Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan
Oleh: DR Masud HMN
Teman saya menulis dalam grup WA perut lapar atau faqir bisa jadi kafir. Lalu dijawab yang lain banyak di kampung saya yang miskin dan faqir namun dia tidak kafir. Kawan lain lagi menimpali konteks masalahnya apa. Kalau orang berpuasa nabi Daud, lapar dan fakir akan menjadi kafir? Saya mencoba menangkap komunikasi WA tersebut, adalah kemiskinan dan kekafiran, dalam kaitan ekonomi pertumbuhan.
Dalam persfektif ini agaknya kajian pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan penting adanya. Karena hanya dengan pertumbuhan ekonomi dalam arti pertambahan pendapatan dapat mengubah peta kemiskinan. Dengan kata lain semakin baik pertumbuhan ekonomi semakin kuranglah jumlah kemiskinan. Sebaliknya jika pertumbuhan anjlok atau tidak meningkat maka angka kemiskinan akan bertambah.
Tidak terlalu susah untuk membayangkan jika pertumbuhan Indonesia tidak terjadi, semakin buruklah perekonomian, semakin bertambah penduduk miskin, rakyat semakin sengsara. Negara akan mengalami kesulitan, untuk memenuhi kewajibannya membiyai ongkos rutin dan membayar kewajiban lainnya. Lantaran apa, ya lantaran tak ada uang menutupi pengeluaran.
Syukurlah Indonesia masih membukukan pertumbuhan pada angak 7,7 persen. Ada contoh beberapa Negara mengalami hal deemikain disebut Negara gagal. Negara itu masih ada namun bangkrut, pendapatannya dengan pengeluarannya lebih banyak pengeluaran. Berlakulah Negara yang dililit utang.
Tanpa ba bi bu sesungguhnya pertumbuhan menjadi kata kunci mengubah kemiskinan. Sementara kemiskinan berimplikasi banyak, seperti masalah pendidikan, kesehatan, kelaparan dan lain sebagainya. Bagaimana mengikuti pendidikan tidak ada uang, bagaimana berobat, bagaimana memperoleh gizi makanan. Karena itu maka harus menjadikan pertumbuhan yang positif.
Setidaknya ada faktor yang mesti dikendalikan, Menurut Adam Smith faktor itu diantaranya adalah modal, tenaga kerja, dan teknologi.
Teori ini disebut teori neo klasik diantara tokohnya Adam Smith, Robert Solow dan TW Swan, Logika penerapan teori neo klasik terdapat pada tiga tungku terpadu yaitu menjadikan kekuatan modal dengan pelaksana sumber daya manusia yang andal lalu didukung oleh teknologi yang maju.
Ini kemudian mengendalikan produksi, penganguran, utang, dan inflasi. Produksi untuk menambah pendapatan, menghilangkan pengangguran untuk menambah income, menghapuskan utang untuk mengurangi ketergantungan, inflasi untuk stabil nilai tukar. Inilah yang harus dikendalikan secara baik. Disitu pula inti keunggulan teori neo klasik.
Ajaran Islam memberi insprasi dan edukasi pada konsep pertumbuhan dengan petunjuk hadits,
Barang siapa Hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi. Barang siapa hari ini lebih buruk dari hari kemarin adalah orang yang terlaknat (celaka).
Pesan hadits ini jelas mafhumnya pertumbuhan itu adalah satu keharusan. Dengan kata lain tidak boleh terjadi hari-hari orang muslim itu merugi apalagi celaka. Meski hadits ini termasuk hadist yang lemah. Tapi ditopang oleh Hadits lain diriwiyatkan Abu Naim Rasulullah bersabda.
Kadal fakru anyakuna Kufran
Kefakiran (kemiskinan) mendekatkan kekafiran
Tekanan hadis ini jika umat Islam itu miskin dan fakir, ia amat dekat pada kekafiran. Mungkin saja orang yang miskin akan terpengaruh atau terpaksa, lalu menjadi kafir. Yang kasus ini mulai banyak terjadi, Pemurtadan terjadi, karena ke miskinan itu gejala. Tidak bermakna orang miskin lapar otomatis menjadi atau masuk menjadi kafir.
Pembentangan masalah di atas ini, memberi petunjuk ternyata pertumbuhan adalah key words atau pengertian kunci mengatasi problem konsep kemiskinan dan kefakiran. Intinya spirit dari kata hari ini harus lebih dari hari kemarin harus diejawantahkan sungguh-sungguh. Hari ini harus lebih dari kemaren bagi umat Islam spirit besar itu menjadikan umat pantang mundur.
Akhirnya,penulis dengan artikel singkat ini menyudahi perbincangan percaya bahwa norma ekonomi pertumbuhan dengan masalah kemisiknan itu merupakan masalah umat Islam. Diselesaikan dengan norma bahwa hari esok harus lebih baik dari keadaan hari ini.
Semangat ini amat relevan dengan konsep pertumbuhan ekonomi yang harus kita dorong. Baik menambah kuat kapital, kekuatan sumber daya manusia, pendukungnya maupun teknologi yang tepat guna. Mudah mudahan!
DR Masud HMN, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta