Memaknai Hari Raya Idul Adha di Tengah Pandemi

Memaknai Hari Raya Idul Adha di Tengah Pandemi

Oleh H. Fahmi Salim, MA.

السلا م عليكم ورحمة الله وبركاته

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا اله الا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم علي هذا النبي الأمي وعلي أله وصحبه أجمعين:

الله اكبر الله أكبر, لا اله الا الله, الله أكبر الله أكبر, ولله الحمد. الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. وصلي الله علي محمد وعلي آله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. الله اكبر الله أكبر, لا اله الا الله, الله أكبر الله أكبر, ولله الحمد, أما بعد:

معاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم ترحمون. وافهموا ما قال ربكم في كتابه الكريم بسم الله الرحمن الرحيم : إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Ilallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamdu

Takbir terus berkumandang menggetarkan jagad raya ini, walaupun sebagian besar umat Islam melaksanakan shalat id di rumah masing-masing atau di lapangan dengan prokes yang ketat. Alloh Yang Maha Besar, Tidak ada tuhan selain-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Tak ada tandingan bagi-Nya. Karena, Dia hanya Yang Maha Besar. Semuanya kecil di hadapan-Nya. Sebesar apa pun persoalan yang kita hadapi, termasuk wabah Covid-19 yang melanda semua belahan dunia ini, tak ada artinya bagi-Nya. Karena, semua yang ada di langit dan bumi, termasuk jasad renik yang bernama virus corona bertasbih kepada-Nya.

Karena itu, marilah di hari raya ini, kita hiasi lisan-lisan kita dengan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil sehingga menggetarkan jiwa kita untuk selalu tunduk dan patuh kepada-Nya. karena, setiap musibah yang Alloh turunkan kepada kita sesungguhnya untuk mengingatkan agar kita kembali kepada-Nya, untuk selalu berharap dan meminta pertolongan-Nya.

Mari kita doakan kerabat kita, sahabat-sahabat ktia, tetangga kita dan para ulama yang telah dulu wafat baik karena wabah Covid-19 atau yang lainnya, Alloh ampuni dosa mereka dan merahmati mereka. Semoga kematian mereka menjadi pengingat untuk kita semua, karena semuanya akan menghadap kembali kepada-Nya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Idul Adha tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnnya. Pemerintah, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan berbagai ormas Islam, seperti Muhammadiyah menyerukan untuk melaksanakan shalat id di rumah masing-masing. Pelaksanaan penyembelihan hewan qurban pun dianjurkan untuk diserahkan ke Rumah Pemotongan Hewan, atau kalau pun terpaksa dilakukan di lapangan masjid, kita tetap harus mematuhi protokol kesehatan dengan ketat. Sebagai ikhtiar untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, karena lonjakan kasus positif Covid-19 terus meningkat. Sementara, ketersediaan rumah sakit dan tenaga medis begitu terbatas.

Maka, sebagai wujud kepedulian marilah kita jaga kesehatan kita salah satunya dengan menjaga pola hidup sehat dan mengikuti 5 M, yaitu selalu menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas sosial kita. Selain berikhtiar maksimal, yang terpenting bagi orang-orang beriman tak pernah melupakan untuk berzikir di pagi hari dan sore hari, seraya memohon penjagaan dari Alloh Azza wa Jalla.

Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa seorang mukmin yang kuat lebih disukai Alloh daripada mukmin yang lemah. Kuat dalam hadist ini bisa dimaknai kuat fisiknya dan daya tahan tubuhnya. Dalam hadist lain, nabi pun mengajari kita untuk mengkonsumsi tujuh butih kurma ajwa setiap pagi sebagai penangkal racun dan sihir. Inilah salah satu contoh sunnah nabi untuk membentengi diri dari dari berbagai penyakit dan upaya meningkatkan daya tahan tubuh kita.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengobatan modern, saat ini kita mengenal berbagai vitamin untuk menguatkan kesehatan tubuh kita. Untuk menambah imunitas tubuh terhadap serangan virus, salah satunya dengan vaksin. Ilmu vaksin atau vaksinologi sudah berkembang pesat dan selama dua abad ini, beragam jenis vaksin sudah banyak ditemukan.  Inilah bagian dari eksplorasi manusia untuk mengungkap ayat-ayat Alloh (ayat-ayat kauniyyah).

Edward Jener disebut sebagai bapak penemu vaksin pada tahun 1796, dengan menemukan vaksin cacar. Saat itu, dunia tengah digemparkan dengan virus smallpox atau cacar tanah yang wabahnya telah menewaskan lebih dari 400 ribu orang setiap tahun. Namun, jika kita kembali membuka sejarah ilmu kedokteran, sesungguhnya jauh sebelum itu, pada abad ke-9, seorang ilmuwan muslim, Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi telah merintis penelitian tentang penyakit cacar dan campak, seperti dalam kitabnya Al-Judari wa Al-Hashbah. Pengembangan obat untuk penyakit ini pun terus berkembang hingga era Turki Usmani.

