YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah baru-baru ini mengadaakan webinar nasional bertajuk “Green ‘Aisyiyah, Gerakan Mengatasi Bencana Akibat Dampak Perubahan Iklim.”
Dalam sambutannya, Ketua Pimpinan Pusan ‘Aisyiyah Masyitoh Chusnan mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun oleh LLHPB, dalam kurun waktu lebih kurang enam bulan lalu, telah terjadi ratusan bencana alam yang menimpa bangsa ini. Bencana alam yang kian sering terjadi ini adalah akibat perubahan iklim, dan perubahan iklim tidak lain akibat ulah tangan manusia yang cenderung serakah. “Pembabatan hutan untuk kepentingan pribadi yang serakah masih trus terjadi,” ucapnya.
Lebih dalam, Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dewanthi memaparkan, bahwa perubahan iklim terjadi karena akibat dari pemanasan global efek rumah kaca sehingga suhu permukaan bumi meningkat dan semakin panas. Peningkatan suhu ini jelas mempengaruhi ekosistem di bumi.
Pemanasan global ini terjadi sejalan dengan beberapa aktivitas manusia itu sendiri. Termasuk aktivitas menggeser hutan menjadi lahan perkebunan dan pemukiman.
Karenanya perlu adanya upaya-upaya pengendalian perubahan iklim. Yaitu, sambung Laksmi, mitigasi dan adaptasi. Mitigasi lebih kepada upaya untuk mengurangi sumber emisinya, seperti tidak lagi membakas sampah dan lebih memilah dan memilih sampah untuk dipisahkan antara organik dan non organik. Sedang adaptasi lebih kepada bagaimana menyikapi perubahan ini. “Tapi pada pratiknya, baik mitigasi maupun adaptasi perlu disesuaikan dengan kondisi di lapangan,” pesannya.
“Kami di pemerintahan sebenarnya punya regulasi dan dukungan untuk upaya pengendalian perubahan iklim ini, tapi aksi nyata tetap pada tangan ibu-ibu, tangan masyarakat, pelaku bisnis, akademisi, dan kita semua. Regulasi dan aksi nyta harus bersambung,” imbuh Laksmi.
Hening Parlan Ketua Devisi Lingkungan Hidup LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah mendesak, agar persoalan perubahan iklim segera untuk direspons. “Harus disegerakan untuk ditangani, karena hal ini akan menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Kalau tidak segera ditangani, maka anak-anak kita akan kehilangan masa depannya,” terangnya.
Eco Jihad atau perjungan menyelamatkan lingkungan hidup ini, harus terus menerus disuarakan. “Ada banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang lingkungan hidup ini sebagai landasan untuk kita berjuang menggelorakan eco jihad ini,” ajak Hening.
Aisyiyah diberbagai daerah sudah tampil dan beraksi dalam penanggulangan perubahan iklim ini. Misalnya di Jawa Timur ada program asuh pohon. Tidak sekedar menanam pohon, tapi juga memastikan bahwa pohon tersebut diasuh oleh siapa. Kemudian Aisyiyah di Bali yang sangat perhatian terhadap sampah plastik. Upaya keras memerangi samplas plastik ini mulai mendapat perhatian MUI juga platic bank dari Canada.
“Jadi Green ‘Aisyiyah adalah sebuah gerakan, yang kita gerakan bersama sekaligus mengajak masyarakat untuk mau menjaga lingkungan demi kelangsunga hidup di bumi dan masa depan generasi penerus,” pungkas Hening. (gsh).