Al-‘Adil, Allah Yang Maha Adil
Kata Al-‘Adil berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Dalam hal ini, orang yang adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan standar ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan bahwa orang yang adil itu tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih, meski ia sendiri sedang memendam kebencian (QS. Al-Maidah: 8). Adil juga berarti “menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya”.
Allah disifati al-‘Adl karena keadilan Allah itu sempurna. Semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah sudah dan akan selalu menunjukkan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak di antara manusia yang tidak menyadari atau tidak mampu menjangkau keadilan Allah terhadap apa yang terjadi pada makhluk-Nya.
Allah Yang Maha Adil itu menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan atau jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin tinggi pula posisi dan derajatnya di sisi Allah. Ketakwaan bisa ditempuh dan dilakukan oleh siapa saja, dalam kesempatan yang sama, baik kaya maupun miskin, pejabat maupun rakyat jelata (QS. Al-Hujurat: 13).
Sebagai bagian dari keadilan-Nya, Allah hanya menghukum kepada mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan dosa. Istilah dosa turunan dan hukum karma tidak dikenal dalam Islam, karena bertentangan dengan prinsip keadilan Tuhan. Manusia akan memperoleh ganjaran dan hukuman berdasarkan amal perbuatannya (QS. Fushilat: 46). Dalam QS. Al-An’am 164, Allah juga mengingatkan, “Dan tidaklah seorang berbuat dosa melainkan kemudharatannya akan kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Dalam konteks kemanusiaan, seorang yang adil adalah seorang yang berjalan lurus dan sikapnya yang selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Orang yang adil juga selalu berpihak kepada yang benar, karena yang benar dan yang salah harus sama-sama memperoleh haknya. Maka orang yang adil akan melakukan sesuatu yang patut, tidak sewenang-wenang dan berusaha memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku. Ia tidak memihak kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara, meskipun itu ayah atau ibunya sendiri (QS. An-Nisa: 135).
Seseorang yang adil terhadap dirinya sendiri berarti ia menempatkan dirinya pada tempat yang semestinya. Dari sisi jasmani, seorang yang adil itu tidak menganiaya badannya. Jika lapar dan dahaga ia makan minum secukupnya dan tidak berlebihan. Tidak terlalu kenyang, tapi juga tidak lapar. Jika sakit ia mengobatinya dan tidak membiarkannya. Dalam hal ruhaniah, seorang yang adil itu memenuhi asupan ruhaninya dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam beribadah ia tidak melampaui batas aturan yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. “Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8). Wallahu a’lam.
Bahrus Surur At-Tibyani, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Sumenep
Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2018