IMM di Ruang Cyber Era 4.0

IMM di Ruang Cyber Era 4.0

IMM di Ruang Cyber Era 4.0

Oleh: Preli Yulianto

Sejak nabi Muhammad SAW dilantik sebagai Rasul dengan turunnya wahyu Allah Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 bermakna “membaca”, yang secara gamblang dapat dimaknai edukatif, belajar, memulai dengan ilmu. Secara luas, manusia di muka bumi dituntut untuk membaca, selalu belajar dalam artian membuka wawasan, membaca situasi kondisi lingkungan, membuka cakrawala berpikir hingga membuka lentera dunia dengan membaca itu. Maka dari itu, seiring perjalanan Islam meluas sampai ke penjuru dunia hingga ke Indonesia. Perlu adanya, merawat Islam murni (tajdid) dengan harus tetap membumikan dakwah amar makruf nahi mungkar.

Gerakan pendahulu kita KH. Ahmad Dahlan, dkk. yang senantiasa merawat Islam hingga tumbuh dan berkembang sampai kini melalui gerakan dakwah yang meliputi aspek healing (pelayanan kesehatan), schooling (pendidikan), dan feeding (pelayanan sosial) harus senantiasa dilanjutkan oleh IMM sebagai ortom Muhammadiyah. IMM sebagai anak panah Muhammadiyah harus senantiasa konsisten membumikan gagasan membangun peradaban.

Teknologi informasi yang berkembang semakin pesat harus menjadi rujukan bagi IMM untuk bisa membaca perkembangan zaman yang kian maju. Sebuah petuah yang hadir dalam bentuk Pameo benar adanya yakni: ”Siapa yang menguasai informasi (data) maka dia akan menguasai dunia”.

Teknologi Informasi sebagai Amaliah IMM

Sekarang kita ketahui perkembangan teknologi informasi berkembang pesat pada era 4.0 ini, dan ditambah maraknya informasi yang keliru ataupun informasi yang bohong (hoax) hingga narasi-narasi berkonotasi negatif penggiringan opini publik hingga hadirnya fenomena post-truth (pasca kebenaran).

Jangan sampai kader IMM berpangku tangan melihat problematika yang ada dengan diam saja, tidak jauh halnya seperti manusia satu dimensi yang monoton melakukan hal berulang seperti yang pernah diungkapkan oleh Hebert Markus.

IMM harus berperan strategis dalam hal ini sebagai upaya menebus tanggungjawab moral amaliyah IMM dalam membangun paradigma intelektual. Esensinya hal tersebut, sebagai bentuk upaya konkrit membumikan gerakan gagasan membangun peradapan yang berkemajuan.

Pentingnya Popularitas Organisasi

Suatu organisasi akan mudah dalam melancarkan gerakannya apabila organisasi tersebut sudah dikenal dalam masyarakat kontribusinya sehingga masyarakat welcome terhadap infiltrasi kontribusi pemikiran, konsep, dan solusi problematika yang ada dalam realitas. Pendapat ini berlaku hubungan aksi-akibat karena apabila organisasi tersebut memiliki action yang menumbuhkan konotasi positif maka akan berakibat baik bagi organisasi tersebut dalam melancarkan gerakan sesuai tujuan.

Masyarakat akan merasa terlindungi, dan percaya terhadap hadirnya gerakan organisasi berupa event organizer, maupun gerakan pengajakan (dakwah) sehingga nilai-nilai positif dapat tersampaikan dengan baik. Begitu pun sebaliknya apabila organisasi itu asing dan luput dari kontribusi, dan solusi terhadap masyarakat tentu akan sulit.

Dalam hal ini, sangatlah penting bagi organisasi membangun opini publik melalui narasi informasi digital, maupun secara langsung membuat gebrakan gerakan. Kontruksi kesadaran kolektif sangatlah penting dalam mencapai aktualisasi organisasi, melalui langkah membumikan gerakan untuk upaya viralisasi gerakan secara masif menggaung sangatlah penting.

Upaya konkrit tersebut, sangatlah penting mengingat dikenalnya IMM secara luas berupa popularitas yang konsisten sangat membantu membuka jalan bagi gerakan dakwah kalangan mahasiswa utamanya, dan masyarakat pada umumnya. Popularitas IMM akan membuka peluang tersampaikan nilai-nilai perjuangan IMM sehingga pemikiran-pemikiran IMM dapat diterima hingga terwujudkan tujuan yang ideal Islam yang murni (tajdid).

