Pergeseran Paradigma Pendidikan Islam

Merawat Asa Pendidkan

Foto Dok Ilustrasi

Pergeseran Paradigma Pendidikan Islam

Oleh: Prof Dr KH Dadang Kahmad, MSi

Salah satu pilar kokohnya Peradaban Modern adalah adanya sitem pendidikan yang maju dan modern pada setiap jenis dan jenjangnya. Karena pendidikan akan menghasilkan human capital yang tangguh yang akan menciptakan peradaban yang juga tangguh. Hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pendidikan Islam untuk maju ke depan menjadi pilar yang kokoh dalam membangun peradaban modern yang berbasis pada nilai keislaman.

Tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan telah mengalami perubahan. Pendidikan bukan hanya berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi lebih kepada penguasaan atas kemampuan yang dihasilkan (competency based education). Namun, kenyataannya sistem pendidikan yang telah dibangun selama tiga dasawarsa terakhir ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya memenuhi tuntunan dan harapan masyarakat.

Pada sisi lain, tantangan dan perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional semakin berat. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi semakin cepat, eskalasi pasar bebas dan kompetisi dalam berbagai bidang kehidupan semakin ketat, kesemuanya itu merupakan tantangan yang harus dijawab oleh lembaga pendidikan Islam di Indonesia, agar dapat survive dan berkembang dalam percaturan kehidupan antar bangsa di dunia.

Beberapa tantangan sekaligus peluang yang dihadapi pendidikan Islam dewasa ini mensyaratkan adanya keharusan dari semua pihak untuk bekerja keras, agar pendidikan Islam mampu menjadi pilar peradaban modern yang kokoh.

Pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi serta semangat modernitas yang menawarkan progresivitas bagi sistem pendidikan merupakan tantangan yang harus direspon oleh pendidikan Islam dengan adanya perubahan paradigma (shifting paradigm) dalam melihat perkembangan yang muncul dan tak terhindarkan.

Pergeseran paradigma dalam pendidikan Islam harus dipahami sebagai konsekuensi dari kemandegan dan stagnasi yang ditunjukkan oleh cara pandang pendidikan Islam yang selama ini dirasakan kurang visible dalam menjawab berbagai tantangan yang dihadapinya untuk mengimbangi perkembangan global yang sangat cepat. Paradigma lama pendidikan Islam yang melihat semua aspek dalam kerangka yang saling berlawanan dan diskrit seperti: khazanah pengetahuan Islam dan khazanah pengetahuan non-Islam, lembaga pendidikan Islam dan non-lembaga pendidikan Islam, dan seterusnya —disadari atau tidak— telah membentuk cara pandangan dan bahkan karakter kaum muslim menjadi sering dikotomi dan hitam putih dalam melihat realitas kehidupan. Hal ini yang sering menjadi potensi konflik baik vertikal maupun horizontal.

Cara pandang tidak utuh seperti di atas tentu saja kurang menguntungkan untuk mengembangkan tatanan pendidikan Islam yang menyentuh semua dimensi kemanusiaan. Bahkan kerangka pemikiran seperti inilah yang agaknya menjadi salah satu penyebab munculnya split personality (kepribadian membelah) — di satu sisi akrab dengan simbol religius (ibadah), namun di sisi lain aktif melakukan pelanggaran etika kemanusiaan.

Masih dominannya pola pengajaran pendidikan Islam dengan mengacu pada paradigma lama merupakan sebuah tantangan internal bagi pengembangan kualitas pendidikan Islam di masa depan. Pengembangan paradigma baru pendidikan Islam harus diorientasikan pada tumbuhnya sikap dan pemikiran kreatif dan liberal agar peserta didik mampu membuat pilihan dan keputusan yang benar, tepat dan akurat dalam wadah ‘aqidah syari’ah Islamiyah.

Paradigma baru pendidikan Islam secara umum akan diarahkan bagi munculnya knowledge society, yang memiliki watak gemar belajar, mampu tampil beda dan bernilai tambah, memiliki tiga kemampuan yang utuh: amanah dan arif, intelegensi tinggi dan komprehensif, serta profesional (Mastuhu 1999: 16). (IM)

Sumber: Majalah SM Edisi 22 Tahun 2020

Exit mobile version