Al Quaraouiyine, Universitas Tertua di Dunia
Oleh: Azhar Rasyid
Bila mempertimbangkan mana yang termasuk universitas-universitas mapan di dunia, sebagian orang akan dengan segera memasukkan nama kampus-kampus beken di Eropa atau Amerika Serikat. Banyak di antara kampus ini yang telah berusia ratusan tahun dan telah melewati berbagai macam dinamika dan pergolakan dunia. Alumninya juga sudah melimpah dan tersebar di seluruh dunia. Namun, bila orang hendak mencari universitas tertua di dunia, tampaknya orang harus mencarinya ke Dunia Arab alih-alih ke Eropa atau Amerika. Universitas itu ada di Kota Fez, Maroko. Namanya Universitas Al Quaraouiyine. Nama lainnya: Universitas Al-Karaouin atau Al-Qairawiyine.
Format awal universitas ini sudah ada sejak tahun 859, atau sekitar 1160 tahun yang lalu. Para pengamat membahasakan secara berbeda makna “universitas tertua” di sini, namun mereka sepakat bahwa lembaga ini adalah sebuah institusi pendidikan tinggi Islam paling mula yang tercatat dalam sejarah. Sejarawan terkemuka asal Inggris, Niall Ferguson, saat membahas tentang zaman keemasan keilmuan di dunia Islam dalam bukunya, Civilization: The West and the Rest, menyebut Universitas Al Quaraouiyine sebagai sebuah lembaga pendidikan yang “sebagian orang pandang sebagai institusi pendidikan tinggi pertama yang sebenarnya”. Pengamat lain, dengan nada yang sama, menyebut bahwa universitas ini merupakan “universitas tertua di dunia yang masih beroperasi”.
Pendiri universitas ini adalah seorang perempuan berpendidikan bernama Fatima al-Fihri. Ia berasal dari Kota Kairouan di Tunisia dan merupakan putri seorang saudagar kaya bernama Mohammed Al Fihri. Bersama keluarganya, Fatimah pindah ke Fez. Komunitas Kairouan kala itu memang dikenal sebagai migran, dan banyak di antara mereka yang bermukim di Fez. Fatimah dan seorang saudari perempuannya, Mariam, mendapat warisan yang amat banyak dari ayah mereka, yang kemudian mereka pakai untuk mendirikan masjid di kota itu.
Mariam mendirikan Masjid Andalus sementara Fatima membangun Masjid Al Quaraouiyine. Masjid terakhir ini diperluas pada abad ke-10 dan 12, dan hingga tahun 1980 (saat masjid terbesar di Maroko, Masjid Hassan II, dibangun di Casablanca) dipandang sebagai tempat peribadatan terbesar umat Muslim di Maroko. Masjid baru adalah kebutuhan pokok di Fez kala itu mengingat banyaknya pendatang dari daerah sekitar Maroko yang tinggal di sana.
Dari masjid itulah kemudian kemudian lahir Universitas Al Quaraouiyine. Nama Al Quaraouiyine sendiri diambil dari nama kampung halaman Fatima, Kairouan. Pelajaran pertama yang diajarkan adalah ajaran Islam, hukum Islam dan hafalan Quran. Di masa selanjutnya, para mahasiswa juga mempelajari ilmu non-agama, mulai dari musik, kedokteran dan astronomi. Mata pelajaran lainnya mencakup retorika, logika, geografi, sejarah dan kimia. Pelajaran bahasa juga diajarkan di sini, termasuk tata bahasa Arab, bahasa Perancis dan bahasa Inggris. Keragaman ilmu yang dipelajari ini akan mengingatkan orang pada universitas di masa kini, yang secara struktural tidak hanya mengajarkan satu pelajaran, tapi bervariasi, sebagaimana diindikasikan oleh fakultas dan jurusan yang ada di dalamnya.
Para sultan di Maroko adalah patron dari Universitas Al Quaraouiyine. Mereka menyediakan dana untuk berjalannya aktivitas universitas ini. Buku, yang dulu merupakan barang mahal dan eksklusif, juga hadir di universitas ini berkat kemurahan hati para sultan. Atas perhatian mereka, universitas ini pun menjadi salah satu pusat pengetahuan penting di Dunia Islam, khususnya pada abad ke 13 dan 14. Di universitas ini para sarjana dari berbagai belahan dunia, termasuk dari Timur Tengah dan Eropa, datang dan berdiskusi. Tidak semua pelajar bisa diterima karena mereka harus dites terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuannya.
Sejumlah sumber menyebut bahwa nama besarnya ini mendorong seorang pemuda Kristen asal Perancis, Gerbert d’Aurillac, untuk belajar di kampus ini. Di kemudian hari, pemuda itu, yang dikenal sebagai seorang sarjana yang sangat memahami ilmu matematika, diangkat sebagai Paus Sylvester II. Gerbert d’Aurillac belajar matematika dari orang-orang Arab di Codoba dan Fez, dan kemudian menyebarkan pengetahuannya tentang angka Arab di Eropa. Kala itu, Universitas Al Quaraouiyine memang dikenal sebagai salah satu pusat intelektual tempat diajarkannya sistem angka dan aritmatika Arab dan India di saat Eropa masih jauh tertinggal. Pasca Gerbert d’Aurillac, ada beberapa sarjana asal Eropa lainnya yang juga belajar di sini.
Perpustakaan Universitas Al Quaraouiyine, yang dibangun berkat bantuan Sultan Marinid, Abu Inan Faris, tahun 1349, memiliki koleksi yang luar biasa dan unik. Di sana tersimpan kompilasi hadis dari Imam Malik yang berasal dari abad ke 8. Tersimpan pula sebuah salinan Al Quran yang diberikan oleh Sultan Ahmad al-Mansur kepada kampus ini pada awal abad ke-17. Koleksi lainnya adalah satu salinan asli dari karya monumental Ibnu Khaldun, Al-‘Ibar. Kitab Al-‘Ibar ini mengulas soal sejarah bangsa Arab Berber khususnya dan umat manusia pada umumnya. Bagian pertama kitab ini kini dikenal sebagai buku pengantar penting untuk ilmu sejarah dan sosiologi: Al Muqaddimah. Ibnu Khaldun sendiri pada abad ke-14 pernah menuntut ilmu di Fez.
Universitas Al Quaraouiyine adalah satu dari tiga universitas tua yang sangat dihormati di Afrika Utara. Dua lainnya adalah Universitas Al Azhar di Kairo dan Universitas Zitouna di Tunis. Dewasa ini Universitas Al Quaraouiyine yang telah berusia lebih dari satu milenium itu masih bertahan bahkan berkembang. Program yang ditawarkan mencakup sarjana, pascasarjana dan tingkat doktoral. Beberapa jurnal ilmiah juga diterbitkan Universitas Al Quaraouiyine sebagai medium untuk penyebarluasan penelitian dan ilmu pengetahuan.
Kini, Universitas Al Quaraouiyine tidak hanya dipakai sebagai institusi pendidikan, tetapi juga tempat wisata historis yang sangat terkenal di Maroko. Para pengunjung biasanya senang mengamati dekorasi kampus ini yang sangat kental dengan nuansa Andalusia. Kaligrafi yang dipakai adalah ala Kufi. Pada tahun 1981, bagian kuno dari Kota Fez, termasuk Universitas Al Quaraouiyine, dijadikan sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) oleh lembaga PBB yang membawahi urusan pendidikan dan kebudayan, UNESCO.
Azhar Rasyid, Penilik sejarah Islam
Sumber: Majalah SM Edisi 2 Tahun 2019