Berguru ke Peternak Lembu
Dengan nama Allah saya keluar rumah untuk berguru sembari berolahraga. Saya bertawakkal kepada-Nya, dan tiada daya dan upaya kecuali karena pertolongan Allah. Saya bersepeda angin ke arah timur. Sekitar dua ratusan kayuhan saya berhenti. Sebab saya melihat saudagar alias pengusaha lembu di kandangnya duduk seorang diri. Nama panggilannya Haji. Sepulang menunaikan ibadah haji dengan istrinya. Pengusaha muda ini pernah saya didik pas menjadi siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Takerharjo Solokuro Lamongan.
Karenanya saya disambut dengan gembira. Maka saya manfaatkan kesempatan langka ini untuk bercakap-cakap. Bersamaan dengan itu saya melihat Rio. Ia adalah murid saya juga yang sedang momong balitanya. Kami pun berfoto. “Waduh, saya belum mandi kok sudah difoto,” celoteh Haji. Kepada merekalah saya berguru. Saya berguru dahulu sebelum bergurau. Artinya belajar dahulu sebelum bersenang-senang.
Saya menanya tentang awal usahanya. Haji menjawab. Mbah pelopornya tahun 1955. Bapak pelangsungnya. Julukannya HFT (Haji Fathur Takerharjo). Sementara Haji penyempurnanya.
Usahanya kini dinamai HFT Glorius. Lembunya ratusan. Haji tidak menahu jumlah persisnya. Sementara bobotnya rerata 1 ton. Harganya ada yang 80-an juta rupiah. Jenisnya sapi putih lokal, merah limosin, belang simental, berangus (Brama Angus). Asalnya dari Indonesia, Australia dan Belgia.
Tetangganya turut menikmati keuntungannya. Lantaran HFT kerap memberi daging sapi. Pun petani dipersilakan memanfaatkan pupuk kandang secara cuma-cuma. Lagian banyak menyerap tenaga kerja. Seseorang menyarankan. Kenapa kotorannya tidak dijadikan pembangkit listrik?
Sahibulkurban juga sangat terbantu. Pelanggannya masyarakat luas, keluarga artis Via Valen, Gubernur Jawa Timur, dan presiden Soeharto. Selain itu HFT memajukan pasar ternak Lamongan, Gresik, Tuban, dan Jakarta. Pelanggannya dari Jakarta yang merupakan kolega bapaknya. Bakul terus mengepul. Tempat pemotongan hewan pun terus beroperasi. Setiap harinya 2-10 ekor sapi. Labanya lebih menggiurkan ketimbang penggemukan. Lantaran saban hari beli pakannya 50-90 ribu per ekor. Makanannya jerami, dedek, suket dan tebon serta pakan ternak.
Sapi berjenis PO sangat jinak. Haji kerap menungganginya. Haji menuturkan pula. Merawat sapi supaya lulut adalah kayak menyayangi perempuan. Resep usahanya tidak neko-neko. Hewan lainnya seperti merpati, ayam, kambing hidup berdampingan.
Makanya masyarakat urunan untuk membeli hewan kurban milik Haji. Haji pun berkurban setiap tahun. Idul Adha 1442 malahan Haji berkurban tiga ekor sapi. Sapinya memakai genta yang dipasang di lehernya. Bobotnya 900 kwintal dan harganya 70 juta. Niatnya karena Allah, tidak semata-mata demi keuntungan. Sapinya juga yang paling disenangi. Uniknya sapi atau lembunya dibawa ke tempat pemotongan dengan dituntun dan ditunggangi bersama putra bungsunya.
Mushlihin, guru MAM 8 Takerharjo Solokuro Lamongan