BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Situasi pandemi covid-19 belum juga berakhir. Terkhusus sektor pendidikan Indonesia, dari jenjang TK sampai perguruan tinggi, semua proses pembelajaran dilakukan secara online.
Tidak jarang banyak siswa dan mahasiswa yang merasa jenuh dengan situasi demikian. Namun, pendidikan Indonesia tidak boleh putus asa dan bisa perlahan-lahan berbenah untuk segera bangkit.
Terkait hal tersebut, Rektor Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung), Prof. Dr. Ir. Herry Surhardiyanto, M.Sc., IPU., memberikan pandangannya.
Menurut Prof. Herry, situasi yang penuh dengan ketidakpastian saat ini, memang nyatanya menghentakan kita semua. Tidak ada yang menduga situasi pendidikan akan seperti sekarang keadaannya.
Meskipun demikian, Prof. Herry mengatakan, dengan situasi seperti ini, kita harus segera mengambil langkah-langkah untuk tetap memastikan kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berlangsung dengan baik. Yakni agar mencapai mutu yang diharapkan sehingga bangsa ini tidak kehilangan momentum dan waktu.
“Saya kira ini penting sekali. Sejatinya kalau kita bisa memobilisasi kekuatan dan potensi nasional untuk menyelenggarakan pendidikan secara bermutu dan aksesnya yang luas, insyaallah pendidikan kita akan bisa bersaing dengan negara-negara lain sehingga tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat konstitusi bisa tercapai. Meskipun harus diakui kondisinya serba darurat seperti ini,” tuturnya saat dihubungi via sambungan telepon, Sabtu (21/08/2021).
Prof. Herry berharap, semua elemen bangsa harus semangat dalam konsolidasi potensi bangsa untuk mengantisipasi situasi yang tidak terduga seperti ini. Semangat itu, menurut Prof. Herry, jangan sampai berkurang.
Hal tersebut penting jadi catatan, ungkap Prof. Herry, karena mungkin saja situasi-situasi tidak terduga seperti semacam ini akan ada lagi. Prof. Herry mengajak bangsa Indonesia betul-betul harus bersatu.
“Persatuan yang tidak hanya slogan, tetapi persatuan yang efektif untuk menjalankan agenda-agenda kebangsaan dan agenda-agenda negara. Seperti mencerdaskan bangsa itu kan amanat konstitusi yang tidak boleh diabaikan atau dikurangi hanya karena kita mungkin tidak betul-betul sebagai bangsa siap menghadapi situasi seperti ini,” katanya.
Pembelajaran tatap muka
Mengenai kemungkinan kuliah online ditambah dengan pembelajaran tatap muka (PTM) atau hybrid di tengah kondisi penularan covid-19 yang telah landai, dirinya tidak bisa memberikan jaminan kepastian. Meksipun di satu sisi, dirinya merasa bersyukur.
Mantan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) dua periode ini menegaskan, semua pihak harus terus waspada dan mengantisipasi segala kemungkinan.
“Terkait PTM, ini yang sangat sulit karena kan ini mengelola banyak orang. Kita mengantisipasi bagaimana agar kerumunan itu tidak lalu menjadi tempat menularkan virus. Lagi pula, kan belum ada keputusan resmi dari pemerintah mengenai hal ini. Oleh karena itu, memang semester ganjil ini semua persiapan-persiapan di kampus UMBandung khususnya, kita masih (menerapakan perkuliahan) online,” tandasnya.
PTM dianggap sebagai proses KBM yang paling efektif, tetapi situasi sekarang sangat tidak memungkinkan untuk dilaksanakan. Namun mempersiapkan diri untuk hal tersebut, Prof. Herry menilai tidak ada salahnya.
Meskipun PTM diakui jauh lebih efektif dari sisi komunikasi, Prof. Herry mengimbau, para mahasiswa dan dosen jangan putus asa atau merasa jenuh. Menurutnya, kuliah secara online juga justru ada kelebihannya.
“Misalnya bahan perkuliahan dari dosen bisa disajikan dengan audio dan slide yang menarik para mahasiswa sehingga mereka tidak bosan. Kemudian perkuliahan secara online juga kan bisa direkam. Nah kalau mahasiswa ingin mengulang materi perkuliahan karena ada bahasan yang kurang dipahami, bisa dibuka lagi videonya. Saya kira itu sangat membantu dan itulah salah satu kelebihan kuliah online. Sementara kalau PTM kan belum tentu bisa,” ucapnya.
Prof. Herry menuturkan, kalau sedang menggunakan learning management system (LMS), malah bisa dilakukan penilaian dengan bantuan sistem. Hal itu menurut Prof. Herry bisa mempermudah pembejalaran dosen dan mahasiswa.
“Jadi, sebetulnya pembelajaran secara hybrid itu juga sebuah pilihan. Oleh karena itu, lebih baik kita menghindari potensi yang akan menyebabkan kerumunan karena khawatir jadi klaster penularan covid-19. Menghindari risiko itu ajaran agama. Itu bagian dari upaya kita sebagai manusia yang lemah untuk melakukan upaya-upaya sesuai dengan ilmu yang Allah diberikan kepada kita,” ucapnya.
Prof. Herry mengajak kepada semua pihak, terutama pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan, untuk sama-sama tetap mematuhi protokol kesehatan dengan baik. Di samping itu juga harus sama-sama untuk perlahan-lahan mulai berbenah di tengah pandemi demi kebangkitan pendidikan Indonesia.
“Dengan demikian, saya kira kita optimis pendidikan kita bisa berlangsung dengan baik sehingga tujuan mulia kita mencerdaskan bangsa bisa terwujud secepatnya,” pungkasnya. (Feri/Riz)