MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Pencapaian Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) meraih akreditasi A, menambah deretan Program Studi yang terakreditasi serupa di Fakultas yang dipimpin Erwin Akib.
Selama menjabat sebagai Dekan FKIP dalam lima tahun terakhir, tercatat lima prodi telah meraih akreditasi A. Selain PPG, pencapaian tersebut juga telah diraih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Sosiologi, Teknologi Pendidikan, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Dekan FKIP Unismuh, saat dikonfirmasi media di Kampus Unismuh, Kamis (19/8/2021) membocorkan beberapa strategi yang telah dilakukan bersama tim kerjanya.
“Sebelum bicara strategi, saya ingin tegaskan dulu. Semua capaian FKIP, bukan karena Erwin Akib. Teman-teman di FKIP punya potensi yang luar biasa, tugas saya ibarat seorang dirigen dalam paduan suara. Suara-suara indah itu sudah ada, saya hanya memastikan bahwa potensi itu bisa bergerak dan berkolaborasi dengan baik,” ungkap Erwin.
Lima Strategi
Berdasarkan hasil refleksi Erwin terhadap budaya organisasi yang berkembang di FKIP Unismuh. Ia melihat setidaknya ada lima hal yang menjadi kunci keunggulan.
“Pertama, tentu saja kami tak mungkin melangkah jika tidak berangkat dengan visi yang jelas. Jika arahnya yang ingin dicapai tergambar jelas, semua energi akan fokus dikerahkan ke sana. Sejak awal, kami sudah tegaskan bahwa karakter Islami dan keunggulan, adalah identitas FKIP Unismuh,” jelas Mantan Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris Unismuh ini.
Karakter Islami, kata Erwin, merupakan spirit utama yang menjiwai aktivitas di FKIP. “Apapun yang dilakukan, muaranya adalah ibadah, sehingga mendongkrak etos kerja. Kami hanya berikhtiar maksimal, selebihnya kami bertawakal,” pungkas mantan aktivis IMM ini.
Kedua, lanjut nakhoda FKIP Unismuh ini, selama ia memimpin FKIP, ia selalu menekankan pentingnya berpikir “Out of The Box”.
“Bagaimana mungkin kita menjadi unggul, jika yang kita lakukan hanya rutinitas seperti biasa, business as usual. Tidak mungkin kita mendapat hasil berbeda, jika proses yang kita jalankan sama saja dengan sebelumnya,” urai Alumni Program Doktor Universitas Teknologi Malaysia (UTM) ini.
Strategi ketiga, kata Erwin, adalah kekompakan tim kerja di FKIP Unismuh Makassar. Di Fakultas yang dipimpinnya, tidak ada sekat antarprodi.
“Misalnya, prodi manapun yang sedang mengurus akreditasi, semua prodi pasti akan sibuk membantu. Bukan hanya dukungan moril, melainkan terlibat dalam penyempurnaan borang akreditasi, atau membantu telusuri dokumen,” ungkapnya.
Menurut Erwin, kekompakan dan berpikir bersama demi kemajuan besar amal usaha Muhammadiyah, harus senantiasa dipupuk di kalangan civitas akademika Unismuh Makassar.
Keempat, tradisi keunggulan. Sejak awal Erwin memimpin FKIP Unismuh, ia selalu menegaskan bahwa kualitas prima harus selalu ditunjukan dalam menjalankan aktivitas pendidikan, penelitian, maupun pengabdian masyarakat.
“Saya minta teman-teman di FKIP tidak hanya berpikir keunggulan dalam skala lokal dan nasional, melainkan level internasional. Makanya kita dorong kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi di berbagai negara. Memang hasilnya belum terlihat sekarang, tapi dalam beberapa tahun mendatang, Insyaallah,” tegas Erwin.
Erwin menyadari bahwa animo alumni SMA/SMK untuk melanjutkan pendidikan ke Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) semakin menurun setiap tahun. “Namun saya selalu sampaikan ke teman-teman di FKIP, kunci keunggulan itu pada kualitas. Sekarang energi kita harus diarahkan pada penguatan kualitas Catur Dharma perguruan tinggi,” jelasnya.
Terakhir, ungkap Erwin, soliditas yang terbangun di FKIP tidak terlepas dari motto, “Empowering minds into humanity”. Menurutnya, berbagai prestasi yang ditorehkan civitas akademika FKIP Unismuh akan kehilangan maknanya, jika kampus kehilangan kepekaan social dan kepedulian terhadap berbagai masalah kemanusiaan.
“Spirit kemanusiaan inilah yang menjadi tali pengikat bagi kami dalam berkolaborasi. Apapun yang kami lakukan, baik dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, didorong oleh keinginan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi dunia kemanusiaan,” jelasnya.
Menurut Erwin, etos tersebut dijiwai oleh ajaran pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. “Saya pikir ada dua kata kunci etos yang harus dibangun di kampus-kampus Muhammadiyah, yakni keunggulan dan kepedulian,” tutup Erwin. (Hadi/Riz)