Sejarawan Alison Bashford dalam Imperial Hygiene (2004:17) menyatakan, vaksinasi dimulai dengan preseden sebuah proses bernama inokulasi, yaitu praktik mencampurkan material penyakit kepada orang yang masih sehat agar terjadi kekebalan. Inokulasi cacar yang dipraktikkan pada era Turki Usmani terhadap Lady Mary Montague, istri Duta Besar Inggris untuk Istanbul ini dikenalkan ke Inggris dan negara-negara Eropa pada tahun 1700-an. Teknik ini yang nanti dikembangkan ilmuwan Inggris Edward Jenner pada 1796 dengan praktik inokulasi cacar sapi hingga berhasil lebih efektif (1798), hingga kita sekarang mengenalnya dengan istilah vaksin (Donald R. Hopkins, 2002).

Ketika vaksin diperkenalkan pertama kali di masyarakat barat, menimbulkan banyak penentangan karena dianggap akan memperparah penularan penyakit.  Namun, protes terhadap vaksin mereda seiring dengan data yang berhasil membuktikan bahwa vaksin mampu menurunkan angka kematian. Misalnya, ketika terjadi wabah cacar, program vaksisasi terhadap tentara Perancis tidak berhasil, menimbulkan korban kematian 23 ribu orang. Sementara, tentara Prusia yang program vaksinasinya lebih baik hanya kehilangan 500 prajurit. Vaksin campak yang diperkenalkan pada tahun 1960-an, juga membuktikan penurunan angka kematian. Padahal, sebelumnya setiap tahun sekitar 2,6 juta orang meninggal karena penyakit campak. Inilah salah satu bukti vaksinasi memberi banyak manfaatnya untuk mencegah penularan penyakit dan melawan infeksi yang mematikan.

Keberhasilan program vaksinasi tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan para tokoh dan para ulama untuk memberikan penyadaran terhadap masayrakat tentang pentingnya vaksin untuk menanggulangi wabah penyakit, termasuk wabah Covid-19 yang saat ini tengah kita hadapi. Sebagian masyarakat kita yang tidak percaya dengan vaksin harus dihadapi dengan menunjukan berbagai bukti ilmiah tentang keampuhan vaksin bukan sekedar propaganda. Bahkan, Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, harusnya terdepan mengembangkan industri vaksin ini, dan jangan hanya menjadi importir produsen vaksin dunia. Muhammadiyah dengan potensi besarnya juga dituntut kiprahnya untuk membangun industri strategis seperti oksigen dan farmasi agar Gerakan Islam Berkemajuan ini menjadi rahmatan lil-‘alamin (https://pwmu.co/199923/07/15/saatnya-muhammadiyah-bangun-pabrik-oksigen/)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah.

Umat Islam sesungguhnya umat yang peduli dengan kesehatan dirinya dan lingkungannya. Syariat qurban yang merupakan jejak dari Nabi Ibrahim alaihissalam, tidak sekedar bentuk penghambaan kepada Alloh, juga memiliki dimensi lainnya, sepeti dimensi sosial yaitu berbagai dengan sesama, dimensi ekonomi dengan menggairahkan industri peternakan, juga berdimensi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat muslim.  Masih banyak saudara-saudara kita yang menganggap daging adalah makanan yang mahal dan jarang dikonsumsi.

Pola makan yang sehat juga bersumber dari makanannya yang halal dan thoyyib merupakan ajaran dari agama kita, sebagaimana perintah Alloh Ta’ala kepada umat manusia: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena setan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah 168). Halal berkaitan dengan keberkahan, sedangkan thoyyib itu bisa bermakna gizi yang seimbang. Imunitas tubuh kita bisa dijaga dan ditingkatkan dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi gizi yang seimbang, berolahraga, dan terhindar dari stress.

Pola hidup sehat Rasululloh wajib kita tiru, misalnya pola aktivitas, pola tidur hingga pola makan nabi. Nabi bersabda,” orang mukmin itu makan dalam satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus (HR Bukhori Muslim). Dalam hadist lain, disebutkan bahwa perut ini hendaknya diisi dengan 1/3 makanan, 1/3 minuman dan 1/3 untuk bernafas. Terbukti secara ilmiah, perut salah satu sumber penyakit terbesar, karena itu orang yang makan selalu kekenyangan berisiko timbulnya berbagai penyakit. Alloh Ta’ala berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

dan makanlah dan minumlah kalian, namun jangan berlebihan. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang suka bersikap berlebihan. (QS. al-a’raf: 31).

