Kurban, Cerpen Sucipto Jumantara
“Mengapa karpet belum digelar juga sampai hari ini?” Pak Bakir yang baru saja sampai masjid langsung menyindir pengurus Takmir.
Suasana rapat persiapan Idul Adha sudah terasa ada perbedaan pendapat. Sudah ramai di grup media sosial jamaah masjid. Ada yang mengusulkan diadakan seperti biasanya. Ada yang tidak sepakat.
Masjid di kampung itu benar-benar makmur untuk ukuran sebuah kampung. Apalagi tahun lalu. Saat idul Adha. Lancar dan sukses. Kampungnya mendapat 7 ekor sapi dan 5 ekor kambing. Semua dari warga. Jamaah sungguh menikmati kegembiraan merayakan hari besar Idul Adha.
“Sepertinya tahun ini sepi ya? Beda dengan tahun lalu. Masjid kita guyup, ramai, semarak. Tua muda datang turun tangan. Senang pokoknya. Kalau sekarang, masih pada takut korona kayaknya ya?” seloroh Pak Bakir sambil cengar–cengir pada Pak Wawan yang duduk bersandar tiang masjid di sampingnya.
Pak Wawan manggut-manggut sambil tersenyum. Sementara jamaah lain yang hadir di masjid sudah mulai banyak berdatangan.
“Awas jaga jarak. Jangan lupa maskernya dikenakan yang benar.” Celoteh Pak Bakir disambut tawa jamaah.
Rapat pun belum dimulai. Ketua takmir tidak ada. Sejak dia menyatakan mengundurkan diri belum ada yang menggantikan. Sang ketua takmir belum lama berniat mundur disebabkan peristiwa jelang Ramadhan kemarin yang penuh dengan perdebatan itu.
Sementara malam ini rapat malam langsung dipimpin oleh ketua PRM. Walau masjid itu bukan masjid Muhammadiyah, namun sebagai orang yang “dituakan” di lingkungan itu, dia terpaksa tampil di kala genting. Sebagai ketua PRM, masih seperti jelang ramadhan kemarin, tetap menunjukkan kepatuhannya mengawal dan menerjemahkan panduan dari Muhammadiyah dan juga pemerintah. Malam itu Ia juga memakai udeng batik dengan logo Muhammadiyah. Nampak sangat cinta dan bangga pada Persyarikatan.
Laki-laki pensiunan guru SMP Muhammadiyah itu mulai membacakan surat edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, tentang Tuntunan ibadah Idul adha,
dan Protokol ibadah kurban pada masa pandemi Covid-19.
“Surat edaran ini langsung ditandatangani oleh ketua dan sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tentu sudah dipertimbangkan berdasarkan fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid dan Panduan dari Muhammadiyah Covid-19 Command Center atau MCCC. Jadi sudah kuat ya Bapak dan Ibu. Saya tidak mengada-ada. Semoga ini bisa kita pedomani” jelas Ketua PRM.
“Tapi kan jamaah tidak semuanya ikut Muhammadiyah Pak.” Kata Pak Bakir.
“Masjid ini juga bukan hanya untuk jamaah Muhammadiyah saja. Masjid ini rumah Allah jadi ya terbuka saja. Tidak usah terlalu kaku.” Kata Wawan.
“Benar, tapi sudah lama sejak kita kecil, masjid ini sudah selalu megikuti keputusan dan merujuk pada tarjih Muhammadiyah. Dan tidak ada masalah kan selama ini. Edaran ini pun bukan hanya ditujukan bagi warga Muhammadiyah saja namun bisa menjadi panduan bagi umat Islam tanpa terkecuali” Ujar ketua PRM.
Ketua PRM kemudian membedah isi surat edaran yang baru saja dibacakan. Bahkan ia mencontohkan terobosan di Jawa Tengah dengan program rendangMu.
“Untuk menghindari kerumunan di masa pandemi covid-19 ini, baik juga jika uang untuk Kurban kita salurkan melalui lembaga zakat seperti Lazismu agar daging kurbannya bisa dikaleng sehingga bisa tahan lama dan bisa disalurkan kepada yang lebih membutuhkan .” Kata ketua PRM
“Maaf Pak, Kita ini terbiasa kumpul bareng apalagi saat idul adha. Kita kerja bakti bersama. Senang bisa kumpul gotong royong pas hari raya. Rasanya menjadi sangat gembira. Walau ada yang ikut kegiatan masjid setahun sekali saat penyembelihan hewan Kurban saja. Kita syukuri.” Kata Bakir.
