58 Tahun Tapak Suci (Bagian 1); Pencak Berkemajuan yang Metodis Dinamis
Oleh: Yudha Kurniawan
Usia Pendekar Muh Barie Irsjad belum genap 30 tahun saat mendirikan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman Yogyakarta. Darah mudanya begitu mendidih untuk melawan tahayul bid’ah churafat melalui pemurnian ilmu dan budaya pencak. Tanpa ragu pendekar muda Kauman ini mengibarkan panji-panji pencak yang keilmuannya bersih dari syirik. Ini merupakan langkah yang berani melawan arus dan trend utama dunia pencak di masa itu.
Bagi Pendekar Barie Irsjad ilmu pencak itu ilmiah, sehingga bisa dipelajari, bisa pula diajarkan, serta dapat dikembangkan. Sebagai salah satu pendiri Tapak Suci, Pendekar Barie Irsjad telah meletakkan pondasi pencak yang berkemajuan dengan sifat kelimuan yang metodis dinamis. Ilmu pencak Tapak Suci yang rasional bisa dipelajari dan diajarkan kepada siapapun yang mau berlatih serius, tanpa perlu melakukan ritual dan syarat yang aneh-aneh.
Metode latihan dan strategi melatih ilmu pencak Tapak Suci dapat diriset secara ilmiah, sehingga memungkinkan untuk menemukan dan menguji cara untuk berlatih, serta best practices cara melatih yang cocok dan efektif. Ilmu pencak Tapak Suci tidak tertutup untuk dikembangkan, melalui proses latihan yang baik para praktisinya dapat memunculkan dinamika keilmuan dengan melakukan pengembangan teknik beladirinya.
Pendekar Barie Irsjad sangat demokratis, sebagai pendiri Tapak Suci beliau membuka ruang diskusi yang sangat terbuka untuk urusan keilmuan pencak. Maka Tapak Suci memiliki 8 jurus nasional yang diciptakan oleh para pendekarnya yang kompeten. Sang pendiri perguruan Pendekar Besar Muh Barie Irsjad dari Yogyakarta menciptakan 4 jurus meliputi katak, mawar, ikan terbang, dan naga. Pendekar Besar KH Bukhori Achmad dari Jember menciptakan jurus lembu. Pendekar Jakarta Muhammad Anas/Tan Fu Wiek menciptakan jurus rajawali. Pendekar Besar Chusnan David dari Surabaya menciptakan jurus harimau, sedangkan jurus merpati diciptakan Pendekar Besar Dr Ismail Navianto, MH dari Kota Malang.
Seluruh pendekar pencipta 8 jurus nasional Tapak Suci kini telah wafat, terakhir Dr Ismail Navianto, SH, MH, dosen Universitas Brawijaya ini meninggal dunia sepekan sebelum Tapak Suci memperingati miladnya yang ke-58. Jurus-jurus warisan mereka telah dipelajari oleh jutaan anggota Tapak Suci baik yang berlatih di Indonesia maupun luar negeri.
Perbanyak Pertemuan Ilmiah
Pendekar Barie Irsjad sejak awal mendirikan Tapak Suci telah menggariskan sifat keilmuan perguruan ini yang metodis dinamis. Hal yang paling fundamental dalam soal dinamika keilmuan adalah kompetensi anggotanya. Maka pekerjaan rumah terbesar seluruh jajaran pengurus Tapak Suci dari tingkat pusat, wilayah, dan daerah adalah bagaimana dapat menyajikan proses pendidikan terbaik untuk membentuk kompetensi anggotanya.
Patut disyukuri bahwa Tapak Suci dewasa ini mampu menyelenggarakan banyak even kejuaraan baik usia dini, remaja , maupun, dewasa. Bahkan jika mau dihitung frekuensi kejuaraan nasional Tapak Suci malah lebih sering dibanding kejurnas IPSI apalagi kejurnasnya perguruan lain. Hal ini ditopang dengan kemandirian elemen-elemen Tapak Suci di banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta (termasuk PTM) yang gemar secara rutin menggelar kejurnas Tapak Suci antar perguruan tinggi maupun antar mahasiswa.
