Mengintensifkan Dakwah Digital

Mengintensifkan Dakwah Digital

Mengintensifkan Dakwah Digital

Oleh: Prof DR H Haedar Nashir, M.Si.

Muhammadiyah telah mendirikan Pusat Syiar Digital Muhammadiyah bertempat di Kantor Pimpinan Pusat yang terbilang lengkap. Melalui Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) tersebut diharpkan berbagai data, informasi, isu, opini, dan pandangan dapat diketahui dan dianalisis untuk kepentingan dakwah dan pergerakan Muhammadiyah. Dakwah komunitas yang menjadi amanat Muktamar ke-48 di Makassar juga dapat dilaksanakan lebih baik, khususnya dakwah di dunia digital, termasuk bagi generasi milenial.

Pada tahun lalu dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 1439 Hijriyah baik di Yogyakarta maupun Jakarta secara khusus dibahas tentang “Keadaban Digital: Dakwah Pencerahan Zaman Milenial”. Banyak pemikiran dan masukan sangat berharga dan mengagetkan dari para narasaumber. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah terasa tertinggal dari dinamika baru era digital yang sangat revolusioner, baik dalam pemikiran maupun langkah dakwahnya.

Karenanya menjadi penting dan strategis untuk mengupayakan secara lebih tersistem mengenai pelaksanaan model dakwah digital yang canggih dan bersifat alternatif. Termasuk di dalamnya menghadirkan narasi-narasi tabligh alternatif yang dapat mengimbangi berbagai konten pesan yang begitu beragam dan kompleks. Fungsi Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) dan PSDM dengan dukungan Majelis dan Lembaga terkait menjadi penting dalam melaksanakan dakwah virtual atau digital Muhammadiyah di era revolusi 4.0 saat ini.

Masyarakat Digital

Dunia saat ini tidak lepas dari pengaruh dan media teknologi digital yang hadir secara masif. Masyarakat di era revolusi 4.0 ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital, sehingga lahirlah komunitas digital atau komunitas virtual. Penggunaan teknologi komputer, ponsel, jejaring sosial, dan teknologi informasi supercanggih merupakan ciri dari kehidupan amsyarakat digital. Yakni suatu komunitas yang memiliki karakter khusus selain hidup memakai dan tidak lepas dari teknologi informasi yang serba digital, hubungan sosial melalui media sosial yang masif, serta mengalami proses digitalisasi yang luar biasa.

Komunitas virtual atau digital itu heterogen, mereka bergabung dalam “jamaah” Facebookers, Tweeters, Bloggers, Monitor (pendengar radio), Online News, Sineas, dan lain-lain. Kondisi ekonomi kelompok ini sangat variatif dari yang berpenghasilan rendah, sedang, sampai tnggi. Orientasi politiknya  dinamis; bahkan menjadi kekuatan baru dalam dunia perpolitkan seperti dalam Pemilihan Presiden dan berbagai kepentingan politk lainnya. Komunitas ini secara budaya segmental; artinya terpolarisasasi dalam beragam orientasi kolektf, pola relasi, dan sistem pengetahuan yang majemuk serta gampang sekali berubah.

Orientasi sosial komunitas virtual atau digital itu eksklusif, yang cenderung berada dalam “dunia” sendiri, tdak jarang memiliki sikap fanatk sosial tertentu. Sedangkan dalam hal orientasi keagamaannya heterogen, baik yang berafliasi pada agama tertentu, lebih cair lagi di antara mereka tdak sedikit yang mengedapankan orientasi spiritual yang bersifat “lintas” yang jika dibiarkan lepas akan cenderung “anti-agama” atau “spiritualitas tanpa agama” (PP Muhammadiyah, 2015).

Di era dunia digital secara positif manusia dapat berintaraksi dan beraktivitas secara sangat mudah, cepat, efisien, dan intensif. Hal tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah atau tabligh secara lebih mudah, cepat, intensif, dan efisien. Para mubaligh Muhammadiyah dapat memanfaatkan penggunaan teknologi informasi di era digital secara lebih piawai jika ingin menyebarkan pandangan keislaman yang sejalan dengan paham Islam dalam Muhammadiyah. Para da’i yang sekarang populer dan memiliki pemgikut jutaan umat justru lahir di era dunia digital, sehingga mereka menjadi pembimbing, pemandu, dan panutan umat.

Secara sosiologis masyarakat yang hidup di era digital mengalami “kekeringan spiritual” sehingga memerlukan kanopi suci nilai-nilai Islam yang mencerahkan. Francis Fukuyama (2000) menggambarkan masyarakat modern di era dunia teknologi informasi mengalami fenomena “the great disruption”. Yakni suatu guncangan besar-besaran dalam kehidupan masyarakat modern yang ditandai antara lain kejahatan dan gangguan sosial yang meningkat, melemahnya keberadaan keluarga, menurunnya pernikahan disertai meningkatnya perceraian dan anak-anak di luar nikah, dan berbagai kekacuan dalam tatanan sosial masyarakat. Di sinilah pentingnya Muhammadiyah hadir mendampingi masyarakat di era kehidupan serba digital agar dapat memberi “hudan” atau petunjuk berbasis nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah yang memajukan dan mencerahkan kehidupan.