Karena itulah, ada syariat puasa dalam ajaran Islam, baik puasa wajib di bulan Ramadhan maupun puasa sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis, atau puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 bulan qomariyah tiap bulan). Secara ilmiah, puasa ternyata bermanfaat untuk regenerasi sel dalam tubuh kita, kebugaran dan ketenangan jiwa. Setiap hari raya umat Islam diawali dengan puasa. Idul Fitri diawali dengan puasa Ramadhan. Begitu pula, Idul Adha diawali dengan puasa Arofah, bahkan berpuasa yang dimulai pada awal hingga 9 Dzul Hijjah termasuk ibadah yang utama. Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan selama 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah.” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Ibadah qurban merupakan ibadah yang memiliki dimensi sosial dan ekonomi. Hasil riset Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) menunjukan bahwa potensi kurban mencapai Rp 28,4 trilyun. Angka yang sangat besar. Kelompok menengah umat Islam di Indonesia yang mencapai 49,4 juta. Dari 12,7 juta keluarga Muslim sejahtera itu, diasumsikan tingkat ketaatannya 27,5 persen, sehingga diperkirakan 3,5 juta keluarga setidaknya melaksanakan ibadah kurban. Tapi, itu angka tahun 2019. Lalu, bagaimana dengan potensi ekonomi kurban pada tahun 2020 dan 2021 di masa pandemic Covid-19 ini?

Menurut lembaga Riset ini potensi nilai ekonomi kurban terus mengalami penurunan. Pada tahun 2021 diproyeksikan sebesar Rp 18,2 triliun yang berasal dari 2,2 juta orang yang berkurban. Proyeksi ini pun turun dari tahun lalu yang diperkirakan mencapai Rp 20,5 triliun dari 2,3 juta orang yang berkurban. Penurunan seiring dengan bertambahnya angka kemiskinan penduduk kita akibat terdampak Covid-19. Hanya kepada Allohlah kita memohon perlindungan dan pertolongan-Nya. Semoga Alloh angkat wabah di negeri ini dan di seluruh dunia.

Namun, Alloh telah memberi syarat untuk mencapai kemakmuran, yang disebut oleh Al-Quran dengan Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghafur, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya.

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

” Sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan [QS al-A’râf :96].

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Beriman dan bertaqwa adalah kunci utama untuk keluar dari krisis multidimensi ini, baik krisis kesehatan, krisis ekonomi maupun krisis akhlak. Alloh Ta’ala telah memberikan solusinya, tapi masih banyak diantara kita ynag tidak mau mengikuti dan menerapkanknya.

Iman dan taqwa bukanlah sekedar kita berdiam diri sibuk beribadah di bilik-bilik rumah kita atau masjid-masjid kita tanpa melakukan upaya yang kongkret untuk menata kehidupan yang lebih baik. Karena, sesuai dengan sunatulloh, kita harus berusaha secara maksimal walaupun keputusan akhir ada di tangah Allah. Karena, Alloh yang Maha Kuasa, dan Alloh Yang Maha Mengatur.

Musibah seperti Covid-19 adalah kehendak Alloh Ta’ala sesuai dengan takdir yang ditetapkan-Nya dan kebijaksanaan-Nya. Dalam fikih kebencaan yang dirumuskan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah pada tahun 2015, musibah tidak selalu berkonotasi azab atau kemurkaan Alloh terhadap manusia. Di dalam Al-Qur’an, musibah digambarkan dan dikonspetualisasi dengan beragam cara yang berbeda. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 155-156 Alloh telah menjelaskan “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilahi raji’un”.

Musibah yang baik berasal dari Alloh, sedangkan musibah yan buruk merupakan hasil dari perbauatan mansuia, seperti ditegaskan dalam surat Annisa ayat 79. Musibah, seperti wabah Covid-19 menimpa siapa saja baik orang yang beriman atau pun orang yang kafir. Namun, bagi orang-orang beriman, semua musibah yang terjadi adalah ujian untuk memperkokoh keimanan. Selalu ada hikmah di balik musibah ini, karena keyakinan terhadap rahmat-Nya untuk alam semesta.

Mari kita tadabburi, secara global memang ekonomi terpuruk dan banyak bisnis yang ambruk, namun ada beberapa bidang usaha yang justru meraup untung besar di masa pendemi, seperti telekomunikasi, internet, market place, farmasi, herbal dan lain-lain. Contoh lainnya, udara makin bersih karena polusi menurun drastis. Bumi untuk sementara beristirahat dari polusi kendaraan bermotor, karena, mobilitas sosoal dibatasi, dan banyak orang bekerja dari rumah masing-masing.