“Masak kita akan menurunkan semangat ibadah jamaah Pak. Susah lho Pak membangun kesadaran warga untuk datang ke masjid. Alhamdulillah tidak ada yang tertular covid juga di kampung kita. Saya kira kita tak usah terlalu takut. Karena korona juga tidak jelas. Ada yang mengatakan itu dibesar-besarkan saja. Hanya konspirasi.” Kata Bakir meyakinkan.
“Tidak bermaksud mengurangi semangat ibadah Pak. Hanya ikhtiar untuk mengurangi kemungkinan terjadi penularan virus covid-19. Sebenarnya banyak keuntungan Pak, jika kita mau mengikuti edaran PP Muhammadiyah. Misalnya dengan menyalurkan uang melalui LazisMu. Selain bertujuan untuk mengurangi kerumunan massa, daging Kurban yang dikaleng ini bisa menambah ketahanan pangan. Iya kan? kita tahu sendiri masa sekarang ini banyak orang menjadi kurang pendapatan. Secara ekonomi keluarga menjadi bermasalah. Sehingga dengan cara yang baru ini Kurban bisa lebih tepat guna. Daging yang dikemas dalam kaleng bisa bertahan lama daripada daging Kurban yang diolah oleh masing-masing rumah. Dengan dikemas maka bisa dikirimkan ke seluruh daerah bahkan bisa diberikan kepada masyarakat secara lebih luas bisa mencapai luar negeri.” Kata ketua PRM.
Jamaah mulai ada yang sepakat dengan penjelasannya.
“Bahkan daging Kurban yang dikemas ini bisa bertahan lama lho. Bisa didistribusikan kepada masyarakat miskin di kawasan tertinggal dan daerah-daerah yang terkena dampak covid-19 atau bencana alam sehingga manfaatnya jelas sekali dapat menjangkau daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh masyarakat pada umumnya.“ Sahut seorang Ibu-ibu jamaah pengajian turut meyakinkan.
Setelah membahas tentang hewan Kurban dilanjutkan membincangkan tentang pelaksanaan shalat idul adha. Ketua PRM masih berpegang pada edaran Muhammadiyah bahwa shalat Idul adha di lapangan sebaiknya ditiadakan atau tidak dilaksanakan. Jamaah yang hadir tidak ada yang menyanggah tentang itu.
Rapat kembali menyoal penyembelihan hewan Kurban yang belum ada kesepakatan. Ketua PRM terus meyakinkan dengan menerangkan alternatif berkurban, dengan dikonversi berupa dana dan disalurkan melalui Lazismu untuk didistribusikan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan di daerah tertinggal, terpencil, dan terluar atau diolah menjadi kornet.
Banyak jamaah yang belum legowo menerima tawaran konsep ini. Mereka juga beranggapan bahwa daerahnya sendiri juga banyak yang perlu mendapatkan santunan. Jamaah yang hadir lebih mendorong agar tetap ada penyembelihan hewan kurban, namun dengan cara yang tidak seperti biasanya. Hewan kurban akan disembelih dan dikelola oleh tim penyembelih yang profesional dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Maka malam itu dibuatlah tim. Agar sebisa mungkin mengantisipasi keteledoran serta memastikan tidak ada kerumunan orang dan sentuhan secara fisik. Juga menyiapkan semua perangkatnya secara lengkap.
“Bapak dan Ibu, saat pandemi seperti ini bagi jamaah yang mampu maka dapat bersedekah membantu penanggulangan dampak ekonomi Covid-19 melalui lazis sekaligus berkurban. Kita jangan sampai salah faham ya! Membantu duafa maupun berkurban keduanya mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, namun berdasarkan beberapa dalil, memberi sesuatu yang lebih besar manfaatnya untuk kemaslahatan adalah yang lebih diutamakan.” Tegas ketua PRM di akhir rapat. []
Sucipto Jumantara, dosen Universitas Ahmad Dahlan, Pengurus MPI PWM DIY