YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menyampaikan pidato kunci dalam Dialog Kebangsaan Kader Persyarikatan “Memaknai Nilai Hijrah Melalui Tri Dimensi Kader Persyarikatan” yang diselenggarakan Majelis Pendidikan Kader PWM Jawa Barat, Rabu (18/8/2021).
Prof Haedar Nashir menyampaikan berbagai pesan bagi kader Muhammadiyah dalam bingkai kearifan lokal. Diantaranya menyelipkan 2 peribahasa yang sarat filosofi kepada para kader Muhammadiyah khususnya dari tatar Pasundan.
Adean ku kuda bereum
Artinya bangga atau merasa kaya dengan barang milik orang lain. Kader Muhammadiyah jangan seperti ini yaitu orang yang selalu bersuara besar dan lantang, tetapi sesungguhnya dia tidak memiliki apa-apa. Selalu show off post ke luar, tetapi sesungguhnya rapuh di dalamnya.
“Saya dididik oleh Muhammadiyah dan dalam perjalanan hidup bahwa kita harus kuat, mandiri, dan harus mempunyai sesuatu. Orang yang tidak mempunyai apa-apa tidak bisa berbuat apa-apa,” tutur Prof Haedar Nashir.
Rangaek samemeh tandukan
Artinya gagah sebelum bertanduk. Setiap perjuangan membangun sesuatu tidak ujug-ujug jadi. Kambing garut yang bagus tanduknya saja tidak tiba-tiba tumbuh. Prosesnya dari kecil dipelihara sehingga menjadi besar. “Alam pikiran ini harus tumbuh di kalangan kader Muhammadiyah,” ungkap Prof Haedar Nashir.
Semangatnya yaitu wiqoyah (seksama) dan tanadhar (cermat). Wiqoyah (takwa) yaitu seksama, disiplin, tangguh, dan takut yang konteksnya kepada Allah untuk bangkit. Takut kepada Allah berarti lebih mendekat bukan lari dari Allah.
Tanadhar (QS Al-Ghasyiyah : 17-20). “Kalau kita ingin sampai ke akhirat yang bahagia, kita harus hidup di dunia. Agama mengajarkan hidup untuk menjadi khalifah dan memakmurkan bumi. Yang tidak boleh adalah tenggelam dalam dunia dan menjadi budak dunia,” imbuh Prof Haedar Nashir.
Islam mengajarkan untuk sukses di dunia dan akhirat harus mujahadah dan muhasabah. Oleh karena itu Prof Haedar Nashir berpesan kepada para kader terutama pimpinan perlu bersama dan seksama melangkah dalam koridor yang dimiliki.
“Saya yakin kader Muhammadiyah, kader persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa akan mampu mengatasi masalah jika mampu tanadhar, wiqoyah, muhasabah, mujahadah, dan iman yang kokoh. Tetapi semuanya harus diterjemahkan di dalam pergerakan yang dinamis, positif, konstruktif, dan lewat Muhammadiyah kita bergerak secara sistem, bukan atas nama perorangan,” pungkasnya. (Riz)