JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Setelah tiga bulan lalu dilantik sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Dr. Ma’mun Murod, M.Si melantik 4 Wakil Rektor yang akan mendampinginya memimpin UMJ 4 tahun ke depan, yaitu: Muhammad Hadi (Warek 1), Mutmainah (Warek 2), Rini Fatma Kartika (Warek 3), dan Septa Candra (Warek 4). Acara yang dilaksanakan hari Rabu (25/08/) ini dihadiri oleh sekitar 40 pimpinan di lingkungan UMJ, Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMJ, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, dan Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Prof. Dr. Muhadjir Effendy. Hadir juga secara virtual Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP. Muhammadiyah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid dari Yogyakarta. Ma’mun berharap agar ke depan UMJ dapat lebih dinamis dan dapat bersinergi dengan kampus-kampus lainnya dalam mengembangkan program-program akademik.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua BPH UMJ, Prof. Dr. Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa saat ini UMJ akan mulai menerapkan system keuangan dan pembiayan yang lebih efisien agar UMJ dapat lebih efisien dalam pengelolaan keuangan. “BPH dan Rektor sudah selesai menyusun program keuangan dan SDM yang dikenal dengan system RESMI (Rasionalisasi, Efisiensi, Sentralisasi, Meritokrasi, Innovative). Saat ini UMJ harus mulai membangun universitas, bukan konfederasi antar fakultas. Manajemen yang akan diterapkan di UMJ ke depan bersifat Akuntabel, Simpel, Inklusif, Komprehensif (ASIK)”, kata Mu’ti.
Lebih lanjut Mu’ti menambahkan bahwa pemimpin harus bersifat luas dan luwes, dalam artian memiliki wawasan dan pergaulan yang luas sehingga tidak berfikiran sempit (narrow minded), juga harus luwes (fleksibel) tidak terlalu kaku dalam menerapkan aturan demi kemaslahatan bersama. Dalam system manajemen modern, sikap yang harus berani diambil oleh seorang pemimpin adalah mengambil risiko (risk taker), berani untuk tidak disukai demi kebenaran dan kebaikan. Tidak mudah untuk menjadi pemimpin yang tidak populis, tapi seorang pemimpin harus berani untuk melakukan hal itu. Pemimpin harus meninggalkan legacy dan system yang kuat, bukan hanya meninggalkan gedung-gedung yang sebenarnya keropos karena tidak dibangun di atas system dan nilai-nilai yang kuat. Menurutnya, seorang pemimpin yang lahir di masa krisis akan lebih kelihatan keberhasilannya dibandingkan dengan pemimpin yang mendapatkan banyak harta warisan, karena dari situlah akan kelihatan kesungguhan kita dalam menjadi pemimpin, dari sana juga akan terlihat the genuine of our motivation and our competence of the leadership.
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP. Muhammadiyah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid yang hadir di via zoom juga menekankan agar para pemimpin di lingkungan perguruan tinggi saat ini harus mau belajar lagi dalam menghadapi banyaknya regulasi yang berubah di dunia pendidikan tinggi karena sesuai dengan kemajuan era teknologi informasi, pembelajaran jarak jauh sudah menjadi keniscayaan saat ini yang harus dipahami cara penggunaannya oleh semua sivitas akademika.
Sementara itu, Menko PMK, Prof. Dr. Muhadjir Effendy menekankan pentingnya seorang pemimpin di dunia pendidikan tinggi agar memimpin dengan ketulusan demi kemajuan universitas. “menjadi pemimpin harus banyak menjalin silaturahim kepada para tokoh dan lembaga lainnya agar dimudahkan oleh Allah pintu rezekinya, karena rezeki akan terbuka kalau banyak silaturahim”, kata Muhadjir yang pernah menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang selama empat periode ini. (IM)