Milad 60 IPM : Mewujudkan Kader yang Cakap Digital
Oleh: Fathin Robbani Sukmana
“Sudah saatnya masyarakat melek literasi digital”
Kata salah satu narasumber di webinar literasi digital siberkreasi dan kominfo beberapa waktu lalu. Tujuan kegiatan tersebut untuk menyosialisasikan program literasi digital pemerintah agar masyarakat memiliki keterampilan digital.
Satu tahun lebih pandemi berhasil membuat tatanan dunia berubah, akibat virus tersebut masyarakat diwajibkan menjaga jarak dan mengurangi mobilitas di luar ruangan. Tidak disadari kehidupan kita bergeser semua ke arah digital.
Bisa kita lihat, data hasil survei we are social tentang digital Indonesia di tahun 2021. Bisa kita lihat data yang dirilis, Indonesia memiliki pengguna ponsel sebanyak 345.3 Juta, angka ini lebih banyak dari populasi negara plus enam dua berjumlah 274.9 Juta.
Belum lagi pengguna internet Indonesia mencapai 202.6 juta pengguna. Sehingga sudah dipastikan hampir seluruh masyarakat Indonesia telah berinteraksi secara digital. Masyarakat kita juga menghabiskan waktunya di internet rata-rata sebanyak 8 jam 52 menit.
Jika kita lihat secara nyata, masyarakat banyak yang menggunakan jasa daring, seperti memesan makanan, lalu rapat virtual, membeli kebutuhan hingga melengkapi obat-obatan untuk menjaga kesehatan.
IPM Organisasi Pelajar Berkemajuan
IPM sebagai organisasi anak-anak muda, mereka tidak ketinggalan untuk bergerak bertransformasi ke era digital. Awal pandemi, saya sebagai kader IPM sempat tergagap karena terbiasa melaksanakan acara secara tatap muka lalu “dipaksa” untuk hijrah ke ranah digital.
Awalnya, saya mencoba menyelanggarakan acara bertajuk Jabar Student Talk menggunakan Whatsapp grup. Dilarangnya kegiatan secara luring membuat kita terus berpikir untuk berinovasi agar kegiatan terus berjalan dengan menarik.
Secara nasional, PP IPM sudah melakukan berbagai macam percontohan kegiatan menggunakan metode daring. Tim media PP IPM yang menjadi kunci kesuksesan bertransformasi ke dunia digital dalam setiap kegiatannya.
Ada beberapa agenda besar IPM yang sukses dilaksanakan secara daring serta masih terngiang-ngiang hingga saat ini. Acara tersebut misalnya, Milad 59 PP IPM tahun lalu. Acara itu menyelenggarakan puncak milad yang berisi diskusi dengan organisasi kepelajaran tingkat nasional yang dihadiri belasan ribu kader IPM se-Indonesia.
Acara lainya adalah Muktamar IPM di Purwokerto beberapa waktu lalu. Agenda musyawarah tertinggi tersebut berjalan dengan lancar menggunakan metode daring. Hebatnya IPM adalah organisasi kepemudaan pertama yang menyelenggarakan pemilihan pemimpin organisasi secara daring.
Kehebatan kader-kader media PP IPM, sudah berkali-kali menjadikan kegiatan IPM menjadi trending topic di media sosial. Selain itu, berkat tangan-tangan mereka juga, berhasil membawa IPM berdakwah secara maksimal di era digital.
IPM juga memiliki aplikasi untuk kebutuhan organisasi, MY IPM namanya. Aplikasi hebat yang diciptakan kader IPM ini bertujuan untuk mempermudah konsolidasi organisasi dan mengurangi interaksi administratif secara luring.
Belum Semua Kader Melek Literasi Digital
Prestasi kader-kader IPM di tingkat nasional serta beberapa provinsi lainnya cukup diacungi jempol. Tapi sayang, gerakan-gerakan tersebut belum merata secara keseluruhan di tingkat ranting dan cabang.
Permasalahan teknis masih sering menghantui kader-kader kita, seperti sulitnya sinyal, tidak memiliki perlatan yang memadai, hingga ide-ide yang masih terbatas. Belum lagi, minimnya sosialisasi tentang digitalisasi membuat sebagian besar kader-kader kita minim literasi digital.
Selanjutnya, berdasarkan pengalaman yang saya temukan baik saat menjadi narasumber ataupun berkunjung secara daring ke beberapa daerah. Permasalahan mereka adalah belum mengerti sepenuhnya tentang pengelolaan organisasi secara daring.
Selain itu, masih banyak kader-kader kita yang mudah memakan informasi hoaks tanpa menyaring terlebih dahulu. Terkadang, tidak sedikit dari kader IPM yang juga ikut-ikutan menyebarkan berita-berita palsu di media sosial.
Mewujudkan Kader Cakap Digital
Milad 60 tahun IPM mengambil tema Pandemic : Student Stand For Recovery menjadi momentum yang tepat sebagai langkah awal kader-kader IPM memiliki kecakapan digital untuk membantu pemulihan Pandemi.
Gerakan ini bisa dimulai dari hal kecil. Misalnya tidak menyebarkan dan menginformasikan berita palsu ke grup-grup whatsapp. Kader IPM harus bisa menyaring informasi terlebih dahulu serta memastikan informasi yang didapat palsu atau tidak. Jikalau sudah paham, kita harus sering-sering berbagi perihal berita palsu ini, agar kader IPM memiliki kecakapan digital secara kaffah.
Di masa pandemi ini, hoaks tentang pandemi, vaksin, bahkan berita bohong tentang Muhammadiyah berseliweran di mana-mana. Kader IPM harus bisa membendung hal-hal di atas, lalu memberikan informasi yang sebenarnya kepada masyarakat khususnya di kalangan pelajar.
Menguasai keterampilan digital sebagai salah satu penopang kader yang cakap digital. IPM seharusnya bisa melatih kader-kader IPM agar bisa menjadi Buzzer Dakwah IPM. Dengan menguasai pilar ini. Kader IPM dilatih untuk membuat konten, menyebarkan hingga mengajak masyarakat untuk terus menyebarkan informasi yang valid.
Pejuang IPM juga harus bisa mengambil peran di dunia digital. Misalnya menyebarkan konten-konten dakwah yang menarik, memberikan solusi terhadap suatu permasalahan, hingga menjadi orang yang berpengaruh bagi masyarakat.
Tujuannya bukan hanya menjadi influencer IPM. Tetapi bisa lebih dari itu, karena bisa menjadi contoh bagi pelajar-pelajar se-Indonesia. Tentunya, mewujudkan kader yang cakap digital memerlukan keseriusan dan kefokusan tersendiri. Saya kira tepat jika IPM mengambil kebijakan ini di usia ke 60 tahunnya.
Semoga, di momentum milad ke 60 IPM yang berbarengan Milad 112 Muhammadiyah menurut kalender hijriyah bisa terus bergerak dan bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam menyebarkan literasi digital dan mewujudkan Pelajar Berkemajuan.
Fathin Robbani Sukmana, Kader IPM yang juga seorang penulis di beberapa media online