PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Ilmu Kesehatan (Komikes) Universitas Muhammadiyah Purwokerto gelar acara Auf Enterpreneurship. bertajuk “Revitalisasi UMKM Melalui Strategi Digitalisasi Marketing Guna Membangun Ekonomi Kreatif Bangsa”.
Acara yang digelar secara hybrid dengan tetap menerapkan protokol kesehatan covid-19 itu dihadiri sedikitnya 575 peserta dari seluruh Indonesia.
Acara menghadirkan 3 narasumber yang ahli dibidangnya, mereka yakni dr.Tirta Mandira Hudhi sebagai creative enterpreneur, Galih Mandala Putra sebagai art director, sociopreneur and content creator dan Ari Kusyono, S.E.,M.Si merupakan Kepala Bidang UMKM DINNAKEKOP UKM Kabupaten Banyumas.
Ketua Umum Pimpinan Komisariat (PK) IMM Ilmu Kesehatan Immawan Fu’ad Minan Zuhri mengungkapkan rasa bangga dapat menghadirkah ahli dan pertama kalinya IMM Komikes menggelar acara nasional.
“Saya sangat bangga sekali karena acara Webinar ini merupakan yang pertama kali di IMM KOMIKES. Cangkupannya nasional dengan pembicara yang spektakuler tak bisa diragukan sesuai kepakarannya,” katanya, Jum’at (10/9/2021).
Fu’ad berharap acara dapat membantu dan memotivasi masyarakat untuk bangkit membangun perekonomian masyarakat yang kreatif dan adaptif. “Dengan dunia teknologi digital serta terciptanya UMKM baru yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Panitia Webinar “Auf Enterpreneurship” Nurma Sri Utami berharap acara webinar dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan ekonomi kreatif UMKM di Indonesia.
“Pada saat pandemi berharap ini dapat menambahkan wawasan mengenai entrepreneur di kalangan mahasiswa, sehingga mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki kepekaan dan melek terhadap teknologi untuk ikut memajukan perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu Peserta Webinar Risda Aprilya Pramesty dari Universitas Tadulako juga menyampaiakan pada webinar ini para pelajar milenial harus menanfaatkan peluang keberadaan e-commerce untuk memulai usaha.
“Kita sebagai pelajar millenial harus bisa memanfaatkan peluang keberadaan e-commerce yang ada untuk memulai usaha dan mengembangkannya menjadi usaha yang dapat dijangkau dalam ruang lingkup yang lebih luas,” pungkasnya.
Menjadi Pengusaha
Pengusaha muda, dr Tirta Mandira Hudhi menjelaskan, ada tiga untuk menjadi pengusaha yang berhasil. Pertama adalah manajemen keuangan, manajemen perorangan, dan manajemen marketing.
“Jika kita punya UMKM, atau ingin melangkah lebih besar, kita harus memanajemen kuangan secara lebih baik. Manajemen keuangan ini kompleks, jadi kita harus tau berapa operasional yang terjadi,” katanya dalam acara Auf Enterpreneurship. bertajuk “Revitalisasi UMKM Melalui Strategi Digitalisasi Marketing Guna Membangun Ekonomi Kreatif Bangsa” yang digelar oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Komisariat Ilmu Kesehatan (Komikes) Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Kedua saat membangun usaha yang paling penting adalah manajemen perorangan atau HRD. Seperti bagaimana mengelola pegawai, bagaimana menggaji, dan harus menerapkan sesuai dengan UU Ketenagakerjaan.
“Gimana nanti kalau kita mau memberikan SP1, SP2, dan SP3. Bagaimana kalau punya tim yang tiba-tiba resign, nah ini penting,” katanya.
Ketiga, dr Tirta menjelaskan, pentingnya manajemen marketing. Apalagi saat pandemi seperti sekarang, harus bisa melakukan inovasi marketing secepatnya. “Seperti contoh apa yang harus kita lakukan dalam satu dua bulan, bahkan 12 bulan harus paham. Dari situ lah, tiga hal ini harus dipelajari secara otodidak diluar mata kuliah,” jelasnya.
Menurutnya, jika dari UMKM bisa mengelola tiga hal tersebut, maka usaha itu akan menjadi usaha yang lebih besar lagi dan bisa menjadi PT.
Lebih lanjut dr Tirta mengatakan, untuk menjadi pengusaha tidak bisa seperti pegawai, yang gajinya setiap bulan.”Nah yang paling penting disini, tidak semua orang bisa jadi pengusaha. Kalau nyalinya citut, kalian takut, hobinya ghibah, ndak usah jadi pengusaha. Cukup duduk, diam dan jadi pegawai,” ujarnya.
Pegawai itu banyak positifnya, dapat tunjangan, dapat intensif, tidak perlu mikir gaji orang-orang. Yang peru dipikirkan hanya dirinya, istri atau suaminya dan anak-anaknya. Yang pegawai lakukan adalah manajemen keuangan dengan baik.
“Tetapi tidak enaknya pegawai adalah, dia untuk mendapatkan penghasilan berkali-kali lipat dia harus kerja keras,” jelasnya.
Kalau kita menjadi pengusaha, tidak enaknya adalah kalau kita rugi ya ngurus kita sendiri. Tidak boleh terlihat lemah diluar, apa lagi minta untuk dikasihani. “Tapi enaknya kalau kita sukses ya uang yang masuk itu banyak. Kita akrab dan memiliki pegawai yang banyak,” pungkasnya. (Adt/Tgr)