Manajemen Mata Pelajaran di Masa Pandemi
Dr.Ir.Armen Mara, M.Si
Belajar secara online dimasa pandemi sudah berjalan lebih dari satu setengah tahun dan belum bisa dipastikan kapan akan berakhir. Kalau pun nanti berakhir situasinya mungkin tidak normal melainkan New Normal, yaitu tidak persis seperti situasi sebelumnya. Bisa jadi, berajar secara online itu akan menjadi bagian dari belajar secara offline. Untuk itu, perlu manajemen masing-masing mata pelajaran yang efektif guna menyesuaikan dengan situasi dan pembatasan yang diberlakukan tersebut.
Model PBM (Proses Belajar Mengajar) di masa Pandemi ada 3 (tiga), yaitu belajar secara full online (non tatap muka dalam kelas), full offline (tatap muka penuh di dalam kelas), dan bisa juga kombinasi keduanya. Untuk itu dalam masa pandemi diperlukan Manajemen Mata Pelajaran (Mapel) yang melibatkan beberapa unsur, yaitu Pendidik, Peserta Didik, Objek, Media Belajar, dan Orang Tua. Unsur-unsur tersebut akan dijelaskan satu per satu.
(1) Pendidik Sebagai Fasilitator, Motivator, dan Nara Sumber
Pendidik sebagai fasilitator diharapkan memfasilitasi atau mengajak peserta didik untuk mengenali dan mempelajari lebih dalam materi (objek) mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai motivator, seorang pendidik mata pelajaran berfungsi mendorong peserta didik untuk mempelajari lebih jauh materi mata pelajaran tersebut. Sedangkan sebagai nara sumber seorang pendidik berfungsi membantu peserta didik dalam memahami dan memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat diselesainya.
Secara keseluruhan, seorang pendidik yang memegang suatu mata pelajaran tentu berfungsi sebagai manajer (pengatur) proses belajar mengajar, baik belajar secara offline di dalam kelas maupun secara online. Secara offline pendidik dapat mengontrol secara langsung peserta didiknya sesuai wewenang yang dia miliki, tetapi dalam belajar secara online fungsi kontrol dengan cara tersebut mungkin kurang efektif. Untuk mengatasi hal ini, belajar dengan metode dialog mungkin lebih baik dan lebih menarik. Tanya jawab guna menyelesaikan tugas-tugas yang rumit dan mungkin tidak mampu mereka selesaikan secara mandiri akan lebih efektif.
(2) Peserta Didik Sebagai Subjek
Peserta didik idealnya adalah pelaku utama (subjek) untuk materi Mapel tersebut (lihat artikel penulis tentang “Faktor-faktor esensial dibalik kendala belajar online” pada Suara Muhammadiyah pada tanggal 6 September 2021). Persoalan utama dalam proses belajar mengajar selama ini, dimana peserta didik enggan mengambil peran sebagai subjek. Tradisi belajar di sekolah-sekolah sejak zaman dulu memang cenderung menjadikan peserta didik sebagai objek. Maka belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek menjadi pekerjaan yang rumit.
Peserta didik lebih suka datang saja ke kelas sebagai pendengar, pencatat, atau penerima materi. Selama jam pelajaran berlangsung mereka lebih suka diam, ada rasa takut kalau berbicara dan kadang-kadang malah tidak mau bicara. Kondisi seperti ini terjadi di tingkat SD, SMP, SMA, dan bahkan Perguruan Tinggi.
Apalagi kalau belajarnya secara online, misalkan dengan menggunakan zoom meeting atau google meet ceramah selama 30 menit saja sudah sulit untuk mereka ikuti. Pendidik tidak tahu secar persis apa yang dilakukan peserta didiknya ketika sedang belajar. Bisa jadi mereka sedang bermain-main dengan temannya yang lain, atau sedang mengerjakan yang lain, atau sedang dalam perjalanan diatas mobil. Maka sebaiknya, metode mengajarsebaik dibalik, peserta didik lah yang lebih banyak tampil dan berbicara.