Virus adalah ciptaan Alloh, sebagaimana makhluk-makhluk lainya. Mereka tunduk pada ketentuan Tuhan Pemilik alam semensta ini. Tak ada yang mengetahui pasti kapan wabah ini berakhir, tapi karena wabah merupakan kehendak Alloh, tak ada jalan lain kecuali kita kembali dan memasrahkan semuanya kepada Alloh.

Wabah Covid 19 bisa dianggap sebagai siksaan atau teguran bagi orang-orang yang selama ini mendustakan ayat-ayat Alloh. Namun, wabah ini pun bisa dianggap rahmat bagi orang-orang beriman. Karena, menurut para ulama, wabah covid yang disamakan dengan Thoun yang terjadi pada masa Rasululloh dan para sahabat nabi, bagi yang meninggal karena wabah ini mendapat pahala syahid.

Dalam perjalanan sejarah dunia, wabah terus terjadi dalam rentang waktu tertentu. Tentu ada rahasia dan hikmah Alloh dengan menurunkan wabah di muka bumi ini. Sayyid Hossen Nasr, profesor studi Islam dari George University, Amerika Serikat meyakini bahwa tragedi wabah Covid 19 akan segera berakhir. Jumlah kematian yang besar, akan menjadi kesempatan untuk kebangkitan spiritual setidaknya bagi mereka yang cukup cerdas untuk memahaminya.

Terbukti, selama pandemi Covid 19,  banyak orang akhirnya mencari makna melalui jalan agama. Seperti survey yang dilakukan Jeanet Bentzen dari University of Copenhagen terhadap 95 negara dengan menggunakan data harian pencarian kata “doa” di Google search. Di akhir Maret 2020, menunjukkan angka tertinggi bahwa lebih dari separuh penduduk bumi telah melakukan doa agar wabah Covid-19 segera mereda.

Wabah menjadi momen untuk berefleksi lebih mendalam sehingga menemukan pemaknaan-pemaknaan baru. Di saat situasi PPKM darurat ini, kita dituntut untuk melakukan pencerahan spiritual dan mentransformasikan rasa takut menjadi energi positif dan membangun seluruh kesadaran baru kembali menjadi manusia yang menjalankan fungsi luhur sebagai khalifah di muka bumi. Terutama di moment Idul Kurban ini.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah..

Khatib kembali mewasiatkan untuk diri sendiri dan jamaah semuanya untuk kembali meneladani jejak Nabi Ibrahim alaihissalam sebagai bapak para nabi. Pengorbanannya yang diabadikan dalam syariat ibadah kurban sesungguhnya untuk memperkokoh keimanan dan penghambaan kita kepada Alloh Azza wa jalla

Kisah penyembelihan Ismail, bukan sekedar kisah masa lalu tapi memiliki relevansi dan pemaknaan di masa kini. Kesabaran dan ketawakalan Ismail mengikuti perintah sang ayah untuk menyembelihnya, sesungguhnya karena keimanannya kepada Alloh, hingga ia pun berkata kepada Ibrahim, sebagaimana diabadikan dalam Al-Quran,

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

 “Isma’il menjawab: “Wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS ash-Shaffat: 102)

Ujian yang maha berat ini berhasil dilalui oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, sehingga Alloh memberikan jalan keluar, dengan mengganti Isma’il dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih yang dibawa malaikat Jibril dari surga.  Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ، وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus Isma’il dengan seekor sembelihan yang agung” (QS ash-Shaffat: 106-107).

Pengorbanan kita di hari raya Idul Adha ini menjadi bukti pengabdian ktia sebagaimana Nabi Ibrahim, sehingga kita terus bermunajat kepada Alloh untuk mengganti semua ujian yang kita hadapi, termasuk ujian wabah Covid-19 dengan kehidupan yang lebih baik dan pahala yang besar di akhirat kelak.

Semua kesabaran dan tawakkal kita insya Alloh akan berbuah kebaikan tidak hanya di dunia juga di akhirat. Semua kesulitan hidup ini hanya bisa dihadapi dengan sikap bertaqwa dan bertawakkal kepada Alloh, “……Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan membukan jalan keluar dan memberi rezeki yang tidak disangka-sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (Q.s. At-Thalaaq : 2-3).

Akhirnya, marilah kita akhiri ibadah shalat Idul Adha pada hari ini dengan berdoa:

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami orang tua yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ حَجَّهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala Aalihi wa Shahbihi wa sallam.. wal hamdu lillahi Rabbi al-‘Alamiin.

H. Fahmi Salim, MA., Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dan dosen Fakultas Agama Islam UHAMKA

Exit mobile version