Ini selaras dengan gaya Muhammadiyah yang membudaya dalam berkarya. Bahasa jawanya jor-joran untuk berbuat kebajikan, kalau di Muhammadiyah tidak ada yang ngopyak-opyak pun cabang-cabang berlomba mendirikan masjid, amal usaha, membeli ambulan. Nah untuk Tapak Suci meski tidak ada yang menyuruh apalagi memberi duit tapi banyak elemennya yang berlomba membuat even kejuaraan.
Tentu hal ini sangat bagus dan harus terus ditingkatkan karena kejuaraan pastinya merangsang pelatih dan atlet untuk memperbaiki proses latihannya. Dalam hal ini departemen pembinaan prestasi (binpres) sudah sukses membangun atmosfer yang bagus dengan banyaknya even tersebut. Nah atmosfer semangat menggelar kejuaraan ini sebaiknya juga menular ke departemen pendidikan anggota (bindikta) dengan even-even ilmiah untuk tujuan peningkatan kompetensi pendekar dan kader.
Apabila pendekar dan kader Tapak Suci kompetensinya bagus maka dengan sendirinya proses pendidikan anggota bermutu. Maka kejuaraan-kejuaraan Tapak Suci akan semakin seru karena pesertanya bagus-bagus wong dilatih oleh pelatih yang semakin kompeten. Pada nomor seni bahkan akan melahirkan aplikasi teknik-teknik baru yang memperkaya khasanah keilmuan Tapak Suci.
Kita semua paham bahwa menggelar even kejuaraan itu tidak gampang, kegiatannya rumit, dan biayanya juga besar. Sedangkan even-even ilmiah bisa berupa seminar, latihan tematis, penataran adalah jenis kegiatan yang lebih sederhana dibanding kejuaraan. Maka dalam bayangan saya mestinya banyak eleman di Tapak Suci yang mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan ini wong tinggal siapkan narasumber, peserta, dan fasilitas.
Solo dan Jerman
Sejak dahulu PP Tapak Suci juga sudah ada kegiatan-kegiatan bernuansa peningkatan kompetensi, misalnya penataran pelatih, penataran wasit juri, job training nasional, sosialisasi jurus, sarasehan pendekar. Namun kegiatan tersebut frekuensinya sangat jauh dibanding kejuaraan Tapak Suci yang sporadis.
Pada kepengurusan PP Tapak Suci periode ini, kegiatan peningkatan kompetensi nampaknya lebih mendapat perhatian. Sejak dilantik hingga awal pandemi covid19, PP Tapak Suci secara maraton telah melaksanakan beberapa kegiatan peningkatan kompetensi tingkat nasional. Tentu lokomotifnya Ketua I PP Tapak Suci Pendekar Dr Rony Syaifulloh dari Solo yang seorang akademisi sekaligus praktisi olahraga.
Terobosan Mas Rony Syaifulloh sangat progresif, dan dalam kaca mata saya melahirkan ekspektasi perbaikan mutu proses latihan untuk tujuan prestasi. Kinerja PP Tapak Suci periode ini memang didominasi terobosan Mas Rony yang memang sosok kompeten. Rony Syaifulloh yang usianya masih relatif muda, fisiknya prima, gesit, intelektualitasnya bagus, dan ideologi Muhammadiyahnya kuat, patut diperhitungkan di masa mendatang menahkodai PP Tapak Suci.
Arah yang dituju oleh Mas Rony Syaifulloh dengan kinerjanya di PP Tapak Suci periode ini adalah mendongkrak prestasi pesilat Tapak Suci dalam semua gelaran kejuaraan pencak silat tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional. Ini bagus, artinya seorang pengurus teras PP Tapak Suci memiliki konsep dan haluan yang jelas. Rony yang kompeten didukung powernya sebagai Ketua I PP Tapak Suci, sedang bekerja keras menggerakkan seluruh elemen Tapak Suci untuk kembali serius meningkatkan kompetensi guna mengangkat prestasi pesilat kita.
Sementara itu jauh di Negeri Jerman, Pendekar Utama Joko Suseno giat untuk mendorong pendekar dan kader Tapak Suci meningkatkan kompetensi dalam aspek beladiri. Jika Mas Rony lebih kuat ke pencak silat olahraga prestasi, Mas Joko menekuni pencak sebagai beladiri tradisi. Saya menangkap keresahan Mas Joko Suseno sejak belum lahir media sosial yang bernama facebook, saat itu melalui email mas Joko meminta saya menyiapkan acara seminar pencak jika beliau mudik ke Yogyakarta.
