BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Kerja keras, kreativitas, dan dukungan penuh dari orang-orang terdekat tidak akan mengkhianati hasil. Itulah yang saat ini dirasakan oleh Sri Wulandari.
Mahasiswi Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) semester delapan ini berhasil menyabet gelar juara satu lomba mendongeng pada kegiatan Kreativitas Mahasiswa Festival (KRISTAL) tingkat nasional yang digelar Perkumpulan Program Studi PIAUD Jabar Wilayah II Jabar DKI Banten, belum lama ini.
Dihubungi terpisah, Sri mengatakan bahwa dirinya mengikuti lomba mendongeng ini karena dia mencintai dunia dongeng dan kebetulan juga didorong kampus untuk ikut andil bagian.
Karena masih dalam situasi pandemi, lomba dongeng ini diadakan secara virtual. Formatnya yakni peserta membuat rekaman video mendongeng secara mandiri. Setelah selesai, kemudian semua peserta wajib mengirimkan video dongeng tersebut dengan cara diunggah ke channel Youtube masing-masing.
”Ya diharapkan dengan cara itu videonya mendapat banyak tanda like. Menurut panitia, banyak tanda like itu menjadi dasar untuk mendapatkan kategori peserta lomba dongeng terfavorit. Namun kalau penentuan juara 1, juara 2, dan juara 3 itu adalah murni penilaian juri,” tutur Sri, Rabu (25/08/2021).
Sri mengatakan, selain mengunggah video, peserta lomba dongeng juga wajib mengirimkan naskah yang dibuat sendiri atau mengambil dari cerita naskah yang sudah ada. Naskah tersebut harus naskah yang belum pernah diikutkan dalam lomba tingkat mana pun.
”Nah kebetulan dongeng yang saya bawakan adalah dongeng fabel murni hasil karya saya sendiri, judulnya yakni ‘Tuntong dan Burung Pelikan’. Alhamdulillah menjadi juara satu,” tambah Sri.
Tidak cukup hanya itu, Sri juga menambahkan, dalam membawakan dongeng ini, peserta lomba diutamakan menggunakan alat peraga. Tujuannya tentu untuk menguatkan bagaimana jalan cerita sehingga dongeng tersebut jadi semakin menarik.
Ketika membacakan dongeng ”Tuntong dan Burung Pelikan”, Sri mengaku menggunakan alat peraga selendang putih dan panci bekas yang dikasih selotif sebagai tempurung (kura-kura).
”Cerita dongeng tersebut berisi pesan edukasi dan juga nasihat Islami. Tuntong itu sebetulnya nama jenis kura-kura yang hampir punah dan banyak dicari orang. Oleh karena itu, sebelum menulis dan membacakan dongeng ini, saya juga mencari informasi terlebih dulu di Google tuntong itu apa dan bagaimana bentuknya. Begitu juga dengan burung pelikan,” ucapnya.
Sri menjelaskan, dirinya tertarik dengan dunia dongeng sudah sejak lama karena dia bergelut di dunia pendidikan sejak 2003. Di samping itu juga dirinya merasa bersyukur karena dipertemukan dengan seorang rekan yang bernama Kang Hendri (pendiri Bale Dongeng).
Di situ rekannya tersebut mengajak Sri merintis ”Bale Dongeng”. Mau tidak mau Sri pun akhirnya belajar bagaimana dan seperti apa dunia dongeng itu.
Media efektif
Sri mengatakan, dongeng merupakan salah satu alat (media) untuk memvisualisasikan pesan-pesan kebaikan yang paling tepat kepada anak-anak usia dini. Metode dongeng bisa memvisualisikan apa yang ingin disampaikan guru atau orang tua kepada anak sehingga masuk kepada alam bawah sadar mereka.
”Selain itu, kenapa saya tertarik dengan dunia dongeng, ternyata setelah saya banyak belajar dan bertemu dengan banyak anak-anak, saya merasa punya dunia sendiri. Saya bisa mengekspresikan sesuatu hal. Terutama ketika saya ingin menanamkan karakter kepada anak-anak,” katanya.
”Menurut data penelitian yang saya baca, dongeng atau cerita yang kita sampaikan kepada anak, itu akan mempengaruhi karakter mereka pada 20 tahun yang akan datang. Itu kata psikolog sosial David McClelland. Dia melakukan penelitian secara longitudinal pada dua negara selama 30 tahun. Jadi, itulah yang membuat saya tertarik dan mencintai dunia dongeng,” lanjutnya.
Terkait perasaannya yang didapuk jadi juara satu, Sri mengaku sangat senang dan tidak menyangka dirinya yang menjadi juara karena lomba ini cakupannya besar. Pesertanya pun cukup banyak.
”Pesertanya tentu cukup banyak ya, ada dari Jawa Barat, Tangerang, DKI, dan Banten. Saya rasa saingannya berat dan bagus-bagus. Alhamdulillah berkat izin Allah dan juga berkat dorongan doa serta dukungan dari teman-teman, saya dapat podium juara pertama,” ungkapnya.
Terakhir, alumnus SMAN 13 Bandung ini berharap setiap guru atau orang tua bisa mendongeng karena mereka juga hakikatnya guru atau pendidik. Meskipun mereka belum bisa sepenuhnya menguasai jenis-jenis suara, tetapi itu menurut Sri bukan halangan untuk tidak mendongeng.
”Namun yang terpenting adalah mereka bisa menyampaikan dongeng dengan hati, dengan baik, karena dongeng ini sangat bermanfaat, terutama untuk anak usia dini, misalnya dongeng sebelum tidur, yang saat ini sudah jarang dilakukan oleh orang tua,” pungkasnya.
Menanggapi prestasi salah satu mahasiswinya, Kaprodi PIAUD UMBandung Esty Faatinisa, S.Psi., S.Pd., M.Pd. mengatakan, mendongeng adalah salah satu hal esensial dalam pengembangan diri anak usia dini, menjadi tonggak dalam mengasah kemampuan literasi mereka.
”Oleh karena itu, kemampuan mendongeng ini menjadi penting bagi para guru PAUD. Saya sangat bersyukur, bangga tentunya, karena mahasiswi PIAUD UMBandung bisa menjadi juara satu lomba mendongeng yang diadakan oleh PPS PIAUD Jabar DKI Banten dan berskala nasional. Mudah-mudahan bisa memotivasi mahaiswa-mahasiswa lainnya untuk terus berprestasi sehingga setelah lulus bisa menjadi pengalaman dan menambah pengetahuan untuk terjun di masyarakat,” ujar Esty. (Feri Anugrah)