Etos Kemajuan Umat Yang Bersahaja

tolong menolong

Foto Dok Ilustrasi

Etos Kemajuan Umat Yang Bersahaja

Khutbah Oleh: Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani

اْلحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيْدًا أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita panjatkan puji dan rasa syukur kepada Allah Subhānahū wa Ta’ālā yang telah melimpahkan rahmat dan karunia, sehingga kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh keridhaan-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad allāallāhu ‘alaihi wa Sallam, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya hingga Hari Akhir nanti.

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia

Setidaknya terdapat dua metode dalam meraih keunggulan dan keluhuran di zaman industrialisasi dan disrupsi digital sekarang ini, metode pertama adalah sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Q.S. al-Mukminun ayat 1-11:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka milik, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Metode pertama ini mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya kualitas diri. Kualitas diri akan mencerminkan kualitas keluarga, kemudian kualitas masyarakat, lalu kualitas negara dan bangsa hingga kualitas umat Islam di seluruh penjuru dunia. Orang mukmin yang benar-benar dikatakan mukmin sejati yaitu mereka yang memiliki kualitas ibadah secara khusyu’ baik shalatnya, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya. Ketika kualitas ibadah yang khusyu’ tersebut dimiliki oleh seorang mukmin (merasuk hingga hati nurani, akal pikiran, setiap detak jantung dan aliran darah membentuk pribadi sempurna jasmani dan ruhani), barulah ia memiliki dampak sosial yang berkualitas pula.

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia

Kebersahajaan (kekhusyu’an) orang beriman adalah ketika mendekat kepada Allah Subhānahū wa Ta’ālā dalam perspektif ibadah seperti shalat, zakat, dan lain sebagainya tetapi juga dalam menjaga hubungan baiknya kepada sesam manusia, seperti mengurangi perbuatan dan perkataan yang tiada bermanfaat, menjaga kesucian diri, dan mampu menjalankan manaha yang diberikan kepadanya. Ini merupakan bentuk kebersahajaan (kekhusyu’an) seorang hamba saat berusaha untuk mentransformasikan semangat (etos) ibadah shalat, puasa, zakat, haji , dan sebagainya ke dalam tindakan-tindakan yang berhubungan langsung dengan manusia.

Terutama era industrialisasi dan disrupsi sekarang ini menjadi tantangan tersendiri bagi seseorang yang berusaha mengejawantahkan spirit ibadah shalat dan yang lainnnya kepada tindakan atau perbuatan mulia dengan manusia yang lain. Zaman di mana mayoritas manusia lebih sibuk dengan dirinya sendiri, eksistensi sosial atas nama kebanggaan diri, dunia hedonisme yang semakin merajalela, materi kehartabendaan sebagai tujuan utama, dan masih banyak lagi, justru dalam keadaan seperti ini Islam mengajarkan kesantunan, keadaban, dan kepedulian terhadap sesama demi kebahagiaan hidup umat manusia. Orang-orang yang masih konsisten dalam menegakkan spirit keagamaan merupakan pengendali arus utama saat semuanya mulai menjauh dari hidayah Tuhan. Inilah orang yang bersahaja di tengah arus disruptif dan industrialistis suatu zaman yang serba maju namun kering dalam sisi keruhanian.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kemudian metode kedua yaitu didasarkan pada sabda Rasulullah Muhammad allāallāhu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana berikut ini:

Dari Abu Hurairah radhiyaāllahu ‘anhu berkata: bersabda Rasulullah Muhammad allāallāhu ‘alaihi wa Sallam: Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai daripada seorang mukmin yang lemah, dan masing-masing berada dalam kebaikan. Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu katakan: seandainya aku berbuat demikian, pastilah akan demikian dan demikian, akan tetapi katakanlah: Allah telah mentakdirkan hal ini dan apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi. Sesungguhnya perkataan seandainya membuka pintu perbuatan setan. (H.R. Muslim)

Suatu sikap kebersahajaan tentunya harus ditegakkan pula dengan spirit kemajuan yang harus tertanam di dalam hati. Sebagaimana bunyi hadits di atas yang benar-benar memberikan spirit kemajuan bagi umat Islam harus mampu kita amalkan dalam kehidupan. Pernyataan bersungguh-sungguhlah atau ada yang mengartikan bersegeralah dalam segala sesuatu yang bermanfaat di dalam hadits itu memberikan tanda yang tegas bahwa setiap hal yang dapat memberi manfaat bagi siapa pun harus diperjuangkan dan dikerjakan oleh umat Islam. Sehingga harapannya adalah etos kemajuan dan kebersahajaan harus bisa tertanam dalam diri setiap muslim.

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia

Demikian ini pada akhirnya membuat orang Islam agar memiliki daya saing yang tinggi dan mampu menjalani kehidupan beragama dan berbangsa secara optimal. Kebersahajaan dan kemajuan harus berjalan beriringan hingga mampu mengantarkan kualitas hidup umat Islam seimbang antara mencapai kebahagiaan hidup dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Karena substansi perilaku beragama manusia yang beriman terletak pada etos kebersahajaan dan kemajuan diri untuk lebih memberdayagunakan bagi kepentingan masyarakat luas.

بَارَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah Kedua

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Shalat Jum’at yang Berbahagia

Memaknai agama yang komprehensif memerlukan adanya usaha untuk menanamkan etos kemajuan dan kebersahajaan dalam mengaplikasikan perbuatan sehingga mampu memberi manfaat dan daya guna bagi orang lain. Keberlanjutan dalam menegakkan prinsip-prinsip beragama harus mampu menempatkan pula kualitas diri orang Islam yang dipengaruhi oleh spirit kebersahajaan dan etos kemajuan menuju perilaku hidup yang lebih beradab.

اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِميْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ والْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فَيَاقَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْئَلُكَ عِلْمًا نَفِعًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, S.Pd.I., M.Pd.I., Dosen PAI Universitas Muhammadiyah Gresik & Anggota Majelis Tabligh PDM Gresik

Sumber: Majalah SM Edisi 14 Tahun 2021

Exit mobile version