YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pelantikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2021-2023 mengangkat tema “The Great Shifting: Mencari Platform Gerakan Pelajar di Era New Normal”. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi turut memberikan amanat kepada para punggawa baru PP IPM agar dapat mengakutalisasikan The Great Shifting tersebut.
“Dunia tengah mengalami perubahan besar terutama dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kemajuan IPTEK meniscayakan dinamika baru (disrupsi) dunia modern abad ke-21. Akan tetapi perubahan sebesar apapun semestinya tidak melupakan di mana dirinya berpijak,” ungkap Prof Haedar Nashir, Senin (30/8/2021).
Menurutnya Dunia IPM adalah dunia pelajar yang sedang mekar, tumbuh, dan berkembang menjadi insan-insan dewasa dan terus belajar menuju pendewasaan yang terus menerus. Dunia pelajar adalah proses menciptakan ruang dan budaya untuk belajar serta membangun kehidupan dalam konstruksi kepelajaran.
Prof Haedar Nashir berharap para kader persyarikatan dapat mengaktualisasikan The Great Shifting dalam realitas gerakan IPM di dunia pelajar Indonesia. Serta menghadirkan praksis dan program-program yang mampu membawa perubahan signifikan pelajar Indonesia dengan perspektif IPM sebagai bagian dari Muhammadiyah.
Oleh karena itu, IPM perlu menerjemahkan The Great Shifting bukan hanya sekedar dalam ranah ekonomi dan teknologi. Melainkan tradisi Iqra maupun nun walqalami wamaa yasthuruun (QS. Al-Qalam) juga terkait dengan ayat pertama Iqra yang diturunkan Allah SwT dalam surat Al-Alaq. Di mana Iqra tidak sembarang membaca, tetapi Iqra yang berdimensi Ilahiah dan profetik.
Selain Iqra juga diperlukan kalam mulai dari mengetahui hingga memahami bagaimana menggunakannya. Untuk memahami Iqra bukan hanya membaca secara tekstual, melainkan membaca secara keseluruhan. Yaitu membaca secara literal, kontekstual, haqiqi, ayat Al-Qur’an, ayat kauniah yang multidimensi. Sebelum membaca yang multiaspek, perlu dipelajari bagaimana cara membaca dan apa yang mesti dibaca. Dunia pelajar memerlukan belajar yang berkesinambungan. Seperti membaca huruf hijaiyah mulai dari alif, ba, ta, dan seterusnya.
“IPM harus menjadi gerakan yang mampu memandu, menciptakan kondisi, mendorong, dan memotivasi langkah-langkah akseleratif agar dunia pelajar dan anak-anak pelajar cepat membaca, mengetahui apa yang dibaca, dan bagaimana cara membaca,” kata Prof Haedar Nashir yang juga kader IPM pada tahun 1980-an tersebut.
Oleh karena itu, IPM perlu memetakan kembali dunia pelajar yang mengalami perubahan yang luar biasa. Teknologi digital merupakan hal yang konstruktif bagi kehidupan menjadi canggaih, namun juga mematikan hal-hal alamiah yang dimiliki manusia. “Orang-orang menjadi individualis, menjadi egois sejak kecil karena yang dia temukan hanya alat-alat kecil seperti ini (gawai-red), lalu membuat homo sapiensnya tidak hidup,” ungkap Haedar Nashir.
IPM harus bisa membimbing para pelajar di mana satu sisi dia adaptif dan menguasai dunia IPTEK seperti artificial intelligence hingga rekayasa genetik namun potensi kemanusiaannya harus tetap hidup. “Itulah dakwah IPM, membimbing dan merekatkan dua dimensi itu menjadi satu kesatuan,” tutur Prof Haedar Nashir.
Komunitas Terbaik
Sementara itu, Ketua Umum PP IPM Periode 2021-2023 Nashir Effendi bertekad IPM menjadi komunitas terbaik di tengah perkembangan tekonologi yang bergerak cepat. Serta berkomitmen dalam memperkuat gerakan literasi di kalangan pelajar.
Ada beberapa acuan program IPM untuk menebarkan moderasi keilmuan dan keislaman. Pertama, mengembangkan etos kolaborasi antar kader IPM. Kedua, merebut narasi wacana keislaman yang moderat berkemajuan di media sosial. Ketiga, pengintegrasian nilai-nilai inklusivitas 3R (Ramah Lingkungan, Ramah Disabilitas, dan Ramah Perempuan). Keempat, inkubabasi sosial preneur, cretivepreneur dan isu tekologi lainnya. Kelima, manajemen talenta baik akademik maupun non-akademik yang akan diwadahi dalam komunitas virtual.
Para kader IPM diantaranya telah muncul menjadi inovator, creativepreneur, teknopreneur, dan menjadi founder start-up. Hal tersebut menjadi potensi IPM yang ke depan akan bergerak demi kemajuan umat dan bangsa.
Semangat kolaborasi dan kolektivitas perlu dipupuk kader IPM. IPM memiliki potensi melalui ratusan ribu kadernya hingga pelosok negeri serta berbagai komunitas yang menjamur di kalangan pelajar dan IPM. “Para pimpinan IPM yang menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amanat mampu berkontribusi dalam menjawab tantangan zaman,” ungkap Nashir Effendi. (Riz)