Tantangan Penulisan Jurnal Internasional, Psikologi UMBandung Hadirkan Jawabannya

jurnal

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Memiliki kemampuan menulis karya ilmiah bagi seorang dosen sangatlah penting. Dengan kemampuan menulis itulah dosen di perguran tinggi bisa berbagi ilmu pengetahuan berdasarkan riset atau penelitian bidang ilmunya melalui jurnal nasional dan internasional.

Namun, persoalan di lapangan dan pada praktiknya tidaklah semudah itu. Para dosen di perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM), masih ada yang tidak percaya diri dengan kemampuan bahasa dan teknis dalam menulis yang dimilikinya.

Melihat fakta demikian, belum lama ini Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) menggelar workshop dengan tema “Menjawab Tantangan Penulisan Jurnal Internasional di Kalangan Psikolog dan Ilmuwan Psikologi di Indonesia”.

Sebanyak 80 peserta mengikuti program ini. Mereka terdiri atas para dosen, sebagian lagi ada juga guru, mahasiswa, dan para praktisi di bidangnya masing-masing.

Kegiatan yang digelar secara daring ini menghadirkan dua narasumber andal di bidangnya. Mereka adalah Prof. Dr. Rogayah A. Razak (Assoc. Professor at Postgraduate Studies Dept., Faculty of Education, Language, & Psychology, SEGi University & Colleges & Founding Director, LangIT Education & Consultancy) dan Dr. Bagus Riyono, M.A. Psikolog. (Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada, juga Chief Editor of Jurnal Psikologi, 01/2004 – Present, Faculty of Psychology, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia, dan Presiden International Association of Muslim Psychologists).

Dalam pemaparannya, Prof. Rogayah menceritakan pengalamannya selangkah demi selangkah sampai bisa mempublikasikan jurnal-jurnal Q1 atau jurnal-jurnal internasional berkualitas teratas sepanjang kariernya.

Dalam tema “Penerbitan Artikel dalam Jurnal Berimpak”, Prof. Rogayah mengatakan, penting bagi seorang dosen untuk mulai melihat dengan siapa harus berkolaborasi.

”Usahakan dengan ahli yang sudah cukup dikenal atau jurnalnya sering disitasi. Berkenalan dengan ahli tersebut/bina kedekatan dan menulis bersama,” katanya.

Prof. Rogayah juga menekankan pentingnya untuk mempromosikan diri dengan mengunggah berbagi hasil riset di Research Gate dan aktif memperbarui linked in atau sosmed seperti Twitter dan Facebook.

”Kemudian di sana, cobalah membicarakan tentang riset-riset terbaru atau ide riset yang sudah atau akan dilakukan. Hal tersebut penting dilakukan oleh para dosen karena bisa memantik ajakan kolaborasi dari para ahli,” ujarnya.

Menurut Prof. Rogayah, dengan kita menulis karya ilmiah kemudian dimuat di jurnal-jurnal internasional, akan terjadi hubungan antar berbagai ilmuwan di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengelak terhadap kolaborasi dengan rekan-rekan di Barat, Australia, Amerika, dan sebagainya.

”Apabila kita menerbitkan karya ilmiah di jurnal internasional, mereka hadirinnya (pembacanya),” katanya.

Prof. Rogayah juga menekankan agar penulis dari Indonesia bisa mengusung tema berlandaskan fenomena unik yang terjadi di Indonesia. Tujuannya agar bisa memancing pihak luar yang butuh informasi tentang berbagai permasalahan atau aspek spesifik di Indonesia untuk menghubungi kita dan mensitasi riset kita.

Usahakan juga bagaimana mendapatkan dana hibah sehingga riset yang dilakukan bersama bisa lebih berdampak luas. Prof. Rogayah menyarankan agar peneliti berkolaborasi dengan ilmuwan dari berbagai negara, kalau bisa Amerika atau Eropa (yang berbahasa Inggris).

Kemudian diskusi dan buat proposal riset untuk dana hibah. Bisa juga dengan cara menulis grant bersama. Dengan cara itu, akan terbentuk hubungan yang baik.

