Milad

Milad

Milad

Kata milad yang berarti waktu lahir, adalah bentukan dari kata walada-yalidu-wilaadatan-wilaadan-maulidan. Dari kata walada ini juga dibentuk kata maulid, artinya kelahiran, yang merupakan bentuk masdar mimi, isim zaman, dan isim makan. Belum lama ini, sebagian umat Islam baru saja memperingati maulid Nabi Muhammad. Pada nama Muhammad, Muhammadiyah menyandarkan namanya, yang bermakna keinginan untuk mewujudkan misi kenabian dan kerisalahannya.

Setiap peringatan punya makna mengingatkan tentang sesuatu. Dalam setiap peringatan, dilakukan upaya untuk memberi ingat. Memori atau ingatan disegarkan kembali, supaya tidak lupa. Dalam Qur’an Surat Az-Dzariyat ayat 55, dinyatakan: Wa żakkir fa innaż-żikrā tanfa’ul-mu`minīn. Artinya, dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.

Peringatan milad Muhammadiyah yang dilakukan setiap tahun memiliki makna supaya warga Muhammadiyah menyegarkan kembali ingatannya tentang gerakan ini. Di tengah rutinitasnya mengabdikan diri pada Muhammadiyah, terkadang perlu melihat Muhammadiyah dari sudut pandang lain. Peringatan milad bukan dimaksudkan sekadar seremonial belaka. Substansi dari peringatan milad adalah merefleksikan diri sebagai pimpinan, kader, anggota, atau simpatisan yang berjuang dalam sebuah gerakan.

Bergabung dengan sebuah organisasi berarti kerelaan dan keterlibatan untuk mengikuti seperangkat aturan bersama, untuk menjunjung nilai-nilai yang menjadi kesepakatan. Kesadaran bahwa organisasi merupakan rumah bersama, seraya tidak memaksakan kepentingan sendiri, akan menjaga kestabilan roda organisasi. Banyak pengamat memberi kesaksian bahwa modal penting yang menjadikan Muhammadiyah berusia panjang adalah karena adanya ideologi yang komprehensif dan solidaritas segenap anggotanya.

Djindar Tamimy dalam artikel “Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah” di Gebyar Muktamar Muhammadiyah ke-43 (1995), menyatakan bahwa Kiai Ahmad Dahlan memahami Islam sebagai konsepsi hidup. Allah menciptakan manusia tidak sekadar untuk main-main. Melalui Al-Qur’an dan Sunnah, Allah memberitahu manusia tentang maksud penciptaan-Nya, tentang program yang harus dijalankan manusia dan tentang cara berkehidupan di dunia. Pengarahan itu, “membawa manusia kepada hidup dan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan utama. Hidup yang beradab, adil, dan makmur, karena Islam itu diturunkan merupakan rahmatan lil alamin (rahmat untuk seluruh alam).”

Pemahaman tentang konsepsi Islam yang menjamin kesejahteraan dan keselamatan bersama ini, mendorong Kiai Dahlan untuk menegakkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat, melalui sebuah persyarikatan. Untuk mencapai kesadaran seperti itu, Kiai Dahlan melalui pengembaraan intelektual yang sangat kaya, disertai dengan penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang diyakininya.

Milad juga bermakna kesyukuran. Bersyukur bahwa Muhammadiyah mampu bertahan dan terus berkembang dalam menyebarluaskan dan memajukan misi dakwah dan tajdid menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah diharapkan senantiasa memancarkan pencerahan dan kemanfaatan untuk kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal dalam bingkai rahmatan lil-‘alamin. Muhammadiyah harus terus istiqamah di jalan kemasyarakatan sebagai civil society seraya lebih adaptif dan luwes dalam menghadapi kenyataan ruang dan waktu yang berubah. (ribas)

Sumber: Majalah SM Edisi 22 Tahun 2020

 

Exit mobile version