BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Indonesia Emas 2045 menjadi sebuah gagasan untuk Indonesia menjadi sebuah negara yang maju di umur yang ke-100 tahun.
Semua mimpi tersebut bisa terwujudkan dengan baik, jika ada dukungan dari berbagai sektor, terutama salah satunya dari di insan pendidikan bioteknologi.
Begitulah salah satu benang merah yang disampaikan Postdoctoral Research Associate at University of Virginia, Zulkaida Akbar, Ph.D., dalam webinar yang digelar Program Studi Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) dengan tema ”Peran Bioteknologi dalam Menyongsong Indonesia Emas 2045”, Sabtu (11/07/2021).
Menurut pria yang di sapa Zul tersebut, Indonesia Emas 2045 merupakan gagasan yang berasal dari Presiden Joko Widodo sekira 2015 lalu.
Gagasan tersebut didasarkan kepada salah satunya yakni bonus demografi. Puncak dari bonus demografi ini akan terjadi pada 2045 sehingga muncul gagasan Indonesia Emas 2045.
Selain itu, Zul juga mengatakan Indonesia bisa mencapai Indonesia Emas 2045 jika berkaca pada negara tetangga, seperti Jepang, Singapura, Korea, dan China.
”Keempat negara itu sangat memfokuskan diri dalam pembangunan sumber daya manusia yang mereka miliki,” ucap Zul.
Sebagai empat negara yang direkomendasikan, meskipun negara-negara tersebut masih kalah dengan Indonesia dalam hal sumber daya alam dan lahan luas, tetapi Zul menyampaikan, aspek-aspek pembangun negara justru lebih unggul dibandingkan dengan negara lain.
”Mereka berpikir jika kita fokus dalam mengembangkan sumber daya manusia yang ada, aspek pembangunan yang lain seperti ekonomi, sumber daya alam, hingga pembangunan lahan akan ikut terangkat,” lanjut pria asal Purwokerto, Jawa Tengah, tersebut.
Pada Program Studi Bioteknologi sendiri, banyak sekali peranannya untuk membangun Indonesia Emas 2045, salah satunya pada bidang pertanian.
Benahi sektor Bioteknologi
Zul mengatakan, ada beberapa hal terkait pertanian di Indonesia yang perlu dibenahi. Salah satunya soal kurangnya lahan produktif akibat gagal panen yang dialami para petani.
”Saat seperti inilah bioteknologi mengambil peran untuk mengatasi lahan produktif yang berkurang dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat,” tutur pria yang mengambil program S-2 dan S-3 di Florida State University ini.
Dikatakan Zul, sebetulnya banyak sekali penemuan bioteknologi dalam bidang pertanian untuk mengatasi permasalahan yang ada, mulai dari pupuk kompos hingga kultur jaringan.
”Bahkan sistem pertanian di Jepang bisa berkembang tanpa adanya media tanah dan menghemat sekitar 95% penggunaan air,” ujar Zul.
Dengan contoh seperti itu, menurut Zul, lahan produktif yang mulai berkurang di Indonesia, bisa digantikan seperti apa yang ada di Jepang.
”Jadi, pemerintah tidak perlu khawatir dengan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat meskipun lahan produktif di Indonesia berkurang,” pungkas Zul. (Firman Katon)