LAMONGAN, Suara Muhammadiyah – Perguruan Muhammadiyah Takerharjo Solokuro Lamongan eksis sejak 1954 dengan beroperasinya Madrasah Ibtidaiyah. Lalu didirikan TK Aisyiyah 1973, Madrasah Tsanawiyah 1978, dan Madrasah Aliyah 1985 serta Taman Pendidikan Alquran 1993. Lulusannya lebih dari 2223 siswa.
Prestasinya kini sangat membanggakan. Data mutakhir menunjukkan bahwa TK Aisyiyah Takerharjo juara nasional puisi, dan juara Pildacil tingkat kabupaten. Madrasah Ibtidaiyah mengikuti lomba KSM, OAD dan hafal juzamma. Lulusan Madrasah Tsanawiyah giat mengaji, salat berjamaah, kultum, berakhlak, tertib, disiplin, literat, beladiri, kompetisi sains madrasah, dan berorganisasi serta menerbitkan buletin. Sedang lulusan Madrasah Aliyah juara satu tingkat nasional lomba artskill 3D competition, juara 3 tingkat nasional pencak silat champhionship dan beberapa hafal Alquran 3-5 juz.
Lagian 16 dari 26 murid Madrasah Aliyah masuk Perguran Tinggi Negeri. Di antaranya Unair Surabaya, IAIN Ponorogo, Unijoyo Madura, IAIN Tulungagung, Unesa, IAIN Jember, IAIN Salatiga, UIN Surabaya, dan UIN Semarang. Jalurnya SNMPTN, SPAN, PTKIN, SBMPTN dan UMPTKIN. Selebihnya masuk Unmar Amni Semarang, PENS, UMLA, UM Surabaya dan PTS lainnya.
Seluruh siswa berprestasi dianugerahi penghargaan. Baik berupa piagam, piala maupun beasiswa sekolah gratis. Termasuk siswa terbaik 1,2,3 perkelasnya. Puncak anugerah tersebut dilaksanakan Rabu (30062021). Senyampang pentas seni dan wisuda dengan menerapkan protokol kesehatan lebih ketat. Kecuali pas difoto ada lulusan yang membuka masker.
Anugerah siswa berprestasi tidak membuat perguruan Muhammadiyah Takerharjo merugi. Justru saldo akhir tahun pelajaran 2020/2021 berlebih. Saldo MI Rp. 33.579.800, MTs Rp. 37.840.950, MA Rp. 37.143.855, dan komite Rp. 13.892.400. Padahal pendapatannya hanya dari uang infak siswa, uang infak guru, BOS, dan dana talangan serta subsidi Pimpinan Ranting Muhammadiyah.
Senin 12 Juli 2021 Perguruan Muhammadiyah telah menerima peserta didik baru. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah dikenal dengan nama Fortasi. Forum ta’aruf dan silaturahmi. Mereka disambut dengan ramah. Lalu mereka dibekali keilmuan, keislaman, kemuhammadiyan dan kecakapan hidup secara daring. Ternyata literasi digitalnya luar biasa. Padahal mereka umumnya orang kampung dan belum memiliki jaringan wifi. Adapun mereka yang tidak memiliki gawai, terpaksa nebeng di madrasah, balai desa, warung dan tempat lainnya yang menyediakan wifi gratis.
Mushlihin, guru MA Muhammadiyah Takerharjo Solokuro Lamongan