan. Keduanya sangat reflektif, progresif di mana perguruan Muhammadiyah selalu bergerak ke depan.
Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-26 ada gagasan pendirian Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Tujuan pendirian PTM, adalah hanya dengan pendidikan Muhammadiyah akan bergerak dalam proses gerakan rasional. Gerakan rasional Muhammadiyah dapat berjalan jika jamaahnya terdidik, merasakan empati, partisipasi, merasakan nasib umat Islam. Pendidikan Muhammadiah berimtek progresif menatap ke depan. Kampus Muhammadiyah tidak berhenti tapi bergerak ke arah depan. Berfikir kritis. Tauhid yang rasional. Tidak mengharapkan datangnya ratu adil.
Ibarat sebuah Hadits Nabi, carilah ilmu hingga ke negeri China. Kader intelektual kampus perguruan Muhammadiyah yang mencari ilmu atau melanjutkan pendidikannya di luar negeri, hendaknya tetap loyal kepada Muhammadiyah untuk suatu ketika nanti mengembangkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di tanah air. Harus juga mengembangkan dan menggerakkan pandangan yang menyejukkan, dan mencerdaskan. Serta memberi inspirasi selama 24 jam penuh di kampus Muhammadiyah.
Mengoleksi buku-buku baru menjadi sebuah keharusan sebagai kegunaan amat penting.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah dengan fondasi yang kuat dengan Al Quran dan Sunnah, tidak perlu takut untuk berkembang. Cakrawala pandangnya harus ke arah intelektual yang ulama. Karena kini pendidikan Muhammadiyah sudah membumi sangat luar biasa. Tetapi jika ada sesuatu pasti mengenai mis manajemen.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah bisa jadi besar, mengkomunikasikan gagasan besar. Survive pada Islamiyah, maka tidak akan dicemooh tapi justru dicontohkan (dalam berbuat) menyangkut nilai-nilai ajaran Islam secara cerdas dan luas. Kekuatan dan daya hidup yang ditumbuhkan adalah cita-cita.Di situlah sumber inpirasi, dinamisasi, kreasi dan imajinasi.
KHA Dahlan saja tidak segan-segan berinteraksi dengan zending (missi), karena dengan itu memberi inspirasi. Gerakan-gerakan Muhammadiyah berbuat macam-macam, hanya dapat berjalan jika didukung dengan sumber daya insani. Jamaah yang terdidik.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah tidak perlu berseragam. Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbuat dengan berbudaya lokal, dalam kerangka cara pandang Muhammadiyah. Mengingat Indonesia merupakan bangsa yang sangat luas.
Perguruan Muhammadiyah menggerakkan kandungan Al Quran dan Sunnah dalam aktivitas, dalam rangka penyiapan sumber daya insani. Kita selalu berkembang pada perkembangan ekonomi dan sosial. Ingatlah dengan bermuhammadiyah itu adalam arti kita dalam berislam yang berkemajuan.
Pendidikan sesungguhnya untuk kehidupan, yang diperlukan untuk mengolah energi materiil dan imateriil. Pendidikan Muhammadiyah harus dapat menopang generasi ke depan, dalam istilah saya generasi platinum. Ada tiga kekuatan yang harus diperhatikan; pertama, intelektual (tidak tampak), ketrampilan (keahlian kompetensi), dan jamaah (koperasi, atau usaha kerjasama).(am)
Sumber: Majalah SM No 19 Tahun 2008