Pimpinan Memikul Beban Muhammadiyah
Oleh DR H Haedar Nashir, M.Si.
Muhammadiyah dikenal publik sebagai organisasi Islam yang sukses bergerak dalam kiprah dakwah dan kemasyarakatan yang mengakar dan meluas di masyarakat Indonesia. Amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat berkembang dan dirsakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Keanggotaan Muhammadiyah terdiri dari anggota yang bersalah dari berbagai kelompok sosial, lebih-lebih pada kelompok menengah ke atas, kaum terdidik, wirausahawan, profesional, dan lainnya.
Dengan posisi sebagai gerakan dakwah nonpolitik-praktis dan kepercayaan dari masyarakat, Muhammadiyah lebih leluasa bergerak dalam menjalankan peran keumatan dan kebangsaan. Kekuatan Muhammadiyah juga pada sistem organisasi modern yang berbasis nilai-nilai Islami seperti ikhlas, amanah, musyawarah, ukhuwah yang dikelola dengan cara good governance. Dalam Muhammadiyah setiap anggota dan pimpinan harus menyesuaikan diri dengan sistem organisasi, termasuk dalam paham agama dan ideologi, bukan sebaliknya bertindak semaunya sendiri, sehingga Peryarikatan menjadi besar dan kuat.
Kini Muhammadiyah memasuki abad kedua dan sekitar satu seteengah tahun akan bermuktamar tahun 2020 di Surakarta. Bagaimana para anggota, kader, dan lebih-lebih pimpinannya di seluruh tingkatan dan lini organisasi selain mempertahankan keberhasilan yang telah diraih, pada saat yang sama menjadikan Muhammadiyah dengan segala usahanya menjadi gerakan yang unggul-berkemajuan secara lebih menggembirakan dan membanggakan. Tanggungjawab para pimpinan dari Pusat sampai Ranting sangatlah besar dan menentukan masa depan Muhammadiyah.
Agenda Muhammadiyah
Di samping meraih kemajuan, Muhammadiyah juga memiliki sejumlah masalah yang menjadi agenda penting untuk dihadapi dan dicarikan solusinya bagi masa depan gerakan. Dalam beberapa kajian internal selain diperoleh data yang menggembirakan mengenai perkembangan Cabang dan Ranting dengan kegiatannya, namun Cabang dan Ranting yang tidak aktif juga masih menjadi fakta di lapangan. Jumlah anggota Muhammadiyah juga cenderung stagnan, sebagian amal usaha yang cenderung menyusut jumlahnya di samping masalah kualitas, kegiatan jamaah di tingkat bawah yang kurang hidup, pengelolaan organisasi yang seadanya, konflik dalam pengelolaan amal usaha, dan masalah lainnya.
Dalam temuan Nakamura terakhir (2010) antara lain hilang atau menurunnya etos pimpinan Muhammadiyah yang berani mengambil resiko dan berkhidmat tanpa pamrih, banyak orang Muhammadiyah tidak mau berubah, kecenderungan sikap puritan yang ekslusif karena sebagian masih terfokus pada gerakan TBC (anti tahayul, bid’ah, dan churafat), sehingga dalam 40 tahun itu selain ada kemajuan juga kemunduran atau regresi. Secara umum Nakamura mengkiritik melemahnya ideologi pembaruan di Muhammadiyah. Elan vital pembaruan penting dibangkitkan terus menerus. Muhammadiyah penting menerima kritik agar tidak merasa berada di zona aman dan nyaman.
Fakta lain basis komunitas Muhammadiyah mulai longgar atau abu-abu. Masyarakat kota dan kelas menengah ke atas yang dulu menjadi basis massa Muhammadiyah mulai lepas dari genggaman atau digarap organisasi lain. Organisasi-organisasi keagamaan lain mulai masuk dan merambah dengan progresif, sampai batas tertentu mengambil alih peran Muhammadiyah. Kelompok komunitas baru pun lahir di sekitar Muhammadiyah baik di tingkat bawah dan menengah maupun atas, yang mungkin banyak tidak tergarap dakwah Muhammadiyah. Kelompok Islam yang dulu tradisional bahkan masuk ke perkotaan dan diterima dalam struktur sosial kelas menengah ke atas, pemikiran keislamannya pun jauh lebih maju dan sampai batas tertentu cenderung progresif dan inklusif sebagaimana Muhammadiyah generasi awal di era Kyai Dahlan.
Apakah dakwah dan pergerakan Muhammadiyah saat ini masih memiliki tempat spesial di kalangan komunitas sosial lama maupun baru? Misalnya di berbagai komunitas masyarakat kota besar dan metropolitan, di samping di pedesaan dan daerah-daerah terpencil dan terjauh? Begitu pula pada generasi baru yang lahir dalam kultur media sosial dan generasi milenial? Mampukah Muhammadiyah berfastabiqul-khairat secara lebih unggul dengan gerakan Islam lain maupun gerakan keagamaan lainnya di negeri ini yang dalam sejumlah aspek mereka lebih maju?
Dakwah Komunitas yang menjadi amanat dan agenda penting dalam Muhammadiyah periode 2015-2020 memerlukan penanganan serius dan terprogram secara masif. Diakui sampai sekarang belum tampak gerakan Dakwah Komunitas tersebut menjadi perhatian dan prioritas di lingkungan Persyarikatan. Padahal program tersebut sangat penting dan strategis untuk dilaksanakan dalam mengembalikan dan memperluas daya jangkau dakwah Muhammadiyah ke berbagai segmen atau lingkungan sosial yang heterogen di tengah arus perubahan sosial dan fungsi dominan mesia sosial saat ini.