Popularitas IMM dengan Gerakan Lain

Gerakan organisasi lain tentu memiliki objektifikasi nilai-nilai tersendiri sebagai organisasi yang juga memiliki ciri khas masing-masing sebagaimana yang dijelaskan oleh Sani (2017:3) yang menyatakan bahwa misalkan HMI dengan Insan Cita dan Revolusi Sistematik, PMII dengan Post Tradisonalism, KAMMI dengan Muslim Negarawan dan HTI dengan Khilafah Islamiyah.

Tentu IMM memiliki ciri khas tersendiri dan secara lahiriah memiliki nilai identitas tersendiri, dan gerakannya bukan sesaat alias politis yang hanya mencari momentum saja. IMM mengedepankan gerakan yang mengandung unsur intelektualitas (kemahasiswaan), humanitas (kemasyarakatan), dan unsur religiusitas (aqidah agama Islam/keagamaan) dalam jangka panjang.

Sejauh mana popularitas IMM dalam berkiprah apabila kita kulik dalam big data digital. Barangkali cara ini metode sekunder dalam dunia penelitian, namun dengan mengunakan instrumen yang tersedia dalam cyber kita bisa menyimpulkan sejauh mana IMM dikenal.

Penelitian sebelumnya, Ahmadi (2013:20) menjelaskan cara yang digunakan adalah dengan men-searching di Google.com untuk mengetahui popularitas “about” IMM dan organisasi gerakan mahasiswa lainnya lewat alat penjelajah tersebut. Berdasarkan akses searching di Google.com 12 Maret 2013 pada waktu 16.00 menghasilkan data bahwa HMI dalam entri pencarian bahasa Indonesia sebanyak 333.000, entri pencarian english sebanyak 1.880.000 sementara itu, ada organisasi PMII pada entri pencarian bahasa Indonesia sebanyak 137.000, entri pencarian english sebanyak 1.470.000, kemudian organisasi IMM dengan entri pencarian sebanyak 139.000, entri pencarian english sebanyak 512.000, selanjutnya organisasi KAMMI pada entri pencarian bahasa Indonesia sebanyak 279.000, serta pada entri pencarian english sebanyak 10.100.000.

Popularitas IMM dalam ruang cyber dibandingkan dengan organisasi HMI, PMII, dan KAMMI dapat dilihat melalui google trends untuk melihat trends penelusuran web, gambar, berita, dan youtube.

Hasil popularitas penelusuran web 16 Maret 2020-16 Maret 2021, waktu 22.18 WIB di wilayah Indonesia dalam ruang cyber HMI 42%, IMM 17%, PMII 36%, dan KAMMI 5%. Dari data tersebut, menunjukan popularitas IMM dari penelusuran web peringkat ke-2 dari bawah dari organisasi Islam lainnya. Hal ini hal yang wajar, karena DPP IMM belum mempunyai website resmi seperti yang di cita-citakan IMM.

Hasil popularitas penelusuran gambar 16 Maret 2020-16 Maret 2021, pada waktu 22.20 WIB di wilayah Indonesia dalam ruang cyber HMI 45%, IMM 24%, PMII 27%, dan KAMMI 4%. Sedangkan hasil popularitas penelusuran berita 16 Maret 2020-16 Maret 2021, pada waktu 22.22 WIB di wilayah Indonesia dalam ruang cyber HMI 50%, IMM 20%, PMII 10%, dan KAMMI 20%.

Data google trends menunjukan terkait penelusuran gambar lagi-lagi kita masih kalah dengan HMI sedangkan pada penelusuran berita IMM seimbang dengan PMII dengan persentase sama 20% jauh tertinggal dibandingkan HMI yang mencapai persentase 50%. Itu artinya, up kegiatan kita ke media jauh dari pada HMI yang lebih massif.

Hasil popularitas penelusuran youtube 16 Maret 2020-16 Maret 2021, pada waktu 22.24 WIB di wilayah Indonesia dalam ruang cyber HMI 20%, IMM 64%, PMII 13%, dan KAMMI 3%. Justru popularitas penelusuran IMM di youtube dari data google trends tersebut, menunjukan keunggulan IMM di posisi pertama dengan total persentase 64% dari organisasi Islam lain seperti HMI, PMII, dan KAMMI. Hal ini sangatlah wajar karena DPP IMM memiliki akun youtube Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dengan 3,01 rb ribu subscriber dan views cukup banyak serta, akun youtube gerakan personal kader maupun setiap level pimpinan IMM.

Preli Yulianto, Penulis Muda Sumsel/Alumni DAM Nasional PC IMM BSKM Yogyakarta 2018

Exit mobile version