YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah —Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta akan membangun masjid Walidah Dahlan yang sangat megah. Rencananya masjid Walidah Dahlan akan dibangun 7 lantai dengan luas 11.200 meter persegi dengan beragam fasilitas seperti Islamic convention hall, hingga perpustakaan.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi memulai groundbreaking pembangunan masjid Walidah Dahlan UNISA dengan memanjatkan asma Allah. Prof Haedar Nashir berharap Allah Swt meridhai dan memberikan karunia dengan rencana pembangunan masjid Walidah Dahlan ini. Tak lupa pula dirinya berterimakasih atas dukungan Kementerian BUMN Republik Indonesia.
“Pada hari ini UNISA akan melakukan groundbreaking pembangunan masjid Nyi Walidah Dahlan atas dukungan bantuan banyak pihak khususnya dari Kementerian BUMN yang mengawali dukungan untuk pembangunan ini di atas amanat dari bapak Presiden Republik Indonesia,” ungkap Haedar Nashir dalam acara Groundbreaking Pembangunan Masjid Walidah Dahlan UNISA pada Sabtu (14/08/2021).
Haedar Nashir menyebut ada lima nilai yang lahir dari spirit pembangunan masjid Walidah Dahlan ini. Yakni nilai spiritualitas dan moralitas, nilai intelektualitas, nilai profesionalitas, nilai sosial-kemasyarakatan, dan nilai kebangsaan serta kemanusiaan. Diharapkan Allah semua keluarga UNISA, ‘Aisyiyah, Muhammadiyah akan mampu menerjemahkan nilai-nilai utama di mana masjid dan kampus hadir sebagai pusat kemajuan yang mencerdaskan, mencerahkan, dan membawa misi ‘Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin.’
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan ini adalah komitmen penuh, wujud apresiasi pemerintah terhadap kemajuan pendidikan yang menjadi ciri utama dakwah Muhammadiyah. “Semoga ikhtiar ini dapat membawa manfaat agar Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah dapat menjadi pusat pencerahan umat dan pemberdayan bangsa, serta menjadi energi bagi ‘Aisyiyah dan UNISA agar terus berperan membentuk pemimpin masyarakat yang berakhlak, punya visi ke depan, dan punya rasa keberpihakan kepada rakyat,” ungkapnya.
Kehadiran Erick Thohir beserta perwakilan 41 BUMN dalam acara ini menggambarkan bahwa Kementerian BUMN memberikan dukungan dalam pembangunan masjid ini. “Saya sebagai Menteri BUMN atas nama keluarga besar Kementrian BUMN dan seluruh BUMN, khususnya ada 41 BUMN yang terlibat hari ini sangat bersyukur bisa berkontibusi dalam pembangunan Masjid Walidah Dahlan. Ini adalah wujud nyata komitmen kami yang tidak hanya hadir untuk meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa, namun juga mendukung kemaslahatan kehidupan umat.”
Erick Thohir menyebut bahwa sosok Nyai Siti Walidah yang menjadi nama masjid ini merupakan sosok yang ia kagumi. “Secara pribadi saya punya kekaguman pada sosok Ibu Walidah Dahlan, sosok yang meningkatkan derajat perempuan dan memperjuangkan kaum miskin. Almarhumah menjadi teladan bagi saya dan kami di Kementrian BUMN untuk mendorong pemberdayaan, kesetaraan, dan kepemimpinan perempuan.” Ia berharap masjid ini dapat terus membawa semangat dan keteladanan Walidah Dahlan yang melampaui masanya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini menyebutkan bahwa kehadiran UNISA ingin secara terus menerus meningkatkan kualitasnya dan mengembangkan untuk kepentingan umat dan bangsa. Pembangunan fasilitas-fasilitas bagi pendidikan dan perkuliahan menurut Noordjannah merupakan keniscayaan bagi kami untuk merespon kepercayaan masyarakat.