Mas Joko adalah murid otentiknya Pendekar Besar Barie Irsjad, maka beliau ingin ilmu pencaknya Tapak Suci tetap berkembang lestari tidak tergilas zaman dan arus kuat pencak silat olahraga prestasi. Upaya Mas Joko untuk tetap menjaga dan mewariskan keilmuan Tapak Suci memang tidak bisa massif karena beliau ada di Eropa. Bahkan Mas Joko juga bukan pengurus PP Tapak Suci, sehingga konsep pemikirannya tidak serta merta dapat terakomodasi dalam program kerja pengurus.
Kendati demikian, gebrakan Mas Joko Suseno banyak diminati oleh para anggota Tapak Suci. Pada tahun 2012, saat beliau mudik ke Jogja diadakan latihan intensif difasilitasi Pimda 02 Bantul bertempat di lantai 2 Masjid AR Fahruddin SMA Muhammadiyah 1 Bantul. Pesertanya banyak, dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, bahkan Papua. Kegiatan berlangsung 3 hari dari pagi hingga malam, dan menurut Mas Joko merupakan acara seminarnya di Indonesia yang paling komplit materinya.
Kendati tidak se-intensif acara di Bantul, Mas Joko pernah pula menjadi narasumber acara serupa di Madiun atas undangan Pendekar Suwarto Abas, serta di Kalimantan Barat atas undangan Pendekar Sadtata. Publikasi keilmuan oleh Mas Joko dengan peserta paling banyak adalah saat acara jambore pendekar di Kalikuning beberapa tahun lalu, namun saat itu tidak tersedia banyak waktu karena banyak agenda acara yang lain.
Baik Mas Rony maupun Mas Joko,sedang melakukan ihtiar dalam rel masing-masing untuk membangun kompetensi para tenaga fungsional pelatih Tapak Suci. Mas Rony yang baru periode ini masuk di jajaran elit PP Tapak Suci sebagai Ketua I, sangat gencar upayanya untuk secara massif meningkatkan mutu pelatih untuk mendongkrak prestasi Tapak Suci. Sedangkan Mas Joko Suseno setia di garis keilmuan pencak tradisi untuk mempertahankan dan melestarikan aspek seni beladiri Tapak Suci lengkap dengan pengembangan teknik tangan kosong maupun bersenjata.
Apa yang telah dilakukan kedua pendekar itu mestinya mendorong jajaran pimpinan Tapak Suci semua tingkatan, serta komunitas-komunitas Tapak Suci misalnya Unit Kegiatan Mahasiswa Tapak Suci untuk gemar menggelar kegiatan serupa. Dengan demikian atmosfer metodis dinamis dalam keilmuan Tapak Suci akan terjaga sesuai cita-cita Pendekar Besar Muh Barie Irsjad.
Membudayakan Kegiatan Peningkatan Kompetensi
Situasi Pandemi Covid19 relatif menurunkan atmosfer pembinaan Tapak Suci baik latihannya maupun penyelenggaraan evennya. Latihan daring melalui sarana zoom meeting menjadi alternatif untuk tetap melakukan ihtiar peningkatan kompetensi. Misalnya Mas Joko Suseno (Jerman) difasilitasi Pendekar Radiansyah dari Perwil Tapak Suci Singapura meluncurkan 2 program latihan khusus pendekar dan kader.
Pertama kegiatan bertajuk “Tribangsa” yaitu latihan senjata trisula/cabang/tekbi yang diikuti peserta dari 3 negara Indonesia, Singapura, dan Jerman. Mas Joko tidak ingin kompetensi permainan senjata jenis ini hilang dari anggota Tapak Suci. Kegiatan kedua bertajuk “Kosiga”, materinya lebih umum dan pesertanya juga sangat banyak hingga 300an pendekar dan kader. Kedua kegiatan ini dilakukan intensif, dan setiap hari peserta wajib mengirimkan video setoran progres latihannya.
Selain itu dalam rangka semarak Milad ke-58 Tapak Suci, maka Pimda 02 Bantul mengadakan penataran virtual pelatih Tapak Suci. Pesertanya juga banyak, selain dari Indonesia turut bergabung pula peserta dari Tapak Suci Ceko. Kegiatan ini dlaksanakan secara maraton dalam 5 segmen tema di Bulan Juli 2021. Narasumbernya anak muda dari Bantul Pendekar Firdhana Wahyu Putra, masih aktif sebagai atlet dengan prestasi nasional dan internasional, juga ASN di Kemenpora.
