58 Tahun Tapak Suci (Bagian ke-2) Revitalisasi KOSEGU Untuk Kemanusiaan
Oleh: Yudha Kurniawan
Majalah Suara Muhammadiyah beberapa tahun silam memuat tulisan Pak Muchlas Abror. Ketua Umum PP Tapak Suci masa bakti 1995-2006 ini dalam tulisannya menggambarkan penyelenggaraan Muktamar ke-36 Muhammadiyah pada tahun 1965 di Kota Bandung. Kendati dalam suhu politik nasional yang kurang kondusif, Muktamar ke-36 digelar dengan menunjukkan potensi kebesaran persyarikatan ini.
Menurut Pak Muchlas, Muktamar dibuka oleh Presiden Sukarno serta dimeriahkan dengan Pawai Muktamar yang jauh lebih panjang, indah, dan teratur daripada pawai KIAA yang diselenggarakan di kota yang sama setahun sebelumnya. Pada perhelatan inilah untuk pertama kalinya Muhammadiyah menampilkan Tapak Suci dalam kegiatan skala nasional.
Penyelenggaraan Muktamar yang meriah dan ditampilkannya Tapak Suci dalam kegiatan besar untuk pertama kalinya, menurut Pak Muchlas untuk menjawab show of force PKI dalam ulang tahun akbarnya di Senayan beberapa bulan sebelumnya. Sejarah mencatat, kedua kekuatan massa ini akhirnya saling berhadapan secara fisik menyusul meletusnya G30S/PKI.
PP Muhammadiyah di awal Oktober 1965 langsung menyatakan bahwa Gestapu/PKI adalah bencana nasional. Kyai Achmad Badawi dan Kyai Djarnawi Hadikusumo mewakili PP Muhammadiyah, sebagai ormas pertama yang berteguh janji dengan Mayjen Soeharto untuk saling membantu menumpas kekuatan Gestapu/PKI.
Bahkan Muhammadiyah menjadi ormas pertama pula yang menuntut pembubaran PKI dan ormas-ormas onderbouw-nya. Ketua PP Muhammadiyah Kyai Achmad Badawi bahkan menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa membubarkan PKI termasuk perbuatan ibadah.
Regu Inti KOSEGU
Sejak Tapak Suci berdiri, salah satu organ di dalamnya adalah regu inti KOSEGU (Korps Serba Guna) yang logo/lambangnya diciptakan oleh Adjieb Hamzah. Sepak terjang KOSEGU sering dikaitkan dengan konflik fisik sebelum dan setelah meletusnya G30S/PKI. Bagian depan tulisan ini merujuk kepada keterangan Pak Muchlas Abror mengenai situasi tahun 1965, berikut posisi Muhammadiyah tentu termasuk Tapak Suci di dalam pusaran konflik fisik saat itu.
Sebagai regu intinya Tapak Suci, tentu saja KOSEGU terlibat membela umat dalam serangkaian peristiwa tahun1965 baik sebelum maupun sesudah meletusnya Gestapu/PKI. Namun demikian, konsep lahir/dibentuknya KOSEGU berbeda dengan sepupunya yaitu KOKAM yang dibentuk Pemuda Muhammadiyah pada 1 Oktober 1965 untuk merespon meletusnya G30S/PKI.
Sejak Tapak Suci berdiri, KOSEGU telah menjadi organ di dalamnya yang berupa regu inti (tim taktis). Anggota KOSEGU memang dipilih oleh Pak Barie Irsjad dari jagoan-jagoan pemberani Tapak Suci yang sekali pancal langsung mobal jika sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Muhammadiyah, umat , dan bangsanya.
KOSEGU sudah ada pasca Tapak Suci berdiri tanggal 31 Juli 1963, bukan secara khusus merespon peristiwa G30S/PKI. Namun demikian, tahun berdirinya Tapak Suci 1963 adalah masa-masa panas yang memaksa penampilan perguruan inipun lumayan garang. Maka sebelum Gestapu/PKI meletus-pun Tapak Suci sudah terkenal (sering diejek) sebagai “tukang pukul”nya HMI.
