BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bandung menyelanggarakan pengajian umum pada hari Ahad (19/09/2021) dengan tema “Menguatkan Ideologi dan Menggiatkan Gerakan Muhammadiyah”. PDM Kota Bandung turut mengundang seluruh pimpinan Muhammadiyah se-Jawa Barat.
Pengajian umum tersebut diberi apresiasi oleh Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah. Pengajian-pengajian semacam ini sangat penting guna memberikan pemahaman jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan Islam kepada seluruh anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah.
Haedar Nashir juga menambahkan bahwa setiap kader Muhammadiyah haruslah berusaha menghidupkan dan mewujudkan Islam dalam kehidupan di tengah dinamika umat Islam, bangsa Indonesia, dan bahkan dalam kehidupan di ranah global.
“Di tengah persoalan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan maka sikap, pandangan, dan tindakan kita harus mencerminkan siapa kita. Kita yang dimaksud dalam hal ini ialah kita sebagai organisasi. Maka di awal saya sebutkan perlunya setiap anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah harus semakin memahami Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,” tutur Haedar.
Selain itu dalam pembahasan mengenai identitas dan ideologi Muhammadiyah, Prof. Haedar menambahkan bahwa identitas Muhammadiyah yang tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah merupakan formulasi dari apa yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan serta pimpinan dan kader Muhammadiyah pada masa-masa awal. Hal ini kemudian menjadi karakter khas gerakan Muhammadiyah yang sekaligus menjadi pembeda Muhammadiyah dengan gerakan dan organisasi Islam yang lain.
“Sebuah organisasi memang hidup, bertahan, tumbuh, dan berkembang karena setiap orang yang ada di dalamnya tahu apa yang menjadi karakter dirinya sebagai organisasi. Maka dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan bahwa identitas Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah. Selain itu ditegaskan juga tentang tujuan Muhammadiyah yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” tambah Prof. Haedar.
Karakter khas atau identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang kemudian menjadi pembeda dengan organisasi lain tidak dimaksudkan untuk memperlebar perbedaan, apalagi untuk memancing perdebatan dan perpecahan. Justru menurut Muhammadiyah perbedaan dan keragaman ini dimaksudkan untuk saling memperkuat. Di tengah perbedaan dan keragaman diperlukan sifat tasamuh, tapi bukan kemudian tasamuh tersebut membuat kita tidak memiliki halaman, tidak memiliki pintu, tidak memiliki jendela sendiri yang menjadi bagian dari karakter kita sebagai gerakan Islam. (isg)