Dakwah Alternatif

Muhammadiyah perlu semakin terlibat proaktf dan sistematis dalam melakukan dakwah pada komunitas media sosial dengan dua tujuan pokok. Pertama, sebagai media komunikasi, yaitu untuk mempertahankan hubungan dan penyampaian pesan dakwah kepada umat dan warga persyarikatan yang semakin hari semakin banyak memanfaatkan media sosial. Kedua, sebagai upaya memberikan warna dakwah ke dalam interksi media sosial yang cenderung lebih banyak berisi aktvitas untuk mengisi waktu luang (trivial activites) dan beresiko membawa dampak sosial sepert pertengkaran, penipuan, perselingkuhan, hingga perkelahian dan pembunuhan. Ketiga, terlibat dalam eksperimentasi penemuan dan penciptaan komunitas dunia maya alternatif yang lebih bertanggungajwab, bermoral dan Islami sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah menuju tewujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (PP Muhammadiyah, 2015).

Dakwah di era minileal dan digital memerlukan konten, pensekatan, dan metode yang bersifat alternatif dalam perspektif “al-dakwah al-badilah” yang bersifat mencerahkan. Ketika banyak isi, model, dan cara hidup orang di era digital betul-betul baru dan nokonvensional maka dakwah Islam pun harus hadir dengan isi, pikiran, dan cara yang baru yang sesuai dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat digital. Termasuk memenuhi kebutuhan spiritual, moral, dan orientasi hidup generasi baru yang lahir sejak era 1980an yang disebut generasi “Y” dan “Z” yang kehidupannya serbadigital dan mengalami digitalisasi yang masif. Dakwah dan tabligh untuk generasi baru tersebut tudak dapat dilakukan dengan cara dan model yang “jadul” atau kadaluwarsa tetapi harus baru, keren, dan bersifat alterrnatif yang menarik.

Model dakwah digital alternatif perlu dirumuskan Muhammadiyah dengan melibatkan Majelis Tarjih, Tabligh, Pustaka Informasi, dan institusi terkait lainnya secara simultan dan masif. Jika Unsur Pembantu Pimpinan yang berkaitan dengan dakwah di era baru tersebut pasif atau seadanya maka akan ketinggalan dari arus baru dunia revolusi 4.0. Lebih khusus lagi Muhammadiyah akan ketinggalan dari dakwah oraganusasi lain dan misi penyebaran agama lain, yang dapat mempengaruhi keberadaan dan peran dakwah Muhammadiyah.

Jika Muhammadiyah bertekad menyebarluaskan Islam berkemajuan dan rusalah pencerahan maka niscaya menggarap dakwah digital secara serius, sistematis, dan canggih sehingga berdaya saing tinggi dengan pihak lain. Model dakwah konvensional akan kalah cepat oleh dakwah digital yang sangat modern. Maka diperlukan kemampuan atau keahlian yang mencukupi dan berkualitas dari para da’i atau mubalig, kader, dan pimpinan Muhammadiyah dalam menghadapi era baru yang serba digital tersebut. Diperlukan pula penguasaan informasi, pengetahuan, ilmu, pandangan, dan wawasan yang luas dalam menghadapi dunia digital tersebut.

Para anggota, mubaligh, kader, dan pimpinan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah jangan menjadi konsumen media sosial, lebih-lebih konsumen yang taklid dan tidak kritis. Jangan sibuk ber-whatsapp dan merasa sudah berbuat, tetapi miskin sebaran tabligh melalui media digital yang canggih itu. Jadilah produsen yang mempengaruhi media sosial di era dunia serba digital saat ini sebagai bukti selaku pelaku dakwah berkemajuan dan pencerahan.

Kontens Islam berkemajuan dan pencerahan yang membawa pesan cerdas, damai, tengahan, keadaban, dan nilai-nilai kemajuan perlu dihadirkan di media sosial dan berbagai media digital secara menarik dan berkualitas terbaik. Ketika dunia digital yang serba instrumental dan membawa pesan-pesan eksrrem, keras, dan radikal maka Muhammadiyah harus menyajikan pesan-pesan Islam berkemajuan dan pencerahan yang unggul dan berkualitas tinggi. Mobilisasi para penulis dan mubaligh digital yang cerdas, moderat, dan berwawasan kuas untuk hadir sebagai syuhada ‘ala-naas yang terbaik. Di sinilah pentingnya Pusat Syiar Dakwah Muhammadiyah yang canggih, representatif, dan unggul untuk menghadirkan alternatif dakwah digital yang terbaik di zaman posmodern saat ini. Muhammadiyah itu berkemajuan jika di antaranya mampu menghadirkan dakwah digital dan media sosial yang benar-benar unggul dan bersifat alternatif.

Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2019

Exit mobile version