(3) Objek Yang Sedang Dipelajari
Objek yang sedang dipelajari dalam Mapel tersebut, bisa objek fisik (berupa benda), Sosial (berupa prilaku), atau humaniora (nilai-nilai) sesuai materi pelajaran yang diberikan. Dari aspek lain bisa objek alam dan bisa juga objek buatan. (lihat artikel penulis “Dari media online ke objek alam” di Suara Muhammadiyah pada tanggal 28 Agustus 2021).
Sebagai contoh objek yang dipelajari adalah biologi tanaman, air hujan, tanah, alat-alat, penjualan hasil tanaman, lukisan dari sebatang tanaman, dan lainnya. Memperkenalkan tentang objek dan manfaat mempelajari nya akan membuat daya tarik bagi peserta didik, mendorong nya untuk belajar lebih banyak karena hal terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari.
(4) Bahan Ajar Sebagai Media
Perkembangan teknologi yang semakin pesat memungkinkan bahwa Bahan Ajar dapat disajikan dalam berbagai bentuk, media tulisan, audio dan atau audio visual bisa disimpan atau didapatkan secara online. Namun, media tulisan dalam bentuk buku cetak (hard file) memiliki keunggulan, yaitu tidak tergantung pada fasilitas lain, tidak harus ada daya listrik, tidak harus ada sinyal, tidak harus ada fasilitas computer. Untuk itu, buku pelajaran harus lah menjadi pegangan utama bagi kedua belah pihak.
Untuk sekolah-sekolah tingkat SD, SMP, SMA semua mata pelajaran sudah memiliki buku pegangan tetap. Untuk itu, seyogyanya dalam setiap pertemuan materi pelajaran sudah dipelajari oleh peserta didik. Untuk itu, bahan ajar atau buku sebaiknya ditulis dengan Bahasa yang sederhana dan disajikan sedetail mungkin sehingga peserta didik sangat terbantu dalam proses belajar mandirinya. Dalam pertemuan baik yang sifatnya online maupun offline hanya untuk mengulang apa yang sudah dipelajari peserta didik, memperdalam, dan/atau membantu apa-apa yang merreka belum mengerti.
(5) Orang Tua Sebagai Pendukung
Orang tua memegang peranan penting bagi peserta didik, baik untuk SD, SMP, SMA dan sederajat. Tentu peran ini akan berubah ketika peserta didik sudah masuk ke SMP dan SMA. Jadi, peran tersebut tidak akan hilang, hanya berubah meskipun sudah sampai di PT.
Ketika belajar offline, orang tua bisa menyerahkan saja semuanya ke pihak sekolah, khususnya selama jam pelajaran. Ketika belajarnya dilaksanakan secara online, orang tua merasa kesulitan karena anak mereka harus didampingi. Beberapa orang tua mungkin akan kaget mengetahui betapa sulitnya mengontrol anak-anak mereka dalam belajar.
Selama belajar online peran orang tua lebih diperlukan, yaitu untuk mendukung proses belajar mengajar mata pelajaran yang mereka ikuti. Peran orang tua, terutama menyediakan fasilitas belajar di rumah, termasuk tempat, peralatan yang memadai, termasuk mengontrol kedisiplinan peserta didik. Kalau dirumah fasilitas tempat tidak memungkinkan, orang tua bisa meminjam fasilitas umum yang ada disekitar rumah, seperti balai desa, saung, pos ronda, rumah ibadah atau fasilitas lain yang tidak dipakai pada jam tersebut.
Dengan demikian, manajemen mata pelajaran dimasa Pandemi yang dilaksanakan secara online atau offline memang harus mengaktifkan beberapa unsur tersebut, yaitu peserta didik, pendidik, orang tua, dan didukung oleh fasilitas media dan tempat belajar yang memadai guna mencapai tujuan belajar.
Dr.Ir.Armen Mara, M.Si, Ketua Bidang Litbang Majelis Dikdasmen PWM Jambi