Resiliensi Sebagai Benteng Kaderisasi IMM di Tengah Pandemi

IMM

Foto Dok Istimewa

Resiliensi Sebagai Benteng Kaderisasi IMM di Tengah Pandemi

Oleh: Sofyan Faisnanto

Virus Corona (Covid-19) secara resmi dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020). Wabah ini menjadi penyakit global yang telah menyebar ke setiap negara dan merupakan bencana baru yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia.

Situasi pandemik Covid-19 tentu bukan situasi yang menggembirakan dan malah cenderung memberikan dampak negatif seperti menurunkan semangat belajar dan berorganisasi mahasiswa. Seperti kita ketahui bahwa pandemik Covid-19 ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan mahasiswa mulai dari aspek pendidikan, aspek spiritual, aspek sosial, aspek finansial, aspek keluarga, aspek mental dan emosional. Mahasiswa dihadapkan oleh perubahan tatanan kehidupan sosial yang signifikan.

Berbagai aspek di atas menjadi penyebab banyak mahasiswa mengalami permasalahan kesehatan mental seperti peningkatan kecemasan dan stres yang berdampak pada perilaku tidak produktif. Tulisan ini bermaksud mengupas nalar pesimis mahasiswa di tengah pandemik dengan cara menanamkan rasa optimisme dan kemampuan resiliensi dalam belajar dan beorganisasi. Tidak hanya itu, sebagai mahasiswa harus siap beradaptasi dengan realitas baru yang selama ini dan sampai detik ini dapat dikatakan telah didominasi oleh ketakutan akan penyebaran dan penularan virus.

Optimisme mahasiswa tidak boleh lekas usang dalam berjuang menghadapi pandemik Covid-19 ini, pasalnya kita tidak tahu ujung wabah ini terlihat. Seumpama tumbuhan, optimisme di masa pandemik adalah suatu hal yang perlu dipupuk dengan pelbagai upaya agar saat nanti pandemik ini berakhir, kita mendapat energi positif yang dituai ketika situasi kehidupan normal kembali. Begitupun dalam berorganisasi, terkhusus di Ikatan Mahasiswa Muhammadiiyah (IMM). Tentu prinsip dalam menjalani roda organisasi selalu mengutamakan aspek regenerasi dan perbaikan kualitas kaderisasi. Dua hal ini yang menjadi konsentrasi dari setiap generasi (kepengurusan) dan ketika menjelang peralihan kekuasaan baik dari rapat anggota sampai tingkat musyawarah.

Pandemi dan Perkaderan

Tidak dapat dipungkiri dengan kondisi perkaderan yang ada di tubuh Ikatan Mahasiswa Muhammadiiyah (IMM) Rosyad Sholeh Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada masa pandemi. Dalam hal ini sebagai kader IMM harus memiliki platform yang jelas dalam menyusun agenda dengan mendekatkan diri kepada realitas (perkembangan zaman) dan secara konsisten membangun proses dialetika secara obyektif dalam pencapaian tujuan ikatan.

Sehingga kader IMM harus dapat beradaptasi (menyesuaikan keadaan), bahkan mempelopori serta mensiasati apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Karena itu, kemampuan resiliensi sebagai benteng ketahanan organisasi dan bertahan di tengah kondisi pandemik global saat ini sangat perlu diperhatikan. Dalam definisi organisasi, resiliensi bukan hanya sekedar daya tahan, melainkan juga kemampuan organisasi untuk beradaptasi secara positif dan efektif sebagai strategi dalam menghadapi proses kaderisasi.

Terdapat tujuh aspek yang menjadi pembentuk resiliensi individu dalam memperbaiki kaderisasi ditengah pandemik antara lain:

  1. Regulasi emosional, merupakan keadaan untuk tetap tenang dan fokus dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
  2. Pengendalian impuls, merupakan kemampuan individu dalam mengontrol dorongan, keinginan, dan tekanan yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri.
  3. Sikap optimis, sebagai bentuk keyakinan bahwa kita sebagai kader dapat menyelesaikan masalahnya dan melewati kondisi yang terberatnya.
  4. Empati, merupakan kemampuan individu untuk memahami tanda-tanda emosional dan psikologis orang lain. Contohnya adalah dengan memperhatikan kondisi orang terdekat dan menjaga komunikasi dengan baik.
  5. Kemampuan analisis masalah, merupakan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang dihadapi.
  6. Efikasi diri, merupakan keyakinan bahwa individu mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan.
  7. Peningkatan aspek  positif,  yakni kemampuan  individu  untuk  memaknai  permasalahan  yang dihadapi sebagai kekuatan di masa depan. Contohnya, dengan adanya belajar dari rumah, individu memiliki lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi kemampuan diri, bakat, serta hobi dalam diri kader yang dapat menjadi sumber kebaikan dan kebermanfaatan di masa mendatang.

Guna meningkatkan resiliensi dan mengurangi tekanan stres dalam belajar dan berorganisasi selama pandemi, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Menjaga rutinitas harian
  2. Tetap menyempatkan diri melakukan aktivitas fisik
  3. Pilah dan pilih berita-berita positif
  4. Stay up to update dan waspada serta patuhi protokol kesehatan
  5. Menjaga komunikasi dengan orang terdekat
  6. Mencari dukungan sosial dalam menjalankan aktivitas

Kekhawatiran mahasiswa lebih tinggi dipicu oleh kecemasan akan ketidak efektifan dalam keberlangsungan belajar, sehingga penting juga bagi masing-masing mahasiswa untuk tetap terhubung dan aktif berkomunikasi belajar secara mandiri dengan teman-teman dan keluarganya meskipun berada dalam situasi pandemik Covid-19 yang menuntut untuk menjaga jarak. Maka  dapat disimpulkan  pentingnya  kaderisasi yang resilien pada era tatanan kehidupan baru seperti ini. Proses pengkaderan didorong oleh faktor ekternal maupun internal. Karena tidak ada satupun perjalanan menuju suksesnya kepemimpinan dalam organisasi tersebut mudah dan sederhana. Resiliensi yang harus dimiliki  para  kader  tersebut  merupakan hasil  dari  upaya  untuk  mengatasi kondisi organisasi yang sedang  sulit dan mengalami kepasifan.

Sofyan Faisnanto, Ketua Umum PK IMM Rosyad Sholeh UNISA Yogyakarta

Exit mobile version