YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setelah menjalani perjalanan yang panjang, akhirnya Muhammadiyah resmi mendapatkan izin untuk mendirikan universitas di Malaysia. Yaitu Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) sebagai perluasan gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan pendidikan tinggi di ranah global.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi mengungkapkan alasan mengapa Muhammadiyah memilih Malaysia sebagai negara pertama pembukaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di luar negeri. Pertama, persamaan bangsa serumpun. Perjalanan hubungan Indonesia dan Malaysia penuh dengan warna perlu untuk dirajut kembali semangat bangsa serumpun. “Sehingga kita dengan Malaysia bisa maju bersama,” tutur Prof Haedar, Kamis, 12 Agustus 2021.
Kedua, Indonesia dan Malaysia sebagai bagian dari ASEAN terus bergerak menjadi kekuatan regional. Dengan semangat fastabiqul khairat terus ingin memainkan peran global bersama bangsa-bangsa di seluruh dunia untuk terciptanya perdamaian, persatuan, dan kemajuan hidup peradaban bersama.
Ketiga, Muhammadiyah ingin relasi antar bangsa serumpun tidak berhenti pada relasi konvensional dan tradisional yang selama ini telah dibangun. Tetapi ingin bergerak maju dengan relasi yang dinamis berupa program unggulan (center of excellent) yang menyatukan Islam dan kebudayaan yang memajukan peradaban.
Keempat, Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan harus menjadi yang terdepan untuk memelopori lahirnya pendidikan tinggi di luar negeri. Terlebih di era globalisasi di mana setiap lembaga maupun organisasi saling berinteraksi bahkan membuka ruang di berbagai negara. “Alhamdulillah Muhammadiyah bisa melakukannya dan Malaysia terbuka untuk kita,” tambah Prof Haedar Nashir.
Perguruan Tinggi Pertama Indonesia di Luar Negeri
Didirikannya UMAM diawali dari kawasan negara serumpun berfungsi strategis mewujudkan kemajuan dan persatuan antar bangsa untuk membangun kehidupan bersama yang mencerahkan di bawah panji Islam Berkemajuan berwawasan Islam rahmatan lil alamiin. Kelahiran UMAM merupakan wujud internasionalisasi Muhammadiyah yang diamanatkan oleh muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar dalam wujud membangun center of excellent (pusat keunggulan) di luar negeri.
Untuk memperoleh izin resmi mendirikan perguruan tinggi pertama Indonesia di luar negeri, ada beberapa tahapan yang dilakukan Muhammadiyah secara sungguh-sungguh dan serius melalui tahapan yang resmi dan berlaku baik di Indonesia maupun di Malaysia. “Karena Muhammadiyah biasa bekerja dengan sistem yang objektif, menjunjung tinggi hukum yang berlaku serta tidak biasa dengan menerabas dan instan,” tutur Prof Haedar Nashir.
Pendirian UMAM dipayungi University Consorsium Muhammadiyah Malaysia (UCMM) yang diwakili Lembaga Pengarah Syarikat, terdiri dari empat tokoh yaitu Prof Haedar Nashir sendiri, guru besar dari Malaysia Moh Nuh bin Dalimin, Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais, dan Bendahara PP Muhammadiyah Marpuji Ali.
Usaha pengajuan dilaksanakan dengan penyiapan semua dokumen persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku dikomandani oleh Prof Dr Bambang Setiaji. Termasuk dari Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Assoc Prof Sonny Zulhuda dan Rektor UMAM Dr Waluyo Adi Siswanto.
Kemudian delegasi PP Muhammadiyah juga menemui Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia hingga bertemu dengan Raja Perlis bersama Mufti serta Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Perlis. Dari pemerintah Indonesia pun turut memberikan dukungan serta rekomendasi seperti pada waktu itu Mensesneg Pratikno dan Mendikbud Nadiem Makarim.
UMAM akan mulai beroperasi pada tahun ini yang bersifat terbuka untuk semua warga dari berbagai bangsa. Karena pendidikan Muhammadiyah bersifat inklusif bagi semua orang di ranah global.
Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta para pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah diharapkan terus menggalang bekerja sama baik dengan perguruan tinggi negeri maupun swasta. Baik di Indonesia maupun Malaysia dalam mengembangkan UMAM sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam menjawab tantangan pendidikan di era globalisasi dan abad modern di abad ke-21. (Riz)