LOMBOK, Suara Muhammadiyah – Stunting dan pernikahan dini menjadi dua di antara beberapa masalah yang sering terjadi di masyarakat, terutama di daerah yang akses pendidikan serta informasinya kurang maksimal.
Terkait hal itu, sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi Muhammadiyah (PTM) yang sedang melaksanakan KKN-MAS (Muhammadiyah-Aisyiyah) menggelar sosialisasi pencegahan stunting di Posyandu Dusun Ampel, Desa Bajur, Lombok Barat, Kamis (02/09/2021).
Selain sosialisasi stunting, para mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 10 ini juga mengkampanyekan pencegahan pernikahan usia dini. Dua hal itu dirasa perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar tidak terjadi masalah rumah tangga atau kesehatan ke depannya.
”Kami melakukan kegiatan sosialisasi stunting dan pencegahan pernikahan usia dini ini dengan tujuan agar masyarakat Desa Bajur, Dusun Ampel, dapat lebih memperhatikan serta mempersiapkan diri secara matang sebelum melakukan pernikahan,” ujar Salman Al-Barra, salah satu anggota kelompok mahasiswa di lapangan.
Mahasiswa jurusan psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung ini mengungkapkan, pernikahan dini di sini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang pria dan wanita yang usianya masih di bawah 19 tahun.
Salman mengutip Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 terkait perkawinan dimana perkawinan ini hanya diizinkan jika pihak pria sudah menginjak usia 19 tahun.
”Oleh karena itu, kami melakukan sosialisasi terkait pencegahan pernikahan dini dan juga stunting. Dua hal ini kami pandang sebagai masalah penting. Dengan sosialisasi ini, semoga para orang tua yang memiliki anak laki-laki atau perempuan dapat memberikan edukasi terkait perlunya kesiapan untuk menikah, baik itu kesiapan dalam segi finansial maupun dalam segi kesiapan fisik dan apa-apa saja yang akan dihadapi ke depannya,” tutur Salman.
”Alhamdulillah masyarakat banyak yang hadir dan antusias dalam sosialisasi ini. Mereka mengikuti acara dari awal sampai akhir. Aparat setempat seperti kepala dusun, perwakilan desa, dari pihak DPL mahasiswa KKN MAS, dan juga para kader posyandu, hadir dan mengapresiasi kegiatan kami,” kata Salman.
Selain Salman, salah satu anggota yang terlibat langsung dalam sosialisasi stunting dan pencegahan pernikahan usia dini yakni Nada Ghifary Hasbiya, mahasiswi dari program studi kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Jawa Barat.
Dalam sosialisasinya, Nada menyampaikan terkait faktor penyebab penikahan di usia dini dan juga dampak dari usia pernikahan dini dalam segi psikologis dan kesehatan. Kemudian Nada juga menyampaikan ulasan pemahaman mengenai pentingnya pemberian gizi dan nutrisi yang baik.
”Hal ini penting dilakukan agar perkembangan motorik dan kognitif anak dapat berkembang dengan baik dan tidak ada gejala yang tidak diinginkan ataupun agar setidaknya terhindar dari stunting,” ucap Nada.
Para mahasiswa dari berbagai PTM seluruh Indonesia ini turun ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat setempat. Namun tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat agar tidak terjadi kerumunan massa.
Dengan cara berbuar dengan masyarakat, pendekatannya jadi lebih mudah sehingga program-program KKN-MAS para mahasiswa bisa dilakukan dengan baik dan lancar.
Selain sosialisasi, para mahasiswa juga tidak lupa membagi-bagikan masker dan handsanitizer untuk masyarakat yang hadir dalam kegiatan sosialisasi sebagai upaya pencegahan tertular dari covid-19.
Para mahasiswa ini berharap, dengan gencarnya sosialisasi stunting dan pencegahan pernikahan usia dini, sedikit banyak bisa membantu masyarakat mengenai pentingnya gizi dan persiapan matang sebelum memasuk jenjang pernikahan. (Feri Anugrah)