Kendati hanya organisasi kemahasiswaan (bukan parpol), namun HMI adalah oposan yang sangat dibenci penguasa orde lama dan elemen-elemen sekutunya. Gangguan dan ancaman terhadap para aktivis HMI ini dihadapi oleh Tapak Suci, kendati perguruan pencak ini umurnya masih balita. Tentu saja untuk keperluan operasi seperti ini anggota-anggota KOSEGU terlibat. Keadaan ini terus berlangsung, dan memuncak pasca Gestapu/PKI dengan penumpasan kekuatan komunis hingga tumbangnya kekuasaan orde lama.
Revitalisasi KOSEGU dan KOKAM
Latar belakang dibentuknya KOSEGU dan KOKAM tidak sama dan sebangun, kendati mereka sama-sama terlibat dalam panasnya atmosfer konflik horizontal tahun 60-an. KOKAM-nya Pemuda Muhammadiyah terbentuk persis di tanggal 1 Oktober 1965 sebagai respon cepat Muhammadiyah atas meletusnya G30S/PKI. Letkol HS Projokusumo tokoh Muhammadiyah Jakarta dan Pak Lukman Harun Ketua PP Pemuda Muhammadiyah menjadi inisiator utama terbentuknya KOKAM.
Sedangkan KOSEGU adalah organ di dalam Tapak Suci sejak perguruan ini didirikan di Yogyakarta 31 Juli 1963. Hadirnya KOSEGU tidak ditujukan secara khusus sebagai unit taktis untuk menghadapi hegemoni PKI di zaman orde lama. Menurut keterangan mantan Ketua Tapak Suci Bantul Pendekar Fahrurrozi, oleh pendiri Tapak Suci Pak Barie Irsjad unit taktis KOSEGU dihadirkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat/umat.
Korps Serba Guna (KOSEGU) Tapak Suci, menurut Mas Fahrur blue print-nya dari Pak Barie Irsjad bukan sekedar sebagai unit taktis tukang gebuk-gebukan. Pak Barie Irsjad ingin regu inti KOSEGU menjadi unit taktis yang multi fungsi, memiliki aneka kompetensi yang sesuai kebutuhan umat. Bahwa anggota KOSEGU itu bisa berkelahi karena memang mereka semua pesilat.
Blue print-nya Pak Barie Irsjad memang ter-reduksi karena tuntutan keadaan, di mana Tapak Suci di usia balita langsung dihadapkan dengan kondisi umat yang membutuhkan pembelaan karena tekanan PKI. Walhasil KOSEGU belum sempat tampil secara utuh sesuai blue print dari guru besarnya, sehingga catatan sejarah korps ini hanya lekat dengan romantika hiruk pikuk konflik sosial politik di tahun 60an.
Eksistensi KOSEGU selanjutnya kurang digarap oleh Tapak Suci. Sejak masa orde baru Tapak Suci memang sibuk untuk membangun dirinya sebagai perguruan yang banyak prestasi dan mendakwahkan pencak silat dalam versi yang bebas dari syirik. Hal ini memang muatan dari majelis tarjih PP Muhammadiyah, sehingga menawarkan kepada umat konsep pencak silat yang bertauhid untuk melawan arus besar budaya silat di Indonesia adalah perjuangan yang penting bagi Tapak Suci.
Jika mengintip KOKAM, setidaknya ada 2 Ketua PP Pemuda Muhammadiyah yang mencoba merevitalisasinya dengan cukup massif. Pada fase penghujung kekuasaan orde baru, KOKAM direvitalisasi oleh Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari. Saat itu gerakan membangkitkan KOKAM sangat massif, dari tingkat pusat hingga cabang Pemuda Muhammadiyah membetuk dan melakukan diklat KOKAM.
Dahnil Anzar Simanjuntak pada masa baktinya sebagai Ketua PP Pemuda Muhammadiyah juga melakukan gerakan revitalisasi KOKAM secara massif. Pada masa Dahnil ini bahkan ada gerakan wajib KOKAM bagi personalia pengurus Pemuda Muhammadiyah di semua tingkatan. KOKAM yang awal berdirinya adalah respon cepat menghadapi manuver PKI, oleh Pemuda Muhammadiyah dalam revitalisasinya ditampilkan lebih elegan dan fungsional.
