YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kepergian Munawwar Khalil Ahad sore 22/8/2021 di RS PKU Yogyakarta meninggalkan duka yang mendalam bagi sahabat sahabatnya.
Wakil ketua MPK PP Muhammadiyah 2015-2020 dan Ketua PP IRM 2002 – 2004 menyisahkan kenangan yang sangat mendalam bagi sahabat dekatnya, salah satunya David Efendi
Ia mengisahkan saat menjadi Sekretaris Eksekutif PP IRM dengan ketuanya Munawwar Khalil. David memanggil Munawwar Khalil dengan sebutan Daeng.
Dosen FISIP UMY mengisahkan sebagai berikut
Saya menyampaikan “Innalillahi wainna ilaihi rajiun”. Guru, kakak, sahabat, dan saudara dalam ikatan Remaja Muhammadiyah telah menghadap Allah Swt.
Duka yang teramat mendalam. Saya mengenal beliau orang sangat baik.
Tahun 2003, setahun sebelum periode kepemimpinan beliau habis di PP IRM, saya adalah Sekretaris Eksekutif PP IRM. Nyaris setiap hari saya berada di kantor dan Daeng selalu ngantor kalau tak sedang keluar kota.
Kebiasaanya membaca kompas dan buku buku baru yang sangat update selalu dibawa ke kantor.
Ia mempunyai kebiasaan, setiap mengisi acara atau pidato selalu menyiapkan teks tertulis naskahnya.
“Suka juga berpuisi atau menulis puisi saat itu”, jelas lelaki kelahiran Lamongan ini
Daeng tak pernah marah kalau kerjaan saya tak beres. Bahkan seringkali saya dibebas tugaskan kalau ada acara di kampus UGM tempat kuliah saya.
Yang stay di kantor PP IRM adalah Hazim Hamid. Ia juga kuliyah di pasca UGM sambil mengurus IRM.
Oleh Daeng, saya diminta mencoba menulis. Dipinjamin buku, kalau ada artikel di koran Kompas bagus dikasih tahu ke saya agar membaca juga.
Kalau lapar, makanan ndak pilih pilih, mau dibelikan apa saja. Tapi memori saya makan oseng mercon bersama Daeng siang siang di depan kantor PP Muhammadiyah jalan KH Dahlan yang nyosssss.
Lanjut David, saban hari kantor ramai sekali suasananya dan kalau ada tamu dari daerah atau siapa saja saya tak pernah dengar Daeng mengenalkan diri sebagai ketum sehingga tamu merasa nyaman ngglosah ngglosoh di markas IRM kini IPM.
Daeng sangat low profile dan adem bahkan di saat ketegangan antar pengurus IRM memuncak. Tak ada yang benar benar dibuat repot termasuk kalau keuangan lagi belum beres. Daeng ke daerah sering beli tiket sendiri.
.
Daeng juga yang meminta saya agar masuk PW IRM DIY agar bisa melanjutkan perjuangan gerakan Uqro katanya. Ya, periode Daeng adalah periode gerakan Iqro yang diluncurkan oleh IRM tahun 2003 dan terus berlanjut hingga kini.
“Saya termasuk disayang Daeng dan pengurus PP IRM saat itu”, papar David
Daeng selalu mengajak saya kalau ada acara IPM keluar kota. Bahkan pada periode Daeng inilah saya pertama kali naik pesawat Adam Air Jogjakarta – Jakarta – Lampung.
Oh ya, Daeng suka banget dengerin lagu Sheilla on 7 saat itu lagu Khalila yang cantik….atau apa ya bunyinya begitu asik di pagi sampai sore hari. Kisah tak pernah padam….
David melanjutkan kisahnya, di komputer PP IRM makalah Daeng sering saya baca.
Saya bersyukur menemani Daeng sebagai Sekretaris Eksekutifnya yang hampir tiap hari bisa belajar darinya tentang apa saja. Yang tak pernah lupa adalah bagaimana agar kita selalu mempunyai buku baru yang bagus.
“Setahun lalu, saya komen komen soal novel orang orang biasa dan guru Aini”, kenang David
Daeng, kami akan merindukan canda nyantai itu…insyallah Daeng husnul khotimah.
Semoga Daeng selalu dikenang dan dirindukan karena kebaikanya dan Tuhan memeluk mimpi-mimpinya dan perjuangannya diteruskan kader IPM untuk selama lamanya. (Fathurrahim Syuhadi)