Kepahlawanan Nabi Ibrahim
Oleh: Wardi,S.Pd.M.A
Allah mewahyukan kepada Rasulullah agar beliau (termasuk umatnya) untuk mengikuti milat (agama) nabi Ibrahim (Qs. An_Nahl: 123) sebab di dalam diri Nabi Ibrahim terdapat uswatun hasanah (teladan yang baik)
Berikut disampaikan episode Nabi Ibrahim muda, semoga bisa diteladani
Bertauhid Kuat, Cerdas dan Tak Kenal Takut
Ibrhim muda adalah seorang pemuda yang bertauhid kuat, ceedas dan tak kenal takut selain kepada Allah. Nama lengkap Ibrahim adalah Ibrahim bin Tarikh Nahur bin Saruj bin Raghu binn Faligh bin Abir bin Shalih bin Afrakhsyadz bin Sam bin Nuh Alaihissalam. Dilahirkan pada tahun 2295 sebelum Masehi, di negeri Mausul.
Pada masa kecilnya, Nabi Ibrahim mendapatkan kasih sayang yang cukup dari ibu dan ayahnya. Nabi Ibrahim juga diasuh oleh pamannya, nernama Azar pemahat batu berhala. Berhala pahatan Azar telah terkenal di wilayah Babilonia. Banyak orang datang ke tempat Azar untuk membeli berhala.
Suatu ketika Azar memerintahkan agar Ibrahim mengedarkan patung-ptung Aziz. Karena perintahnya hanya untuk mengedarkan maka Ibrahim melaksanakan perintah itu, dan tidak menjualnya.
Pada masa itu, penduduk Babilonia adalah orang-orang yang menyembah berhala. Mereka menempatkan berhala di sana sini. Sekalipun berada di lingkungan para penyembah berhala, Nabi Ibrahim tidak ikut menyembah berhala. Allah telah memperlihatkan kepada Ibrahim tentang bukti-bukti kekuasaan Allah. Pada awalnya, Nabi Ibrahim merasa heran dengan ayah dan kaumnya yang menyembah berhala. “Mengapa mereka menyembah dan memohon pada berhala yang mereka buat sendiri ?” pikir Nabi Ibrahim.
Ibrahim muda sengang belajar kepada ayat kauniyah (alam nyata). Tatkala Nabi Ibrahim melihat bintang, bulan, dan matahari, Nabi Ibrahim menganggap mereka adalah Tuhan. Namun, semua itu tidak memuaskan hatinya sebab mereka pun bergantian pudar cahayanya dan menghilang dari pandangannya. (Qs. Al-An’am :75-79). Akhirnya Nabi Ibrahim menetapkan bahwa Tuhan adalah Maha Pencipta segalanya.
Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Saw. untuk memberitakan kepada orang-orang musyrik penyembah selain Allah dan kalau menyembelih hewan bukan menyebut nama Allah, bahwa dia (Nabi Saw.) berbeda dengan mereka dalam hal tersebut. Karena sesungguhnya salatnya hanyalah untuk Allah, dan ibadahnya hanya semata-mata untuk Allah, tiada sekutu bagi-Nya,
Prinsip penegakan aqidah nabi Ibrahim sangat kuat yaitu:
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Qs. Al-An’am: 162)
Dibakar Raja Namrud
Masa muda Nabi Ibrahim diwarnai oleh konflik akidah dengan Raja Namrud. Raja Namrud mendakwahkan ajaran dinamisme materialis penyembah taugut berhala, dia mengaku Tuhan yang bisa menghidupkan dan mematikan. sedangkan Nabi Ibrahim mendakwahkan akidah momoteisme tauhid Islamiyah mneyembah Allah yang ahad.
Pada suatu hari raya di negeri Babilon, Nabi Ibrahim datang ke kantor pusat patung berhala yang disembah masyarakat di sana. Ibrahim menantang duel patung-patung itu Karena tuhan-tuhan orang Babilon itu tidak ada yang menjawab, maka dengan senjata kampak dipenggallah tuhan-tuhan orang kafir itu. Hanya satu yang disisakan yaitu patung terbesar. Kemudian kampak itu dikalungkan pada leher patung terbesar itu sebagai pemenang.
Raja Namrud marah. Ia menugaskan intel (pasukan khusus) untuk mencari perusak patung itu. Akhirnya intel menangkap pemuda Ibrahim sebagai tersangka dan tertuduh. Alhasil, Raja namrud menghukum pemuda Ibrahim itu dengan hukuman dibakar hidup-hidup. Mereka menyalakan api besar dan pemuda Ibrahim dilempar ke dalam api besar itu dengan menggunakan ayunan. Kisah Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup termuat dalam Alqur’an Surat Al-Anbiya’ ayat 68-70)
Dalam kobaran api api itu nabi Ibrahim berdoa: Hasbunallah wa ni’mal wakil
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ أُرَاهُ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ} حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ {قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا} إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ {
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus aku melihatnya berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr dari Abu Hashin dari Abu Adl Dluha dari Ibnu ‘Abbas : Hasbunallah wa ni’mal wakil adalah ucapan Ibrahim Alaihis Salam ketika di lemparkan ke api. Juga diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika orang-orang kafir berkata; “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (HSR Bukhari)
Ooeang Babilon berteriak:
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68)
- mereka berkata: “Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak”.(Qs. Al-Anbiya’: 68)
Ternyata Allah mempunyai kehenda lain:
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69
- Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,(Qs. Al-Anbiya’: 69)
Ibnu Katsier dalam tafsirnya mengatakan: “Kayu-kayu bakar itu kemudian dikumpulkan di tanah yang legok dan mereka menyalakannya dengan api sehingga terjadilah api yang sangat besar yang belum pernah ada api sebesar itu. Nyala api itu mengeluarkan percikan-percikan yang sangat besar, dan nyalanya sangat tinggi. Ibrahim dimasukkan ke dalam sebuah alat pelontar batu besar atas saran seorang Badui dari kalangan penduduk negeri Persia berbangsa Kurdi. Menurut Syu’aib Al-Jiba’i, nama lelaki itu adalah Haizan.
Setelah mereka melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam nyala api itu, Nabi Ibrahim mengucapkan, “Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung.”
Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya di langit, lalu Jibril bertanya, “Apakah kamu mempunyai suatu permintaan?” Ibrahim menjawab, “Adapun meminta kepadamu, saya tidak akan mau. Tetapi jika kepada Allah, saya mau.”
Sa’id ibnu Jubair mengatakan, telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, malaikat penjaga hujan berkata, “Bilamana aku diperintahkan untuk menurunkan hujan, aku akan menurunkannya.” Akan tetapi, perintah Allah lebih cepat daripada perintah malaikat itu. Allah berfirman: Hai api,, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada suatu apa pun di bumi ini melainkan pasti padam. Ka’bul Ahbar mengatakan, tiada seorang pun pada hari itu yang menggunakan api (karena api tidak panas), dan api tidak membakar kecuali hanya tali-tali yang mengikat tubuh Nabi Ibrahim a.s.
Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan bahwa seandainya Allah tidak berfirman: dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69 ) tentulah dinginnya api itu akan menyakiti Ibrahim.
Wardi,S.Pd.M.A., Majelis Pustaka PCM Semin