Dalam struktur organisasi Pemuda Muhammadiyah, juga ditambahkan unsur SAR di tubuh KOKAM. Strategi ini rupanya cocok dengan kebutuhan umat, terlebih Indonesia termasuk kawasan rentan aneka bencana alam. Dalam banyak misi kemanusiaan Muhammadiyah termasuk mengatasi pandemi corona, KOKAM menjadi salah satu pendukung utama operasional di lapangan disamping unsur rumah sakit. Pemuda Muhammadiyah melalui revitalisasi KOKAM berhasil mendayagunakan jauh lebih dahsyat dibanding sekedar fungsi pengamanan kegiatan yang sekian lama lekat dengan unsur ini.
Lantas bagaimana dengan KOSEGU? Ketua Umum PP Tapak Suci Afnan Hadikusumo bukan tanpa upaya untuk merevitalisasi KOSEGU. Dalam berbagai kesempatan beliau menyinggung hal ini. Namun demikian, bagaimana konsep revitalisasi itu sejauh ini belum nampak secara massif disosialisasikan. Secara sporadis Pimwil dan Pimda juga sudah ada yang menggeliat untuk mengaktifkan pembinaan KOSEGU.
Namun dapat kita baca bahwa geliat atmosfer pembinaan KOSEGU masih lekat dengan romantika konflik fisik 1965. Nampaknya momentum bulan September dan Oktober yang sering dipilih untuk menggulirkan kegiatan latihan bersama KOSEGU di berbagai daerah. Materi latihan juga tidak terlalu jauh dari pencak silat, biasanya dengan bumbu segi praktis senjata dan tangan kosong Tapak Suci. Hal yang sebenarnya bisa dilatihkan di latihan kader dan pendekar.
Kalangan Tapak Suci masih terbelenggu kenangan hiruk pikuknya perjuangan KOSEGU di tahun 1965. Walhasil arah pembinaan KOSEGU cenderung ke arah sebagai unit taktis pengamanan kegiatan, aset, dan umat Muhammadiyah. Blue print dari Pak Barie Irsjad yang menghendaki KOSEGU sebagai tim taktis yang kompeten dan mampu kebutuhan umat tereduksi dengan belenggu romantika masa lalu.
Semangat Kerelawanan Muhammadiyah
Jika kita ingin melihat maskapai besar yang terbangun oleh jamaah bermental relawan maka itulah Muhammadiyah. Semua unsur di dalam Muhammadiyah setia dan rela dengan peran masing-masing untuk menopang seluruh geliat persyarikatan. Apapun itu yang berlabel Muhammadiyah hadir karena umat yang rela memberi sesuai kapasitasnya dengan ilmu, harta, tenaga, waktu, bahkan doanya.
Pendiri Tapak Suci Pak Barie Irsjad lahir dan besar di Kauman, tentu sangat paham bagaimana Muhammadiyah dibesarkan dengan mozaik kerelawanan. Maka sangat relevan cerita dari Mas Fahrurrozi bahwa blue print KOSEGU dari Pak Barie adalah sebagai unit taktis yang berguna untuk membantu kebutuhan umat. Sebaiknya Tapak Suci mencoba kembali kepada blue print itu, sehingga daya guna KOSEGU lebih bermakna untuk umat.
Sangat bagus dicoba gerakan revitalisasi dengan wajib KOSEGU untuk seluruh kader, pendekar, siswa senior. Berikan pembinaan dengan kompetensi yang relevan untuk kebutuhan umat dan lingkungan. Jadikan KOSEGU sebagai wadah pembinaan SDM perguruan agar siap untuk mensuplai personil pendukung program kemanusiaan dan keumatan majelis dan lembaga di Muhammadiyah.
Blue print KOSEGU dari Pak Barie Irsjad 58 tahun silam sudah sangat canggih di masanya, dan masih sangat relevan di masa kekinian. Maka janganlah direduksi dengan pengertian sempit sebagai pasukan keamanan semata. Kadang kita terlalu asyik melayani isyu bangkitnya komunis. Meskipun mewaspadai komunis juga baik, namun kiprah kemanusiaan dan keumatan sudah jelas nyata menunggu gerakan massif kita.
Yudha Kurniawan, Ketua Umum Pimda 02 Tapak Suci Bantul