Prof Abdul Mu’ti: IPM Ortom dengan Ideologi Paling Solid

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) memperingati milad ke-60 pada 18 Juli 2021. IPM perlu melakukan refleksi dan muhasabah atas perjalanan panjang yang telah dilaluinya.

Apalagi Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Prof Abdul Mu’ti menyebut di kalangan Muhammadiyah, IPM dikenal sebagai Ortom dengan keteguhan ideologinya yang paling solid. “IPM inilah Ortom yang dianggap memiliki keteguhan ideologi paling solid diantara Ortom yang lain. Sehingga sering ada yang mengatakan IPM inilah kader ideologis Muhammadiyah,” ungkapnya.

IPM sudah ditempa ketika pergulatan ideologi saat dilahirkannya pada 18 Juli 1961, bagaimana pergulatan politik ketika IPM harus mengalami proses metamorfosis menjadi IRM dan kembali ke IPM. Serta berbagai pencapaian individual oleh para kader IPM maupun alumni serta prestasi institusional secara organisasi.

Menurut Prof Abdul Mu’ti  IPM memiliki nilai-nilai institusi sebagaimana nilai-nilai yang dimiliki Muhammadiyah. Dengan menghormati nilai itu kader IPM semestinya tidak mau menang sendiri atau melabrak nilai-nilai karena ambisi yang bersifat pribadi.

Akan tetapi, di samping itu Muhammadiyah merasa bangga dan berbahagia karena IPM secara berturut-turut menjadi organisasi pelajar terbaik se-Asia Tenggara bahkan se-Asia. IPM memiliki potensi sangat besar yang menekuni bidang seni, olahraga, sains, dan teknologi telah turut mengibarkan bendera merah putih di tingkat dunia.

Prof Abdul Mu’ti mengungkapkan IPM konsisten melahirkan kader handal yang alumninya telah tampil tidak hanya dalam kepemimpinan persyarikatan, tetapi juga kepemimpinan nasional bahkan juga berperan dalam forum internasional. Termasuk IPM mengelar Millenial Symposium Resepsi Milad IPM 60 bertajuk “Kader IPM untuk Umat, Bangsa, dan Bernegara”.

Maka di tengah gelombang persoalan yang ada, IPM tak perlu merasa berkecil hati dan membuatnya surut ke belakang tetapi justru menjadi sebuah tantangan. “Justru sebagai organisasi yang besar maka tantangan dan gelombang yang dihadapi tidak semakin ringan,” tutur Prof Abdul Mu’ti dalam sambutannya pada Resepsi Milad IPM 60 secara daring, Sabtu 24 Juli 2021.

Hal ini dapat terlihat dari kiprah IPM yang mampu menjadi solusi dengan gerakan perdamaianya seperti Gerakaan Aktif Tanpa Kekerasan (GATK) pada awal 2000-an hingga menjadi founder Peace Generation. Ketika itu para anak bangsa larut dalam konflik komunal yang komplek bahkan membuat pesimistis dengan masa depan Indonesia. “Tapi di tengah gelombang persoalan yang ada, IPM tampil dengan gerakan perdamaian yang tidak hanya diakui dalam level nasional, tetapi juga pada level internasional,” imbuh Prof Abdul Mu’ti.

Saat ini, IPM sebagai gerakan berbasis pelajar dihadapkan problematika klasik maupun kontemporer. Seperti pembelajaran daring, kekerasan di kalangan generasi muda, penyalahgunaan narkoba, perkawinan dini, hingga paparan ekstrimisme dan terorisme. Bagaimana IPM bisa berada di tengah-tengah generasi muda khususnya pelajar Muhammadiyah untuk menyelesaikan masalah yang menerpa.

Oleh karena itu, lanjut Prof Abdul Mu’ti, IPM harus berada pada khittah dan garis ideologinya sebagai gerakan pelajar yang berperan dalam menghimpun dan mengembangkan potensi generasi muda. Yaitu sebagai kader ikatan, persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.

IPM bukan hanya menjadi ikatan, melainkan perlu menjadi gerakan yang tangguh dan berkemajuan. Diantaranya, Pertama, gerakan cinta. IPM perlu menjadi gerakan yang menumbuhkan cinta kepada agama, ilmu, ikatan, persyarikatan, tanah air, bangsa, dan sesama umat manusia.

Kedua, IPM mampu menjadi gerakan yang mampu mengembangkan potensi dan kompetensi generasi muda dalam berbagai bidang. Diantaranya bidang keilmuan, seni budaya, olahraga, sains, teknologi, dan kepemimpinan. Termasuk bidang dakwah di kalangan generasi muda serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain itu, IPM sekarang perlu memberikan orientasi gerakan masa depan yang tentu tantangannya jauh lebih berat dari IPM masa lau dan IPM masa kini. “Orientasi global menurut saya perlu menjadi orientasi yang perlu ditumbuhkan di setiap diri insan-insan IPM,” tutur Prof Abdul Mu’ti.

Dunia masa depan perlu disiapkan dengan kompetensi global. Prof Abdul Mu’ti mengutip CEO Samsung tentang 10 kompetensi masa depan tersebut. Pertama, berwawasan luas dan handal. Kedua, berwawasan bahasa asing yang tinggi dan berwawasan global. Ketiga, berfikir positif yang terus berkembang. Keempat, semangat bersaing dan visioner. Kelima, berpikir kritis dan kreatif. Keenam, menghargai nilai tetakrama. Ketujuh, memiliki jiwa kemanusiaan. Kedelapan, bertanggung jawab. Kesembilan, berjiwa kepemimpinan. Kesepuluh, menjunjung tinggi kesopanan. (Riz)

Exit mobile version