Mereaktulisasikan Teologi Al Maun

Mereaktulisasikan Teologi Al Maun

Oleh: DR Masud HMN

Upaya mereaktulisaikan arti mengembangkan empati, pertolongan, bantuan pada anak yatim dan fakir miskin seperti konsep Teologi Al Maun seperti disampaikan oleh KHA Dahlan. Alasannya ada indikasi tentang esensi Al Maun semakin redup dalam masyarakat. Ada indikasi atau tanda-tanda mulai dilupakan, bahkan sudah muncul bukan hanya pendustaan tapi pengingkaran.

Pendustaan dan pengingkaran Agama dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi dan lain sebagainya kian terasa. Sementara persoalan berlansung terus dan perhatian menurun pula. Jadilah pendustaan dan penginkaran agama secara terbuka dan nyata menerpa komunitas sosial kini.

Pemuka masyarakat atau pimpinan organisasi perlu lagi memperkuat Muballigh untuk ujung tombak gerakan sambil mengembangkan amal usaha ekonomi dan gerakan pendidikan. Amal usaha pendidikan, rumah sakit, kini menjadi arus besar ideologi gerakan.

Bila ditelusuri sejarah konsep bagaimana menghadapi pendustaan agama menurut Teologi Al Maun dihadapi dengan Taklim, ceramah dan kelompok studi. Antara lain menjadi motor penggeraknya datang dari Peranan para Muballigh. Itulah perkembangan masyarakat. Sekarang ini ekonomi uang menjadi penting. Kapital uang menjelma menjadi power (kekuasaan). Namun, seharusnya ekonomi kapital memang penting, peran Muballig melawan pendustaan agama juga sama pentingnya.

Menarik dari diskusi ini jika kita baca sebuah tulisan di harian Republika berjudul Mengkeritik Elit yang Mendustakan Agama, Penulisanya bernama Nurdin, menulis bahwa orang miskin karena jadi korban ketidak adilan Ada peran penguasa yang memilik power hanya memikirkan diri sendiri dan kelompoknya (Republika 12/7/2021).

Lalu dalam penilaian dia, banyak pihak dirugikan ulah kelompok tersebut. Termasuk Peranan mereka dari politikus karena tidak amanah memperjuangkan keadilan orang miskin turut menjadi pendusta agama menurut Al Quran surat Al Maun.

Bagi Nurdin perlu jalan lurus untuk menyadarkan mereka akan konsep Teologi Al Maun tersebut yaitu dengan figur teladan, guru atau pribadi yang memiliki akhlak baik.

Secara spesifik surat Al Maun merupakan surat ke 107 dalam Al Quran yang tersusun 7 ayat. Sering dikatakan bahwa Al Maun surat Muhammadiyah yang isinya menyebutkan tahukah anda yang mendustakan Agama? Yaitu orang menghardik anak yatim dan tidak memberikan makan orang miskin. (surat Al Maun ayat 1 dan 2)

KHA Dahlan Pendiri organisasi Muhammadiyah mendakwahkan ayat ini, diteruskan lewat Muballigh, juru dakwah menyebarkan pengertian serta tujuan ayat ini yakni konsep bagaimana memberi bantuan, pertolongan pada yatim dan fakir miskin.

Secara objektif data Badan Pusat Staistik (2021), kemiskinan di Indonesia menyentuh angka 9,2 persen setara dengan 26 juta penduduk. Hitungan itu berdasarkan penduduk yang punya pendapatan 2,5 US dollar perhari. Tidak memadai kebutuhan kehidupannya.

Dalam konteks inilah tanggung jawab sosial keagamaan memberi pertolongan membantu kepada 26 juta orang miskin. Makna lain bila tidak dipedulikan, maka akan termasuk golongan yang mendustakan atau mengingkari agama.

Dalam uraian di atas terdapat keterkaitan konsep Al Maun dengan Muballig untuk menebarkan makna mengentaskan serta mendorong kebangkitan umat. Yakni untuk peduli, membantu, menolong agar keluar dari kemisiinan, Teologi Al Maun sebagai konsep ajaran, kemudian para Muballigh praktisi di lapangan.

Kita berpendapat, Teologi Al Maun diaktulisasikan terus. Harapannya jangan sampai perilaku yang menyepelekan agama, mengignkari berlansung tanpa respon tanggung jawab. Nauuzubillah min zalik.

DR Masud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Exit mobile version