Maka saat ini UNISA akan memulai pembangunan masjid yang Insya Allah cukup megah, lebih megah dari gedung-gedung yang ada. Kenapa masjid harus megah ? Noordjannah menyebutkan bahwa masjid ini dibangun dengan megah ingin menunjukkan bahwa Masjid sebagai center of excellent menuju kehidupan yang lebih baik dan tempat pembinaan generasi yang akan datang.
“Masjid ini akan menjadi pusat kegiatan pembinaan karakter mashasiswa, menjadikan lingkungan ekosistem dalam UNISA ini menjadi lebih dinamis senantiasa dalam mewujudkan kehidupan yang religius yang itu menjadi tujuan berdirinya Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah untuk memberikan arti bermakna bagi kehidupan umat dan bangsa.”
Noordjannah menyebut nama Walidah Dahlan disematkan menjadi nama Masjid di UNISA Yogyakarta ini dengan tiga pertimbangan. Pertama, Walidah adalah nama tokoh utama pendiri ‘Aisyiyah sedangkan Dahlan pendiri dan tokoh sentral Muhammadiyah. “Istri dan suami tersebut bersatu padu memajukan perempuan muslim dan perempuan indonesia dalam rangkaian pembaharuan yang luar biasa.”
Kedua, sosok keduanya adalah pahlawan nasional, sebagai simbol perjuangan kebangkitan nasional yang beperan penting dalam pergerakan Indonesia merdeka sehingga menjadi infomasi yang penting bagi wawasan dan kesadaran kebangsaan yang lahir dari jiwa keislaman yang cinta Indonesia.
Ketiga, penyatuan nama menggambarkan spirit dan pemikiran yang integratif yang memandang perempuan dan laki-laki sebagai satu kesatuan yang utuh dan bukan saling subordinasi atau dipertentangkan keduanya. “Laki-laki dan perempuan dituntut untuk beramal saleh, berbasis keimanan.”
Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti menyebutkan bahwa masjid yang dirancang tujuh lantai ini di bangun di atas lahan seluas 6000 meter persegi dan akan memiliki luas bangunan 11.000 meter persegi. Ia menyampaikan, bahwa momentum pembangunan di awal tahun hijriyah dan peringatan kemerdekaan tersebut membawa dua semangat sekaligus, yaitu semangat hijrah yang membawa pesan perubahan berupa perjalanan spiritual menuju kehidupan yang lebih baik dan semangat kemerdekaan yang membawa pesan pembebasan manusia dari belenggu kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
“Masjid ini nantinya akan menjadi pusat pencerahan umat dan pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program yang diselenggarakan oleh pengelola masjid. Keberadaan masjid bagi perguruan tinggi Islam seperti UNISA juga sangat penting dan strategis sebagai wahana pendidikan karakter dan implementasi kehidupan Islami bagi seluruh warga kampus.”
Ditambahkan Warsiti bahwa agenda ground-breaking ini juga bertepatan dengan momentum UNISA memasuki tahapan baru dalam rencana induk pengembangan dari tahap tumbuh menjadi tahap berkembang. Pada tahap ini, UNISA berkomitmen untuk meningkatkan peran strategis dan kepemimpinan di tingkat nasional maupun internasional.
Masjid Walidah Dahlan ini tidak hanya estetis dari sisi infrastruktur, namun juga ramah lingkungan dengan mengurangi jejak karbon. Pembangunan masjid ini memanfaatkan tekonologi ramah lingkungan seperti menggunakan teknik daur ulang air bekas wudhu untuk menyiram tanaman, energi alternatif dengan panel surya, lift, lampu dan AC hemat energi, kaca peredam panas, memanfaatkan udara segar sebagai penghawaan ruang, dan menggunakan cahaya alami.
Pembangunan masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta ini juga merupakan kado awal tahun hijriyah sekaligus 76 tahun Indonesia merdeka. Dibangun dengan semangat hijrah dan kemerdekaan yang menyatu padu dan mewujud menjadi ungkapan syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa. Semoga Allah memberikan keberkahan atas pembangunan masjid Walidah Dahlan ini. Aamin! (suri/riz)