Transformasi Nilai Hijrah dan Jihad Menurut Haedar Nashir

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Terdapat sejumlah momentum yang menandai pentingnya penekanan spirit hijrah dan jihad dalam kehidupan keagamaan dan kebangsaan. Pertama, menandai pergantian tahun baru hijriah juga memperingati kemerdekaan Republik Indonesia.

“Perjuangan kemerdekaan dan pasca kemerdekaan kaum muslimin berada di dalam napas yang sana antara perjuangan keislaman dan kebangsaan, sehingga tidak ada kontradiksi di dalamnya,” tukas Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Dalam Pembukaan Pengajian Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang digelar secara virtual pada Jum’at (13/8), Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa makna hijrah sendiri bukan hanya sekedar perpindahan tubuh saja, namun juga proses takhrij, tahrir dan tanwir. Begitu pula dengan jihad, jihad dalam konteks tersebut hendaknya dipandang dalam makna yang lebih luas.

“Perlu rekonstruksi makna jihad dalam era kekinian, salah satunya ketika menghadapi pandemi Covid-19 yang telah merenggut banyak nyawa.”

Menurut Haedar pandemi ini merupakan salah satu problem kemanusiaan yang berat. Dirinya mendorong agar umat muslim mampu menjadi contoh yang baik atau uswah hasanah bagi siapapun dalam menghadapi pandemi ini.

“Kalau kita tidak bisa memberi solusi jangan menjadi beban dan menambah kontroversi.”

Dirinya mengharapkan adanya transformasi nilai hijrah dan cita-cita kemerdekaan saat ini. Bagi Muhammadiyah sendiri, transformasi tersebut dilakukan dengan menghadirkan moderasi Islam yang berkemajuan.

“Dalam satu sisi kita tegakkan perdamaian, persatuan, dan toleransi, dan di sisi lain memajukan kehidupan dengan membangun masyarakat yang berbasis kepada ilmu.”

Dalam spirit hijrah dan jihad ini pun Haedar mendorong umat muslim untuk menjadi pelopor dalam memberikan solusi terhadap persoalaan keummatan dan kebangsaan. Selain itu juga kekuatan yang ada di depan dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan.

“Seperti yang dikatakan oleh Buya Syafii, bahwa untuk mewujudkan hal tersebut membutuhkan jiwa kenegarawanan yang melampaui. Muhammadiyah bisa menghadirkan itu tapi kita harus bisa melawan diri kita sendiri. Spirit hijrah kita harus ada di sana,” tandas Haedar. (Th)

Exit mobile version