Pelatihan Jurnalistik PPAD: Mabda’ wal Mizan dalam Menyajikan Berita

Pelatihan Jurnalistik PPAD: Mabda’ wal Mizan dalam Menyajikan Berita

TEGAL, Suara Muhammadiyah – Santriwan dan Santriwati Pondok Pesantren Muhammadiyah Ahmad Dahlan (PPAD) Kab. Tegal yang tergabung dalam Forum Santri Cendikia Darwisy FSCD mengadakan acara upgrading kemampuan Jurnalistik. Acara ini telah dilaksanakan pada hari Jum’at 10 September 2021, dibuka oleh Direktur PPAD al-Ustadz Inamullah Fathuri dan dipandu al-Ustadz Alvin Qodri Lazuardy pembimbing FSCD. Pesan terpenting dalam pembukaan acara ini dari Direktur PPAD adalah kemampuan menulis seorang didasari oleh background seberapa banyak isi dalam pikirannya. Apa yang ditulis itulah yang ada dalam isi pikirannya dan apa yang di dalam pikirannya adalah apa yang dibaca. Dari pesan ini dapat diambil faidah bahwa kemampuan menulis sebanding lurus dengan kemampuan membaca, karena membaca dan menulis sesuatu yang bukan untuk dipisahkan.

Berlanjut pada salah satu sesi dalam agenda ini yaitu sesi Menilik Cara Kerja Jurnalis. Sesi ini diejawantahkan oleh saudara Diko Ahmad Riza Primadi, S.Pd, selaku reporter Majalah Suara Muhammadiyah. Dalam pemaparannya Diko menyampaikan, terdapat empat pertimbangan dalam memberitakan sesuatu kejadian atau fenomena. Pertama, visi-misi berita, media harus memberikan berita yang membangun kecerdasan, kebijaksaan serta meningkatkan pamahaman masyarakat terhadap berita yang disampaikan. Kedua, Editorial Policy, sebuah media harus memiliki kebijakan terkait keredaksian yaitu tentang kebijakan berita yang boleh dimuat dan tidak boleh dimuat.

Ketiga Ideologi Media yaitu gagasan-gagasan atau nilai-nilai yang disusun oleh media kemudian disiarkan kepada khalayak umum. Sebuah media seyogyanya memberikan gagasan yang memberikan pencerahan kepada publik. Apalagi sebagai media Islam haruslah mencerminkan berita yang bersifat Rahmatan lil ‘Alamin yang memberikan Mashlahat luas. Keempat News Value adalah seperangkat kriteria untuk menimbang nilai-nilai dalam berita sekaligus sebagai takaran berita yang layak disebarluaskan atau tidak, penting untuk diberitakan atau tidak. Keempat hal ini disebut oleh narasumber sebagai “Bingkai Dasar Berita”.

Perlu dicermati dari pemaparan yang disampaikan oleh Diko, empat hal inilah yang menjadi Mabda’ (fondasi) sebuah berita yang akan disebarluaskan, sekaligus sebagai Mizan (timbangan) pisau analisis ketika kita menerima berita. Sebuah berita dapat ditimbang dari bagaimana kandungan visi-misinya, kemudian melihat kelayakan isinya, diperkuat dengan bagaimana muatan ideologinya, dan terakhir melihat bagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dalam kacamata Islam sebuah berita selayaknya terkandung penuh keadilan, kejujuran, menggembirakan, dan menyatukan umat demikianlah respresentasi dari sifat Rahmatan Lil ‘Alamin. Wallahu ‘Alam Bi Showab.

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, Pembimbing Forum Santri Cendikia Darwisy

Exit mobile version