Pimda Tapak Suci cianjur dalam waktu dekat juga mengadakan webinar dengan narasumber panel beberapa atlet berperstasi internasional. Yang dilakukan Tapak Suci Cianjur ini nampaknya untuk bersama membangun motivasi berprestasi dan berbagi tips latihan.
Semua kegiatan virtual ini karena situasi pandemi, jika keadaan aman dan sehat-sehat saja tentu lebih efektif kegiatan tatap muka. Namun demikian perlu ada upaya penyadaran kepada semua pimpinan Tapak Suci di semua tingkatan, agar ke depan semakin rajin mengadakan kegiatan peningkatan kompetensi untuk pendekar dan kader.
Lakukan saja kegiatan dengan narasumber lokal, tak perlu harus hadirkan pendekar senior sekelas Mas Joko dan Mas Rony. Tapi pesertanya dibuka kesempatan semua daerah untuk berpartisipasi. Sebagai contoh di Pronojiwo Lumajang ada pendekar Heri Gunawan Wibisono yang memiliki kompetensi pencak tangan kosong dan berbagai senjata, sekaligus mampu meramu iringan musik, bahkan terampil membuat senjata. Sebaiknya pamornya Mas Heri ini ditampilkan oleh Pimda Tapak Suci Lumajang dengan membuat acara seminar berkala dengan tema sesuai kompetensi beliau. Beri kesempatan kepada semua daerah yang berminat untuk mengirimkan peserta.
Pimda 01 Tapak Suci Kota Yogyakarta banyak memiliki anak muda yang layak diangkat pamornya. Sebut saja misalnya Pendekar Muh Ramli, Ibnu Mubarok, Sholahuddin Zuhri (Ketua PDPM Yogyakarta), Saiful Anam, mereka ini jangan menunggu tua untuk sering ditampilkan sebagai narasumber. Pimda 01 Yogyakarta harus sering mengadakan seminar untuk mempublikasi kompetensi mereka.
Pimda Surakarta yang bahkan tokoh-tokohnya mampu menginisiasi berdirinya prodi pendidikan olahraga di UMS, sangat bagus bila sering mengadakan penataran pelatih. Dengan demikian sumber daya Surakarta ini kompetensinya menular ke pelatih daerah lain yang mengikuti kegiatannya.
Urusan meningkatkan kompetensi ini sifatnya fardhu kifayah, daerah manapun yang memiliki narasumber kompeten wajib memfasilitasi menyelenggarakan kegiatan dengan mengundang peserta daerah lain yang berminat. Kita harus bersama saling mendorong kemajuan prestasi daerah lain, tidak boleh berfikir ego sektoral. Tidak harus semua menunggu diundang kegiatannya PP Tapak Suci. Indonesia ini negara kepulauan yang sangat besar, kegiatan sentralistik di PP Tapak Suci pasti berbiaya besar maka frekuensinya juga terbatas.
Mandiri Berprestasi
Tema Milad ke-58 Tapak Suci adalah mandiri, berprestasi, berkemajuan, dan mendunia. Menurut saya kata “mandiri” dalam tema milad kali ini cocok sebagai pengingat agar semua elemen Tapak Suci sadar bahwa kita tidak boleh hanya menunggu gebrakan PP Tapak Suci. Mari mandiri berfikir dan bertindak, jangan ragu untuk melakukan kegiatan peningkatan kompetensi dengan memberdayakan sumberdaya lokal namun bermanfaat secara regional, nasional, bahkan global.
Apabila kegiatan peningkatan kompetensi telah menjadi trend arus kuat perguruan kita, maka secara berjamaah pula prestasi Tapak Suci akan terdongkrak. Kita akan mampu mengurangi disparitas/senjangan mutu latihan antar daerah yang saat ini pasti terjadi. Mari rapikan shaf kita,kita berjamaah untuk maju bersama sebagai perguruan pencak silat yang metodis dinamis berkemajuan. Dirgahayu ke-58 Tapak Suci.
Yudha Kurniawan, Ketua Umum Pimda 02 Tapak Suci Bantul