Menyikapi Pandemi Covid -19: Antara Ikhtiar dan Takdir
Oleh: M Syukri Ghozali, S. Kep. Ns
Setiap hari mobil ambulance seliweran didepan rumah, selalu ada berita duka, di group- group Whatsaap pun sama, banyak pengumuman berita duka mulai teman sekolah, tetangga, kerabat handai taulan, Nakes (tenaga kesehatan) bahkan keluarga dekat kita sendiri, sedangkan yang terpapar covid pun makin melonjak tajam wal hasil Group WA pun isinya ucapan duka cita dan doa kesembuhan.
Covid makin melonjak tajam, semua Rumah Sakit sudah tak mampu menampung pasien isolasi Covid , Selama ini kita menyaksikan ganasnya covid di india namun sekarang terjadi di Indonesia, menurut data hampir 1000 lebih angka kematian setiap harinya karena covid. Namun ada saja manusia yang menganggap remeh virus ini, dengan dalih mati bukan karean covid tapi ajal adalah qodarullah, sekilas apa yang dikatakan ini benar, tapi bukankah Tuhan menyuruh kita ikhtiar , semua juga tahu bahwa jodoh rizki dan mati itu ditangan Allah. Kematian itu adalah takdir yang sudah ditetapkan Allah . Tapi kita tidak pernah tahu takdir itu sebelum terjadi, untuk itu kita berkewajiban ikhtiar dengan maksimal untuk mendapatkan takdir yang terbaik bukan malah menantang maut.
Sering terjadi dikalangan masyarakat yang meremehkan covid ini, masih sangat banyak yang “ ngeyel” tanpa memakai masker dan menganggap covid hanya flu biasa karena badannya merasa kuat, ya anda kuat tapi tidak sadar bagaimana keluarganya dirumah ketika pulang membawa virus covid , ada anak-anaknya, istrinya, juga orang tuanya yang sudah lanjut usia dengan daya tahan tubuh yang rendah bahkan memiliki penyakit penyerta ( komorbit), padahal virus berukuran sekitar 140 nm ini sangat berbahaya daya rusaknya dahsyat, musuh kita tak terlihat kasat mata, untuk itu ada cara ikhtiar dengan melaksanakan protokol kesehatan agar terhindar dari wabah pandemi covid ini yaitu 5 poin penting Protokol kesehatan yaitu : Memakai Masker, menjaga jarak, Mencuci tangan, menghindari kerumunan dan Mengurangi mobilisasi/ bepergian kecuali dalam situasi yang sangat penting.
Pertanyaannya apakah mulai dari Pemerintahan sampai rakyatnya sudah disiplin menjalankan PROKES ini?.. Terutama penguasa harus benar-benar bisa memberi contoh kepada rakyatnya, jangan ciptakan kerumunan dengan melempar hadiah di jalanan, menghadiri pesta pernikahan, merayakan ulang tahun dan berfoto tanpa masker. Jika penguasa saja melanggar aturan yang dibuat sendiri dan dipertontonkan kepada rakyat, tidak diproses hokum , bagaimana rakyak akan disiplin. Rakyat patuh untuk tidak mudik, sementara orang asing bebas keluar masuk di bandara Indonesia, Rumah ibadah ditutup namun café-café , pasar grosir membludak oleh pengunjung tanpa dibarengi sarana prasarana atau fasilitas Protokol kesehatan yang cukup.
Inilah awal makin tak terkendalinya virus ini. Tak ada jalan lain kecuali kita semua bersatu ikhtiar agar wabah ini segera berakhir dengan pemerintah lebih serius lagi menangani pandemic ini dan memberi keteladanan , contoh bagi rakyatnya dan rakyat wajib ikut aturan prokes
Upaya pemerintah dalam menegakkan disiplin sudah sangat maksimal, awal pandemi bulan Maret tahun 2020, operasi masker yang melanggar akan didenda 200 ribu rupiah, bahkan yang lagi viral Polres Lamongan dalam rangka memberi edukasi kepada masyarakat Lamongan khususnya , mengkampanyekan betapa berbahanya Covid-19 ini dengan memasang 3 pocong-pocongan bertuliskan 61.140 orang meninggal karena covid di Indonesia saat ini. Yang dipasang di pojok barat dekat bianglala alun-alun kota Lamongan. Keberadaan pocong-pocongan tersebut ibarat sebuah cerminan bahwa covid -19 dapat merenggut nyawa seseorang yang tidak waspada dan abai terhadap protokol kesehatan. Tapi apa yang terjadi malah membuat geli , lucu menyaksikan aksi pencuri yang terekam di CCTV pocong-pocongan yang sengaja untuk mengedukasi masyarakat itu diambil dan dibawa kabur , entah dengan cara apa lagi sehingga masyarakat lebih sadar diri dan mengerti pentingnya menerapkan Protokol kesehatan dengan ketat disaat situasi kondisi covid yang melonjak tajam akhir –akhir ini.
Akibat dari ketidaktahuan, acuh dengan protocol kesehatan setelah bulan Syawal angka paparan dan kematian meningkat tajam sehingga semua Rumah sakit full isolasi covid dan Fenomena masyarakat ketika sakit gak akan mau ke rumah sakit dengan alasan takut di covidkan padahal tidak ada yang mengcovidkan sehingga ketika jatuh dalam kondisi lemas, sesak saturasi dibawa normal baru angkat bendera putih ( menyerah) minta dibawah ke rumah sakit dalam kondisi sangat parah.
Pentingnya ikhtiar menggunakan masker adalah bentuk tanggung jawab manusia kepada Allah selama masa pandemi ini karena dengan menggunakan masker dapat menjaga keselamatan diri, keluarga dan orang lain. Kewajiban kita untuk selalu berikhtiar sekali lagi karena orang sakit dan meninggal sudah merupakan takdir, tugas kita hanya ikhtiar soal siapa yang sakit dan wafat itu semua takdir ilahi, untuk itu hendaknya masyarakat selalu mendengar dan menghormati himbauan dari ahli jangan sok tau dan ngeyel, jalankan semua ini dengan IMAN, IMUN, ILMU tentunya karena saat ini banyak yang baru sadar dan kini pun masih ada yang belum sadar dengan covid , sementara kematian makin hari makin meningkat ini tentunya tidak dapat di toleransi karena semua agama sangat menghargai nyawa.
Sementara diluar negri sudah banyak yang sudah pada melepas masker dan sudah menyelenggarakan acara keramaian, nah.. kalau ingin segera seperti itu maka patuhi PROKES KETAT , ikuti Vaksinasi sehingga segera terbentuk “Herd Immunity” jadi kita bisa melepas masker dan nonton konser bahkan pertandingan sepak bola lagi seperti sebelum pandemic. Saat mereka bisa begitu karena saat Lockdownmereka betul-betul patuh dan mengikuti Protokol kesehatan dengan benar dan mereka sudah vaksin sehingga Negara tersebut terbentuk Herd Immunity , lalu bagaimana dengan kita, masih OTW.. ya OTW jauh,
Tapi kita harus optimis , kita pasti bisa, dengan syarat selalu ikhtiar melaksanakan Protokol kesehatan ketat, melaksanakan vaksin dan mari kita selalu berdoa semoga pandemi ini segera berakhir. AAMIIN.
M Syukri Ghozali, S. Kep. Ns, Perawat Isolasi Covid hemodialysis RSML