Akhlak Mulia: Dari Refleksi, Safari, Menuju Masa Depan IPM
Oleh: Fathan Faris Saputro
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dilahirkan untuk segenap memberikan sumbangsih pemikiran, tenaga dan moral dalam upaya membangun Persyarikatan dan Negara. Agenda milad ke-60 IPM merupakan kegiatan yang keadaan dan kondisinya berbeda dengan perayaan atau momentum milad yang diselenggarakan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini disebabkan virus Covid-19 yang menghantam masyarakat dunia, bukan hanya di Indonesia saja. Walaupun begitu keadaan dan kondisi berbeda, kader IPM tetap berupaya melakukan aktivitas keilmuan yang bisa dilaksanakan.
Momentum milad tentunya banyak doa dan harapan yang disampaikan kepada IPM sebagai ucapan penyemangat dan kebanggaan kader terhadap organisasinya. Disamping doa dan harapan, tidak bisa dimungkiri ada juga ucapan kritik sebagai bentuk evaluasi terhadap pergerakan IPM.
Kader IPM perlu merefleksikan kembali bagaimana perjalanan IPM sejak kelahirannya tahun 18 Juli 1961 di Surakarta. Di mana milad kali ini mengusung tema “Pandemic: Stand for Recovery”. Tema ini penulis rasa sangat cocok karena maknanya sangat mendalam di saat pandemi ini. Menurut penulis, Bagaima para kader-kader IPM menanamkan nilai-nilai akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, diamalkan dalam masa pandemi ini dan masa depan. Inilah yang harus dimaknai oleh kader-kader IPM.
Kemudian, makna berakhlak mulia mengoptimakan muatan-muatan karakter yang positif (baik sifat, sikap, perilaku, budi luhur, maupun akhlak mulia) yang menjadi pegangan kuat dan modal dasar pengembangan individu dan bangsa nanti-nya, memahami adab-adab ketika bertemu dengan siapa saja, baik kepada orang tua, senior atau junior. Inilah yang paling terpenting bagi seorang kader, selain cerdas secara akademis juga dibarengi dengan akhlakul kharimah atau akhlak yang baik. Sehingga, tujuan IPM sesuai dengan tujuan Muhammadiyah yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Siapakah masyarakat Islam yang sebenar-benarnya? Yakni mereka yang mengikuti pada pedoman Al-Qur’an dan sunnah.
Selain itu, menjadi kader yang berakhlak mulia tentu juga harus banyak-banyak kepada orang-orang tua dalam Muhammadiyah, senior-senior IPM yang dianggap layak untuk dicontohi tanpa memandang suku, ras, budaya, ataupun latar belakangnya. Bisa menghargai antar sesama kader, dan menghormati yang lebih senior. IPM banyak mengajarkan semua itu dengan baik, tergantung bagaimana kader ada kemauan untuk belajar, banyak bertanya dan rendah hati walaupun memiliki banyak ilmu.
Oleh karena itu, merefleksikan kembali perjalanan panjang sejarah IPM itu sangat perlu. Bagaimana kita melihat kembali perjuangan para-para pendiri IPM, mencontohi perilaku dan kebaikan-kebaikannya dalam membangun organisasi ini. Sesuai dengan tema “Pandemic: Stand for Recovery”, maka dengan ini sebagai kader, penulis mengharapkan kepada semua kader IPM selalu membuka ruang-ruang diskusi, perbanyak membaca dan berliterasi, serta menulis hal-hal kebaikan yang bermanfaat bagi diri Ikatan, umat, bangsa dan Persyarikatan Muhammadiyah.
Nilai Gemar Membaca
Nilai gemar membaca dapat tercermin dari kebiasaan menyediakan waktu untuk gemar membaca sebagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. “Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku”. Memberikan motivasi bagi IPM untuk gemar membaca maupun belajar. Karena dengan buku wawasan kader-kader IPM akan bertambah. Apabila seseorang ingin mengenal dunia seluas ini ia harus rajin dalam belajar terutama membaca. Adapun apabila seseorang ingin dikenal oleh orang lain di dunia maka ia harus rajin menulis. Pepatah arab tersebut relevan ditempatkan di setiap kegiatan dan di rumah masing-masing supaya IPM memiliki jiwa prioritas yang tinggi. Melalui pepatah yang ditempatkan di kegiatan dan di rumah diharapkan IPM selalu mengingat bahwa buku adalah sebaik-baik teman di setiap waktu.
Nilai Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. “Malu bertanya sesat di jalan”. Ungkapan yang berasal dari peribahasa Indonesia tersebut memberikan pelajaran bahwa ketika seseorang tidak tahu dan malu untuk bertanya maka yang terjadi adalah mereka tetap dalam ketidaktahuannya. Dalam paribahasa tersebut dikatakan sesat dijalan.
Peribahasa tersebut memberikan pendidikan kepada IPM khususnya dalam belajar ada suatu hal yang tidak tahu bisa ditanya kan kepada orang lain. Ungkapan ini terkandung makna tersirat yaitu orang yang bertanya akan bodoh dalam waktu lima menit, sedangkan orang yang malu bertanya akan bodoh selamanya.
Nilai Berorientasi pada Tindakan
“Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam perbuatan” Ungkapan ini merupakan yang dikemukakan Oleh Confusius yang bermakna orang yang hebat ialah orang yang tidak banyak bicara namun mampu untuk melakukan suatu perbuatan yang hebat. Tujuan ungkapan ini memotivasi IPM untuk tidak hanya pandai berbicara tetapi apa yang dikatakan juga bisa diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik pada pribadi, lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat secara luas.
Bukan hanya itu, tapi banyak-banyak belajar untuk saling menghargai, menghormati dan membangun silaturahmi antar kader IPM, baik yang masih menjadi anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan, serta ayahanda/ibunda dalam ortom Muhammadiyah. Sehingga, tujuan IPM yakni terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bisa tercapai.
Mari kita sama-sama membangun IPM ini dengan cinta dan pengorbanan. IPM tidak butuh seorang kader yang hanya mengginginkan jabatan dan ketenaran semata. Akan tetapi, yang dibutuhkan IPM adalah cinta dan pengorbanan untuk IPM. Jangan tanyakkan apa yang IPM berikan padamu, tapi tanyakan pada dirimu apa yang engkau berikan pada IPM.
Fathan Faris Saputro, Alumni Pengurus PR IPM Solokuro-Lamongan