Shalat Idul Adha saat Pandemi
Oleh : Jamjam Erawan
Pelaksanaan Shalat Sunnat Idul Adha tahun 1442 hijriyyah ini menuntut ummat Islam tetap shabar, malah meski lebih shabar lagi beribadah di rumah. Karena penyebaran virus corona varian baru makin melonjak meningkat dari muka bumi ini. Masalahanya bukan soal berani atau takut, tetapi soal ikhitiar yang harus dimaksimalkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan ummat manusia terpapar dari covid 19.
Namun meski demikian, tidak perlu khawatir karena Allah menjadikan suatu perkara bukan berarti Allah ingin menambahkan beban dan mencemaskan hidup hamba-Nya, tetapi Allah hanya ingin tahu sejauhmana keimanan, kesabaran, solidaritas, soliditas, empati dan sinergitas hamba-Nya yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (QS Al Anbiya : 35) untuk mengiji siapa yang paling baik amal diantara kamu sekalian. (QS Al Ankabut :2).
Faktanya setiap kesulitan yang dihadapi hamba-Nya, Allah selalu membukakan pintu jalan keluar, solusi terbaik untuk hamba-Nya melalui konsep rukhshah atau keringanan dengan tidak mengurangi pahala amalannya sedikitpun.
Jika disaat pandemi dianjurkan tidak shalat sunnat idul adha di lapangan atau di masjid dengan jama’ah yang banyak, cukup di rumah atau tidak shalat sunnat sekalipun karena kedaruratan, untuk memutus mata rantai pandemi yang lebih luas di tengah masyarakat, ternyata pahala Shalat Idul Adha itu tidak hilang, jika kebiasan hamba itu selalu melaksanakan shalat Idul Adha setiap tahunnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Abu Musa ra. Rasulullah saw bersabda: “Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat.” (HR. Bukhari).
Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan Hadits tersebut, sebagai berikut: ا“Hadits di atas berlaku untuk orang yang ingin melakukan ketaatan lantas terhalang dari melakukannya. Padahal ia sudah punya niatan kalau tidak ada yang menghalangi, amalan tersebut akan dijaga rutin.” (Fath Al-Bari)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra, berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Seorang hamba jika ia berada pada jalan yang baik dalam ibadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan pada Malaikat yang bertugas mencatat amalan, “Tulislah padanya semisal yang ia amalkan rutin jika ia tidak terikat sampai Aku melepasnya atau sampai Aku mencabut nyawanya.” (HR. Ahmad).
Dari Aisyah ra.: aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang tha’un (pandemi), beliau menjawab:”Bahwasannya tha’un (pandemi) itu adalah adzab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah (tha’un) dia tinggal di rumahnya, bersabar dan berharap pahala (di sisi Allah) dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid”. (HR. Ahmad dan al-Nasa´i). Diriwayat pula oleh al-Bukhari, dengan redaksi matan sedikit berbeda, di wilayahnya (sewaktu ia berada).
Menurut Ibnu Hajar — ketika menjelaskan Hadits riwayat al-Bukhari di atas — matan Hadits tersebut berkonsekwensi logis, bahwa orang yang memiliki sifat yang disebut pada Hadits tersebut akan mendapatkan pahala syahid walaupun tidak meninggal dunia (Fathul Bari).
Karena itu, la- takhaf wala- tahzan, innalla-ha ma’ana. Tidak usah takut dan sedih kehilangan pahala, apalagi merasa bedosa saat pandemi corona ini, jika tidak bisa ibadah shalat sunnat Idul Adha secara ideal seperti pada saat suasana normal. Malah bisa jadi pahala itu akan bertambah dengan menghindari penyebaran virus kepada orang lain sebagai ikhitiar untuk kesehatan, menyelamatkan dan memelihara kehidupan ummat manusia secara keseluruhan. “Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS Al Maidah : 32).
Wallahu a’lam… Nashrun Minallah wa Fat-hun Qarib wa Basy-syiril Muminin.
Jamjam Erawan, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat, Ketua BPH Stikes Muhammadiyah Ciamis. Anggota BPH Institut Bisnis Muhammadiyah Bekasi. Alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.