YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Agus Taufiqurrahman, Ketua Muhammadiyah yang membidangi kesehatan mengatakan Muhammadiyah hadir dengan spirit menolong kesengsaraan umum. “Muhammadiyah tidak bisa dipisahkan dari peduli orang-orang yang membutuhkan pertolongan,” katanya.
Di antara ajaran KH. Ahmad Dahlan yang berulangkali disampaikan kepada para muridnya adalah pengajaran surat Al Ma’un. “Kita kenal dengan Teologi Al Ma’un, KH. Ahmad Dahlan menginginkan santri-santrinya ketika sudah mengkaji Al Qur’an, maka terus dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ketika yang diajarkan Al Ma’un, kemudian melahirkan gerakan Muhammadiyah peduli kepada problematika umat,” imbuh Agus Taufiqurrahman.
Hal tersebut disampaikan Agus Taufiqurrahman dalam sambutan membuka Pengajian Menjelang Iduladha yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) secara daring Ahad malam (18/07) secara daring. Pembicara dalam pengajian tersebut adalah Budi Setiawan, Ketua MDMC PP Muhammadiyah.
Pandemi Covid-19, menurut Agus menjadi tugas baru dari relawan Muhammadiyah di berbagai tempat. “Sejak awal Muhammadiyah telah mencanangkan menjadi bagian dari yang terus berikhtiar menghadapi pandemi Covid-19 ini. Pimpinan Pusat Muhammadiyah terus mendorong kepada seluruh relawan yang digerakkan oleh Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC),” ujarnya.
Sementara itu Budi Setiawan memaparkan kisah Nabi Ibrahim AS yang menjadi dasar pelaksanaan penyembelihan hewan qurban dalam perayaan Idul Adha bagi umat Islam dengan berbagai hikmah yang bisa diambil oleh para relawan Muhammadiyah.
“Ada kisah sejarah yang menarik untuk kita ikuti berkaitan dengan kepeloporan dalam tugas-tugas kemanusiaan. Ibrahim AS lahir dalam suasana penuh kesyirikan, ketika dia memahami bahwa Alloh yang mempunyai sifat tauhid dan harus dia sembah, Ibrahim berani menunjukkan itu pada ayahnya yang memang ahli syirik,” jelas Budi Setiawan.
Ibrahim AS juga dihadapkan dengan berbagai ujian, menurut Budi Setiawan. “Selalu ada ujian dulu sebelum mendapatkan pertolongan, ini harus kita camkan. MDMC dan MCCC yang selalu menghadapi persoalan-persoalan di lapangan, janganlah berputus asa sebagaimana ditunjukkan oleh Ibrahim, Hajar maupun Ismail,” ungkapnya.
Ujian terberat Nabi Ibrahim AS adalah ketika mendapatkan perintah untuk menyembelih Ismail. “Logika akal manusia manapun tidak akan bisa menerima, tapi Nabi Ibrahim dan Ismail menggunakan logika iman yang identik dengan logika keikhlasan, sehingga setiap relawan MDMC akan menunjukkan keikhlasan dalam setiap kegiatan kemanusiaan,” tegas Budi Setiawan.
Dari peristiwa dialog Nabi Ibrahim dan Ismail ketika perintah menyembelih Ismail turun dari Alloh SWT, dalam pandangan Budi Setiawan, bisa ditarik pelajaran berharga. “Menjadi penting bagi relawan MDMC dan MCCC, kemampuan berdialog kepada masyarakat adalah salah satu kapasitas yang harus kita tingkatkan karena dengan kemampuan inilah, kita mampu memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Terakhir, Budi Setiawan berpesan agar seluruh relawan Muhammadiyah harus mampu mengorganisasi masyarakat dengan dialog. “Jangan sampai kita hanya menolong lalu pergi, tetapi datang membantu, mendidik sampai mereka bisa menolong diri mereka sendiri,” pungkasnya. (Aulia/Riz)