Pada saat ini juga berkembang berbagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan lain yang semakin masuk ke masyarakat dengan aksi dan programnya yang menarik minat publik. Mereka menggarap lembaga pendidikan, kesehatan, dan usaha lain sebagaimana dilakukan Muhammadiyah yang berkualitas. Rumah sakit Siloam berdiri di setiap kota atau daerah, yang memerlukan kompetisi Muhammadiyah. Beragam paham keagamaan pun semakin meluas di lingkungan umat Islam yang memerlukan panduan keagamaan alternatif. Sementara media sosial menjadi area interaksi sosial baru yang memerlukan kehadiran dakwah yang mencerahkan.
Gerakan ke masyarakat di kota maupun desa serta daerah terjauh harus menjadi fokus pengembangan Muhammadiyah jika ingin tetap mengakar di negeri ini. Jangan terus berwacana dan sibuk dengan mengusung isu organisasi lain lebih maju, misi agama lain masif, dan kita merasa ketinggalan jika tidak diberangi dengan kesungguhan menjalankan usaha-usaha Muhammadiyah secara optimal. Kadang mau merumuskan satu konsep atau pemikiran saja tidak tertunaikan, sementara reaksi atas masalah yang terjadi sering begiturupa tinggi tanpa memberikan pemikiran alternatif dari Muhammadiyah. Terlalu bersemangat melakukan advokasi ke luar tanpa keseimbangan memperkuat diri dapat menjadi beban tersendiri bagi Muhammadiyah.
Bagaimana menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam alternatif yang unggul di tengah dinamika baru keagamaan dan kemasyarakatan yang dinamis itu? Muhammadiyah wajib hadir di tengah dinamika sosial baru dengan menampilkan alternatif gerakan dakwah yang berkemajuan. Muhammadiyah jangan sampai mengalami stagnasi (kejumudan) atau involusi (jalan di tempat), ketika pergerakan keagamaan lain mengalami transformasi sosial baru. Di sinilah pentingnya kehadiran Majelis Tabligh, Tarjih, Majelis Pendidikan, organisasi otonom, dan seluruh institusi Muhammadiyah yang dalam menghadapi realitas sosial baru dan masyarakat yang tengah berubah dengan cepat dan kompleks.
Tanggungjawab Pimpinan
Alhamdulillah amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, ekonomi dan kewirausahaan, dan amal usaha lainnya terus berkembanh secara kuantitas maupun kualitas. Peningkatan kualitas amal usahan menjadi keniscayaan untuk terus dilakukan, selain menyebarluasaan dan pengembangan. Amal usaha ekonomi yang menjadi pilar ketiga mestinya semakin dibumikan dan diperluas sehingga menjadi gerakan unggulan. Amal usaha merupakan kekuatas dan aset strategis Muhammadiyah menjadi gerakan yang semakin kuat dan mandiri. Persaingan dengan “amal usaha” lain semakin tinggi, sehingga jika amal usaha Muhammadiyah tidak benar-benar dipikirkan masa depannya maka akan tertinggal.
Bagaimana para pimpinan Muhammadiyah memikirkan agenda-agenda penting dalam satu setengah tahun ke depan? Muhammadiyah tidak cukup berada di zona aman dan nyaman jika ingin terus maju menjadi gerakan Islam yang unggul. Amal usaha yang besar jangan sampai membuat para pimpinan Muhammadiyah berpuas diri serta menjadi berjalan di tempat tanpa melakukan usaha-usaha penguatan, peningkatan, dan pengembangan secara lebih dinamis dan lebih berkualitas. Jika tidak mampu melakukan terobosan, lakukan pengembangan kualitas. Hal yang niscaya ialah membangun pusat-pusat keunggulan yang akan menjadi kekuatan Muhammadiyah dalam lahan gerakannya di bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, plus tablig yang masif dan mencerahkan.
Posisikan dan perankan diri para pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan sebagaimana menjadi pemimpin dari Organisasi Dakwah dan Organisasi Kemasyarakatan secara semestinya. Sikap partisan politik yang boleh jadi menguat sewaktu Pemilu yang lalu harus segera diakhiri dan kembali mengurus organisasi secara terfokus dan berkomitmen tinggi untuk memajukan Muhammadiyah. Ikuti keputusan dan sikap resmi Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar segela urusan dan sengketa politik pada lembaga yang konstitusional dan dengan cara konstitusional. Amar ma’ruf dan nahi munkar Muhammadiyah dalam politik kebangsaan tentu dijalankan dengan cara organisasi sesuai Kepribadian dan Khittah, tidak perlu tafsir dan tarikan politis secara orang perorang apalagi dengan sikap partisan, agar tetap ada tertib beroganisasi. Percayalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah istiqamah berpegang teguh pada prinsip-prinsip utamanya sebagai Gerakan Islam.
Para pimpinan Muhammadiyah dari Pusat sampai Ranting bersama segenap pengurus Organisasi Otonom, Majelis, Lembaga, dan Amal Usaha sungguh mulia ketika bersedia menjadi penerus perjuangan Kyai Haji Ahmad Danlan. Tanggungjawab mengurus Muhammadiyah sama dengan mengikuti perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. dalam mendakwahkan Islam untuk membangun peradaban utama. Para pimpinan Muhammadiyah sungguh dituntut komitmen, pemikiran, serta kerja-kerja yang cerdas dan produktif. Manakala lengah, merasa aman, dan terpecah rugilah Muhammadiyah. Di sinilah pentingnya mengoptimalkan komitmen, tanggungjawab, dan kiprah seluruh pimpinan Muhammadiyah dalam membawa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang unggul berkemajuan!
Sumber: Majalah SM Edisi 11 Tahun 2019