Prof Abdul Mu’ti: Politik Jangan Dimaknai secara Sempit

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Gunung Kidul mengadakan Webinar Demokrasi, dengan tema “Diaspora Kader Muhammadiyah Menghadapi Tahun Politik” Pada Kamis kemarin (16/09/2021) secara Virtual.

Drs. Afnan Hadi Kusumo selaku Anggota DPD RI memaparkan bahwa memang menarik kalau sudah berbicara tentang politik, namun menurutnya ada 2 bekal ilmu yang harus di bawa ketika sudah memutuskan untuk berada di dunia politik, beberapa hal diantaranya nilai-nilai politik itu sendiri, atau aktif menjadi partai politik.

Selain itu, Drs. Afnan Hadi Kusumo juga mengatakan bahwa sebelum terjun dalam partai politik tersebut ia sudah terbekali ilmu ketika di Darul Arqom. “Jika kita aktif di dalam lingkup Muhammadiyah pasti mendapatkan banyak sekali bekal ilmu dan bekal ilmu tersebut akan semakin banyak sekali jika kita berada di dunia politik ini,” tuturnya.

Menurutnya untuk mencapai tujuan Muhammadiyah itu memang pekerjaan yang sulit tetapi jika dijalani dengan kerjasama yang baik pasti akan tercapai sebagaimanapun itu, serta bawasanya ketika kita ingin aktif di dunia politik kita harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk memperjuangkan aspirasi-aspirasi dari masyarakat tersebut.

“Di bidang Politik Kader NU, Muhammadiyah sudah diberi amanah untuk tidak boleh apatis secara Islam yang sebenarnya,” jelasnya.

Tak hanya Anggota DPD RI, webinar demokratis ini juga menghadirkan beberapa narasumber yaitu Prof DR Abdul Mu’ti, MEd selaku Sekertaris Umum PP Muhammadiyah, dan DR. Faisal, MH Staf Khusus Komisi Yudisial RI serta Bambang Eka CW, SIP, MSi selaku Dosen Ilmu Pemerintahan di UMY.

Prof DR Abdul Mu’ti, MEd pun berpendapat politik itu jangan dimaknai secara sangat sempit sebagai Partai Politik, jangan juga dimaknai bahwa politik itu sebagai suksesi kepemimpinan, baik kepemimpinan di partai politik, kepemimpinan di ekslusif maupun kepemimpinan di lembaga-lembaga lainnya.

“Muhammadiyah memandang Politik sebagai sesuatu yang sangat positif, bahkan kalau di maknai dalam sisi bahasa politik itu berarti kebijaksaan, sayangnya karena politik itu di maknai secara sempit sebagai kekuasaan baik mempertahankan atau merebutkan kekuasaan itu, maka kalau ada orang yang berpolitik di maknai negatif,” ucapnya. (izn)

Exit mobile version