Pemimpin Diuji di Masa Krisis

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Seorang pemimpin yang lahir di masa krisis akan lebih kelihatan keberhasilannya dibandingkan dengan pemimpin yang mendapatkan banyak harta warisan, karena dari situlah akan kelihatan kesungguhan kita dalam menjadi pemimpin, dari sana juga akan terlihat the genuine of our motivation and our competence of the leadership. pemimpin harus bersifat luas dan luwes, dalam artian memiliki wawasan dan pergaulan yang luas sehingga tidak berfikiran sempit (narrow minded), juga harus luwes (fleksibel) tidak terlalu kaku dalam menerapkan aturan demi kemaslahatan bersama.

Dalam system manajemen modern, sikap yang harus berani diambil oleh seorang pemimpin adalah mengambil risiko (risk taker), berani untuk tidak disukai demi kebenaran dan kebaikan. Tidak mudah untuk menjadi pemimpin yang tidak populis, tapi seorang pemimpin harus berani untuk melakukan hal itu. Pemimpin harus meninggalkan legacy dan system yang kuat, bukan hanya meninggalkan gedung-gedung yang sebenarnya keropos karena tidak dibangun di atas system dan nilai-nilai yang kuat.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ, Prof. Dr. Abdul Mu’ti dalam acara pelantikan Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Periode 2021-2025, Rabu (25/8) lalu di kampus UMJ. Wa+kil Rektor yang dilantik adalah Muhammad Hadi (Warek 1), Mutmainah (Warek 2), Rini Fatma Kartika (Warek 3), dan Septa Candra (Warek 4). Acara ini dihadiri oleh sekitar 40 pimpinan di lingkungan UMJ, hadir juga Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Prof. Dr. Muhadjir Effendy, dan Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP. Muhammadiyah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid yang hadir secara virtual dari Yogyakarta. Ma’mun berharap agar ke depan UMJ dapat lebih dinamis dan dapat bersinergi dengan kampus-kampus lainnya dalam mengembangkan program-program akademik.

Dalam kesempatan tersebut, Abdul Mu’ti juga menambahkan bahwa saat ini UMJ akan mulai menerapkan system keuangan dan pembiayan yang lebih efisien agar UMJ dapat lebih efisien dalam pengelolaan keuangan. “BPH dan Rektor sudah selesai menyusun program keuangan dan SDM yang dikenal dengan system RESMI (Rasionalisasi, Efisiensi, Sentralisasi, Meritokrasi, Innovative). Saat ini UMJ harus mulai membangun universitas, bukan konfederasi antar fakultas. Manajemen yang akan diterapkan di UMJ ke depan bersifat Akuntabel, Simpel, Inklusif, Komprehensif (ASIK)”, pungkas Mu’ti yang juga Sekretaris Umum PP. Muhammadiyah ini.

Dari ruang zoom Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP. Muhammadiyah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid menekankan agar para pemimpin di lingkungan universitas saat ini harus mau belajar lagi dalam menghadapi banyaknya regulasi yang berubah di dunia pendidikan tinggi karena sesuai dengan kemajuan era teknologi informasi.

Sementara itu, Menko PMK, Prof. Dr. Muhadjir Effendy menekankan pentingnya seorang pemimpin agar memimpin lembaganya dengan ketulusan. “Menjadi pemimpin harus banyak memperluas jaringan dengan para tokoh dan lembaga lainnya agar dimudahkan oleh Allah dalam memperoleh bantuan guna pengembangan pendidikan tinggi”, kata Muhadjir yang pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang selama 16 tahun ini. (IM)

 

Exit mobile version