“Hubungan yang akrab dan pribadi dengan para peneliti dunia akan sangat menguntungkan. Selain itu, luaran dalam bentuk jurnal atau buku yang dihasilkan juga akan lebih berkualitas dan mendunia,” katanya.

Menulis adalah ibadah

Sementara itu, pemateri kedua, Dr. Bagus Riyono dengan tema “Menumbuhkan Motivasi untuk Menulis”, memaparkan bahwa menulis itu harus dilihat sebagai ibadah bagi dosen. Menulis juga merupakan salah satu cara untuk berkontribusi kepada peradaban/building block-nya peradaban.

”Ide-ide yang ada di kepala harus dikeluarkan dalam bentuk tulisan. Kita harus menyediakan waktu setidaknya satu jam dalam sehari untuk menuliskan apa saja ide yang muncul di kepala atau memikirkan/menganalisis permasalahan yang diangkat. Kemudian harus membaca lebih banyak lagi berbagai referensi yang relavan dengan bahasan yang kita pilih,” kata Dr. Bagus.

Dr. Bagus juga menekankan pentingnya memberikan makna kepada apa yang ditulis dengan melibatkan perasaan dalam menulis. Diharapkan dosen tidak asal menulis lalu kemudian bahagia karena tulisannya sudah jadi. Tidak seperti itu.

Dengan cara melibatkan perasaan dalam menulis, menurut Dr. Bagus, pembaca tidak akan merasa bosan, mereka terkesan, dan bahkan kita sendiri pun jadi terkesan dengan apa yang kita tulis.

”Di sinilah pentingnya membaca kembali, mengulik, merevisi, draf dan memperbaiki sebelum akhirnya dipublikasikan. Intinya, tulis saja dulu, biarkan waktu dan pengalaman dalam proses penulisan yang mendewasalan atau menambah keahlian kita dalam menulis buku atau jurnal ilmiah,” tutur psikolog senior Indonesia ini.

Harus percaya diri

Dihubungi terpisah, terkait workhsop yang digelar seharian ini, ketua pelaksana acara, Dr. Irianti Usman, M.A., mengatakan pihaknya menggelar kegiatan tersebut karena beberapa alasan yang dirasa cukup menjadi persoalan di perguruan tinggi. Khususnya permasalahan percaya diri dosen dalam menulis.

”Tentu hal ini terkait dengan kebutuhan untuk mempublikasikan lebih banyak jurnal ilmiah internasional terutama di kalangan psikolog dan ilmuwan psikologi. Selain itu, kami juga melihat kurangnya keyakinan diri banyak psikolog ataupun ilmuwan psikologi dalam menulis untuk jurnal ilmiah internasional. Alasannya beragam, misalnya terlalu sibuk mengajar atau kurang waktu untuk menulis; karena keterbatasan penguasaan bahasa Inggris; ataupun terkendala pada gaya bahasa penulisan yang diinginkan editor agar karya ilmiah tersebut dimuat,” kata Dr. Irianti, Senin (09/08/2021).

Oleh karena itu, Ketua Bagian Riset dan Kerja Sama Prodi Psikologi UMBandung ini juga menegaskan pentingnya memupuk dan membangun motivasi internal di kalangan psikolog dan ilmuwan psikologi.

”Tujuannya tentu agar mereka bisa lebih teguh lagi dalam menyelesaikan tulisannya dan berkontribusi kepada bidang keilmuannya secara lebih meluas melalui jurnal,” ujar dosen Prodi Psikologi UMBandung yang juga alumnus Ball State Univesity, Indiana, Amerika Serikat, ini.

Dr. Irianti menegaskan, perlunya saling berbagi pengalaman dalam hal penulisan jurnal ilmiah internasional. Bukan hanya untuk para psikolog dan ilmuwan psikologi, melainkan untuk para dosen dari berbagai disiplin ilmu sehingga menulis jurnal ilmiah internasional menjadi budaya yang populer di kalangan para dosen. (Feri/Riz)

Exit mobile version