YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan sambutan dalam acara Pembukaan Baitul Arqam Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Angkatan ke-18. Dalam sambutannya di hadapan thalabah PUTM, Haedar mengungkapkan bahwa betapa berat menjadi kader Ulama Tarjih Muhammadiyah.
Haedar menerangkan kader merupakan bagian inti dari sebuah gerakan. Mereka adalah orang-orang pilihan yang disiapkan untuk melanjutkan misi pergerakan. PUTM sebagai tempat menempa kader Ulama Tarjih Muhammadiyah memang seharusnya melalui proses pendidikan yang berat dan terjal, bukan melalui jenjang yang mudah dan biasa-biasa saja.
“Kalau nanti ingin mengharapkan dikader biasa-biasa saja, dididik biasa-biasa saja, jangan mengharap jadi kader. Menjadi kader itu memang berat dijalani supaya bisa bersakit-sakit ke dahulu bersenang-senang kemudian,” tutur Haedar dalam Pembukaan Baitul Arqam PUTM Angkatan ke-18 pada Sabtu (07/08). Setelah menjelaskan betapa beratnya menjadi seorang kader, Haedar turut menyampaikan bahwa membawa dan menyandang nama “tarjih” juga tidak kalah berat.
Pasalnya, Majelis Tarjih dan Tajdid merupakan lembaga resmi dalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah yang berfokus memutuskan persoalan fatwa dan hal-hal yang berkaitan dengan fenomena keagamaan. Oleh sebab itu tarjih menjadi salah satu institusi paling bergengsi di Muhammadiyah. Karena berperan memutuskan fatwa, mengeluarkan keputusan yang menyangkut masalah diniyah maupun al-umur al-dunyawiyah,” ungkap Haedar.
Thalabah PUTM selain menyandang predikat kader di institusi tarjih, namun juga membawa titel “Muhammadiyah”. Haedar menerangkan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modern tertua sekaligus paling maju di dunia hingga saat ini. Hal tersebut diakui oleh pengamat Indonesia semisal Robert W. Hefner dan James L. Peacock. “Artinya ananda (thalabah PUTM) membawa nama sebuah institusi yang besar dan itu tidak mudah,” tegasnya.
Haedar menambahkan, memimpin Muhammadiyah di tingkat pusat hingga ke tingkat ranting atau cabang bukanlah perkara mudah. Jika diibaratkan seperti membawa pesawat komersial yang di dalamnya begitu banyak orang,” kata Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Penjelasan Haedar ihwal betapa beratnya menyandang predikat kader Ulama Tarjih Muhammadiyah merupakan pelecut semangat agar thalabah PUTM suatu hari nanti menjadi duta-duta Muhammadiyah di daerah yang menjaga nama baik Persyarikatan. Haedar tidak ingin bila nama besar Ulama Tarjih sekaligus Muhammadiyah tercoreng oleh ulah kadernya sendiri. (ppm/diko)