MATARAM, Suara Muhammadiyah – Pengabdian mahasiswa di tengah-tengah masyarakat menjadi penting dilakukan. Hal itu karena berkaitan dengan bagaimana mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari di kampus. Ditambah juga terkait bagaimana cara mahasiswa menghadapi dan memecahkan permasalahan di masyarakat.
Menjawab hal tersebut, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan Aisyiyah seluruh Indonesia menggelar Kuliah Kerja Nyata (KKN MAS) 2021. Tahun ini, KKN MAS dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dari 09 Agustus hingga 12 September 2021.
Sebanyak 649 mahasiswa dari PTM dan Aisyiyah seluruh Indonesia ikut dalam KKN MAS ini. Sementara Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) sendiri mengirimkan sebanyak enam mahasiswa. Mereka adalah Ai Nuryani (Prodi Administrasi Publik), Sri Amaliah, Tania Pitalki, Salman Al-Barra, Deva Melinda, dan Dwi Khozaty (Prodi Psikologi).
Terkait keikutsertaan enam mahasiswa UMBandung dalam KKN MAS 2021 untuk yang pertama kali, Kepala Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M), Prof. Dr. Ir. Ellyza Nurdin, M.S., memberikan penjelasan.
Menurut Prof. Ellyza, kegiatan KKN MAS ini sangat baik untuk para mahasiswa UMBandung. Di samping sebagai ajang pengabdian, dengan turunnya para mahasiswa ke tengah-tengah masyarakat, itu sebagai pembelajaran yang sangat berharga bagi mereka.
”Setelah belajar di kampus, saat ini para mahasiswa turun langsung ke masyarakat. Mereka nanti akan bersosialisasi dan memecahkan permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Di sana mereka juga akan berkolaborai dan bekerja sama dengan mahasiswa dari PTM lain,” kata Prof. Ellyza, saat dihubungi via sambungan telepon, Senin (09/08/2021).
Selain ajang pengabdian, silaturahmi, dan pemberdyaan, KKN MAS ini juga, kata Prof. Ellyza, sebagai media promosi kampus-kampus Muhammadiyah yang ada di Indonesia, khususnya UMBandung.
Terkait memilih Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara, hal itu dilakukan, menurut Prof. Ellyza, karena di kedua kabupaten ini ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan secara bersama-sama.
”Kabupaten Lombok Utara itu kan waktu 2018 pernah terjadi gempa besar. Sampai hari ini, di sana masih ada beberapa hal yang memang masih belum pulih semuanya. Adapun Kabupaten Lombok Barat dipilih karena di sana juga ada persoalan yang harus ditangani bersama-sama, salah satunya stunting,” tuturnya.
Para mahasiswa UMBandung di lapangan nanti akan didampingi dosen pembimbing lapangan atau DPL yang akan membantu mengarahkan mereka dalam menyukseskan program-program yang sudah disusun.
Selain itu, dengan hadirnya DPL, mereka juga akan lebih terarah dan memastikan mereka ada dalam kondisi aman selama melakukan pengabdian.
”Sebetulnya ada dua program besar, yaitu program dari persyaritakan dan juga program mandiri yang disusun oleh para mahasiswa di sana. Jadi, para mahasiswa akan betul-betul turun ke lapangan untuk mengabdi kepada masyarakat dan membantu menyelesaikan permasalahan mereka dengan ilmu yang sudah mereka pelajari di kampus,” ucapnya.
Kepala Pusat Hak Kekayaan Intelektual sekaligus dosen Fakultas Sains dan Teknologi UMBandung ini juga mengungkapkan, pihaknya merasa gembira karena para mahasiswa bisa mengamalkan ilmunya secara langsung kepada masyarakat.
Di sana mereka akan bergabung dengan mahasiswa lintas kampus, menjalin koneksi dan silaturahmi, mengasah skill dan kemampuan, serta merasakan bagaimana suasana di lapangan yang sesungguhnya.
”Para mahasiswa ini sudah tergabung ke dalam kelompok-kelompok dan ditempatkan di desa-desa,” tambah Prof. Ellyza.
Di lapangan nanti mereka juga akan berkolaborasi dengan lembaga-lembaga pemerintahan. Di antaranya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan pemerintahan daerah setempat.
”Di tengah-tengah masyarakat, para mahasiswa akan diasah soal kepemimpinan dalam kelompok yang para anggotanya dari berbagai kampus. Kegiatan ini sekaligus juga sebagai jalan dakwah di masyarakat,” pungkas Prof. Ellyza. (Feri/Riz)