Batal Haji, Jangan Bersedih!
Athiful Khoiri
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.
Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia
Tiada kata yang lebih indah melainkan lantunan syukur kepada Allah Swt. Tuhan Semesta Alam Raya. Atas perkenan-Nya-lah kita semua diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga bisa menunaikan ibadah shalat Jumat pada siang ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Shalawat dan salam kita sampaikan juga kepada Nabi Muhammad Saw. teladan dalam kebaikan dan pemutus mata rantai kebodohan, yakni dengan agama Islam.
Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia
Ibadah haji merupakan ibadah puncak dalam tataran rukun Islam. Haji adalah ibadah kemanusiaan yang indah, dalam momen ini semua manusia berkumpul dan bersama-sama menengadah semata mengharap ridha-Nya. Ibadah ini menyempurnakan kemanusiaan setiap manusia. Tak pelak semua orang merindukan suasana kebahagiaan ini.
وَأَتِمُّواْ ٱلۡحَجَّ وَٱلۡعُمۡرَةَ لِلَّهِۚ فَإِنۡ أُحۡصِرۡتُمۡ فَمَا ٱسۡتَيۡسَرَ مِنَ ٱلۡهَدۡيِۖ وَلَا تَحۡلِقُواْ رُءُوسَكُمۡ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ ٱلۡهَدۡيُ مَحِلَّهُۥۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ بِهِۦٓ أَذٗى مِّن رَّأۡسِهِۦ فَفِدۡيَةٞ مِّن صِيَامٍ أَوۡ صَدَقَةٍ أَوۡ نُسُكٖۚ فَإِذَآ أَمِنتُمۡ فَمَن تَمَتَّعَ بِٱلۡعُمۡرَةِ إِلَى ٱلۡحَجِّ فَمَا ٱسۡتَيۡسَرَ مِنَ ٱلۡهَدۡيِۚ فَمَن لَّمۡ يَجِدۡ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٖ فِي ٱلۡحَجِّ وَسَبۡعَةٍ إِذَا رَجَعۡتُمۡۗ تِلۡكَ عَشَرَةٞ كَامِلَةٞۗ ذَٰلِكَ لِمَن لَّمۡ يَكُنۡ أَهۡلُهُۥ حَاضِرِي ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Baqarah/2: 196).
Prosesi inti ibadah haji adalah selama 10 hari bulan Dzulhijjah. Ketika mengerjakan ibadah haji semua mengenakan pakaian ihram berwarna putih bersih. Ini merupakan simbol menjauhkan diri dari dunia fana. Setelah semua proses berakhir, maka dilambangkan dengan mencukur rambut, melepaskan pakaian ihram, dan kembali berpakaian biasa.
Banyak hikmah dalam rangkaian ibadah haji. Kita melakukan sa’i dari Shafa dan Marwah. Keduanya adalah dua bukit kecil yang erat hubungannya dengan kisah Siti Hajar istri Ibrahim ketika mencari sumber mata air untuk putranya, Ismail. Sai ialah lambang kesabaran, ketabahan, dan ketetapan hati.
۞إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِۖ فَمَنۡ حَجَّ ٱلۡبَيۡتَ أَوِ ٱعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَاۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Sungguh Shafa dan Marwah merupakan sebagian lambang ibadah kepada Allah. Maka siapa yang berhaji ke Rumah Allah atau berumrah, tiada mengapa bila ia berthawaf mengelilingi kedua-duanya dan siapa yang sukarela mengejakan kebaikan, maka Allah Maha Pembalas jasa dan Mahatahu.” (QS. Al-Baqarah/2: 158).
Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia
Hikmah lain adalah di saat mencium Hajar Aswad ketika thawaf yang bermakna sebagai bentuk konsentrasi kecintaan kepada Allah swt. Melempar jumrah dengan tujuh buah kerikil merupakan ucapara simbolik melempar setan, yang bermakna menolak segala bentuk kerusakan dan hawa nafsu dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Selain itu, jamaah haji dianjurkan membawa bekal dengan sebaik-baiknya, yaitu takwa, yang merupakan bekal terakhir menuju akhirat yang abadi. Hal ini tergambar dalam isyarat Allah swt. sebagai berikut.
فَإِذَآ أَفَضۡتُم مِّنۡ عَرَفَٰتٖ فَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ عِندَ ٱلۡمَشۡعَرِ ٱلۡحَرَامِۖ وَٱذۡكُرُوهُ كَمَا هَدَىٰكُمۡ وَإِن كُنتُم مِّن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلضَّآلِّينَ
Maka bila kamu telah turun dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram, berzikirlah kepada-Nya sebagaimana Ia menunjukimu… (QS. Al-Baqarah/2: 198).
“…Dan minta ampunlah kepada Allah, Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih.” (QS. Al-Baqarah/2: 199). “Setelah selesai melaksanakan segala ibadah haji, ingatlah kepada Allah dengan berzikir sebagaimana kamu biasa mengingat-ingat leluhur kamu, bahkan lebih bersungguh-sungguh lagi…” (QS. Al-Baqarah/2: 200). “Berzikirlah kepada Allah pada hari-hari tertentu… Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kepada-Nya kamu akan dihimpun kembali.” (QS. Al-Baqarah/2: 203).
Saudaraku, kaum muslimin yang berbahagia
Tahun ini, Kementerian Agama RI merilis keputusan Nomor 660 Tahun 2021 menyatakan bahwa jamaah haji Indonesia tidak bisa berangkat ke Tanah Suci. Penundaan ini merupakan kali kedua karena adanya pandemi Covid-19. Menurut pendapat Muhammadiyah keputusan ini baik dan tidak melanggar ketentuan apapun, baik syariat maupun UU Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
Selain itu, pemberangkatan ibadah haji ke Baitullah harus ada jaminan keamanan, kesehatan, keselamatan, dan ketertiban. Mengingat melonjaknya kurva pandemi Covid-19 yang tergolong tinggi, bahkan di Arab Saudi, risikonya dinilai sangatlah besar. Oleh karenanya kita semua diminta untuk bersabar, tidak bersedih hati, dan mengambil hikmah dari kejadian yang luar biasa ini.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنُ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ،
فَأُوْصِيْنِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ حَقَّ تُقَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ،
Saudaraku, kaum muslimin yang di rahmati Allah
Mengakhiri khutbah ini, mari kita berdoa dengan khusyuk dan penuh pengharapan, semoga kita semua dapat mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ritual ibadah haji dalam aktivitas keseharian.
Ya Allah Engkau Yang Mahadamai, dari-Mu bersumber kedamaian, juga kepada-Mu berlabuh kedamaian. Hai, Tuhan kami. Hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian, masukkanlah kami dalam surga-Mu, negeri yang penuh kedamaian. Engkau Pemelihara kami, Pemilik keagungan serta kemurahan.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ،
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ، اللّهُمَّ أَمِتْنَا عَلَى الْإِسْلَامِ وَالْإِيْمَانِ، رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَقِيْمُوا الصَّلَاةَ!
Athiful Khoiri, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta