Al-Khafiidz, Allah Maha Memelihara
Allah berfirman dalam QS Huud ayat 57:
فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقَدۡ أَبۡلَغۡتُكُم مَّآ أُرۡسِلۡتُ بِهِۦٓ إِلَيۡكُمۡۚ وَيَسۡتَخۡلِفُ رَبِّي قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ وَلَا تَضُرُّونَهُۥ شَيًۡٔاۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَفِيظٞ ٥٧
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu
Di akhir kalimat pada ayat di atas ditegaskan bahwa salah satu nama dan sifat Allah SwT adalah Maha Pemelihara. Dalam kamus Arab-Indonesia Al-Munawwir disebutkan, kata Al-Khafiidz min asmaaihi ta’aalaa, salah satu nama Allah SwT. Yaitu yang berasal dari kata khafidza yang berarti menjaga (jangan sampai rusak), memelihara, dan melindungi.
Prof Dr Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar Juzu’ XII menerangkan, makna pemelihara dalam QS Huud ayat 57 tersebut, bahwa tidak ada satupun benda/makhluk yang terlepas dari pantauan dan penjagaan Tuhan. Termasuk pula mengawasi orang-orang kafir yang mereka sangka dirinya bisa lepas dari pantauan-Nya. Allah selalu melihat, Dia selalu memperhatikan, dan tidak ada sesuatupun dari amal perbuatan manusia yang terlepas dari penjagaan-Nya.
Maka satu-satunya jalan amal perbuatan ialah harus berdasarkan taqwa kepada Allah SwT, mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bukan sebaliknya justru menyimpang dan ingkar kepada-Nya.
Al-Khafiidz yang berarti Pemelihara juga mengandung makna bahwa sesungguhnya Allah SwT masih membukakan jalan kembali kepada-Nya bagi siapapun yang bersalah, siapapun yang khilaf. Sang Maha Pemelihara memiliki keluasan pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya yang pernah berbuat dosa. Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang suci (tidak punya dosa). Karena itu terbuka-lebarnya pintau taubat, adalah salah satu bukti bahwa Allah Maha Menjaga, Maha Memelihara, dan Maha Melindungi.
Lebih luas lagi, Maha Pemelihara dapat diartikan bahwa Dia-lah yang memelihara alam semesta sehingga semuanya berjalan dengan seimbang. Sebab manusia sebagai khalifah di bumi amatlah terbatas kemampuannya sekaligus juga memiliki sifat perusak. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar-Rum ayat 41).
Walau nyata memiliki sifat perusak, namun Allah tetap memberikan pintu taubat kepada hamba-Nya yang ingin kembali kepada jalan yang benar. Itulah Al-Khafiidz, Allah yang Maha Memelihara.
Sri Husodo, Alumni Fakultas Tarbiyah UIN Suka Yogyakarta
Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2018